Pernikahan selalu identik dengan hari yang penuh kebahagiaan dan paling dinanti-natikan oleh semua orang. Hari pernikahan sejatinya dibalut dengan suasana romantis yang menyelimuti kedua pengantin. Salah satu cara menambah nuansa romantis tersebut ialah melalui puisi pernikahan yang dibacakan dalam momen bahagia tersebut.
Puisi dinilai memiliki cita rasa seni yang tinggi karena ditunjang oleh bahasa sastra yang selalu indah. Lewat puisi, seseorang dapat mengekspresikan perasaannya kepada pasangan secara terbuka. Terlebih lagi jika mengutarakannya tepat di hari pernikahan, di mana semua perasaan bercampur menjadi satu. Berikut ini Popbela telah merangkum kumpulan puisi pernikahan karya para penyair Tanah Air.
Undangan
Dengan segala hormat
Kami harapkan kedatangan Tuan, Nyonya, dan Nona
untuk menghadiri kami dikawinkan….
Bahan roti dalam adonan
tepung dan ragi disatukan.
Pohonan bertunas dan berbuah
benih tersebar dan berkembang biak
di seluruh muka bumi.
Tempat:
Di Gereja St. Josef, Bintaran, Yogyakarta….
Rumah Tuhan yang tua
pangkuan yang aman Bapa Tercinta
Segala kejadian
mesti bermula di suatu tempat.
Pohon yang kuat
berakar di bumi keramat.
Waktu:
Selasa, tanggal 31 Maret 1959
jam 10 pagi, waktu di Jawa….
Hari baru terbuka
menyambung lingkaran waktu
berputar tak bermula
Sejak cahaya yang pertama
bumi dan lading telah diolah
oleh tangan Sang Sabda yang Agung
Dengan segala hormat
kami ucapkan terima kasih
sebelum dan sesudahnya.
— W. S. Rendra
Kakawin kawin
Aku datang. Aku datang padamu.
Dengan pakaian pengantin.
Kujemput kau ke rumahmu
dan kubawa ke gereja.
Aku datang. Aku datang padamu.
Kubawa ke langit beledu.
Fajar pertama kaum wanita
kusingkapkan padamu dengan perkasa.
Maka hujan pun turun
karena hujan adalah rahmat
dan rahmat adalah bagi pengantin.
Angin jantan yang deras
menggosoki sekujur badan bumi
menyapu segala nasib yang malang.
Pohon-pohonan membungkuk
bamboo dan mahoni membungkuk
segala membungkuk bagi rahmat
dan rahmat hari ini
adalah bagi penganti.
Aku datang. Aku datang padamu.
Dan hujan membersihkan jalanan
Kuketuk pintu rumahmu
dan rahmat sarat dalam tanganku.
Kau gemetar menungguku
dengan baju pengantin hijau
dan sanggulmu penuh bunga.
Permata-permata yang gemerlapan di tubuhmu
bagai hatimu yang berdebar-debar
gemerlapan
menunggu kedatanganku.
— W. S. Rendra
Nyanyian Para Malaikat
Di pagi penuh rahmat itu
seorang teman surgawi
memukulkan lidah lonceng
yang keras itu
ke dindingnya yang dingin.
Maka kami pun turun
ke bumi yang sedang mandi.
Dinginnnya!
Wahai! Wahai!Sambil meluncur-luncur
di atas atap licin basah
dari gereja yang tua itu
kami tunggu
kedatangan sepasang pengantin
yang muda remaja
bagai mentari muda yang malu
di pagi dingin itu/
Dinginnya!
Wahai! Wahai!Koster gereja yang rajin
telah siapkan roti dan anggur
untuk missa yang suci itu
sementara lilin-lilin telah dipasang
dan bunga-bunga bersebaranTuhan Allah Yang Esa
yang selalu dipuja
dalam mazmur bani Israel,
akan menyatukan dua remaja
dalam pelukan cintanya.
Ah, ya!
Dua orang pengantin remaja
akan berpelukan
dalam pagi yang dingin.
Dinginnya!
Wahai! Wahai!Pagi yang dingin itu
adalah pagi yang mesra,
pagi bunga-bunga mawar,
pagi kemenyan dan kayu cendana.
Dalam sakramen telah disatukan:
dua badan satu jiwa
selapik seketiduran.
— W. S. Rendra
Sampan Kehidupan
Bersama putaran alunan waktu
Teriring langkah kaki terbalut rindu
Teduh senyumu hiasi cinta yang berlabuh
Terpaku, hari yang kunanti telah menunggu
Bersama siang dan malam yang berdekapan
Merangkai lembar selimut kenangan
Terpatri menjawab semua penantian
Terpaku, cintamu menuntunku ke singgasana peraduan
Padamu, yang selalu bersemayam
Janji suci telah kau ikatkan
Eja namamu telah kugenggam
Mendayung bersama sampan kehidupan
— Ulviyana Herman
Lengkung Janur Kuning di Depan Rumah
Semarak.
Awan berarak, riang.
Sabana menghijau.
Kupu-kupu bersabda; "hari bahagia segera dimulai!"
Perlahan, kuncup-kuncup doa mulai merekah.
Wangi, semerbak aromanya melingkari sapta penjuru mayapada.
Ranting-ranting bernyanyi.
Dedaun menari, ikuti irama angin.
Tidak ada pinta istimewa yang kuperbincangkan bersamaNya, tentangmu.
"Berjuanglah untuk mimpi yang kelak menghantui"
Kemudian, laut mensemogakan pintaku, lewat deburnya.
Kerumunan riak putih di pantai, turut mengaminkan segenap pinta.
Menjelang malam, langit meledakkan bintang-bintang.
Purnama tersenyum.
Sepi tak lagi sendiri.
Kebahagiaan nan hakiki baru saja dimulai.
"Selamat menempuh hidup baru"
— Pemadat Kata
Di Bawah Langit Ada Cinta
Seketika dunia menjadi punya kita berdua
Saat kau menghalalkanku dari orangtua
Seperangkat alat salat jadi mahar cintamu
Dan aku hanya perlu cinta untuk membeliku
Lihatlah betapa banyak senyum yang mengiringi cinta kita
Dengarlah betapa banyak doa yang diaminkan untuk kebahagiaan kita
Bukan semata-mata asmara berbuah dosa
Kini, asmara kita adalah ibadah penyempurna iman
Di bawah langit cinta ini sudah kita abadikan rasa
Dipersaksikan mata mata penuh cinta
Dan di sinilah kita memulai bahtera rumah tangga
Menjadi satu di dalam puas cita
Kau dan aku jadi kita
Dalam puas dan derita
— Unknown
Akad
Akan tiba saatnya
Jiwa ini terlilit cinta
Tak lagi cuman permainan
Namun menjadi sebuah perjanjian
Cinta tulus ini
Terpadu termasuk didalam sebuah akad
Perjanjian diri tuk saling setia
Sehidup semati, mengumpulkan separuh jiwa
Saat akad terucap,
Resmi diri ini seluruhnya milikmu
Resmi hidup ini ku serahkan untukmu
Konsekuesikan ucap akad itu
Sebagai wujud cinta kita
Berjanjilah tuk katakan yang sebenarnya
Bahwa kita saling cinta.
— Unknown
Nah, itulah 7 kumpulan puisi pernikahan terindah karya penyair Tanah Air. Mana yang paling romantis menurutmu, Bela?