Selain mendapat gelar Ulul Azmi, Nabi Ibrahim a.s. juga disebut sebagai 'Bapaknya para Nabi'. Hal ini karena, dari 25 Nabi yang diimani umat Muslim, 19 di antaranya merupakan keturunan Nabi Ibrahim.
Lahirnya keturunan-keturunan mulia ini tentu tidak terlepas dari peran seorang perempuan mulia yang Allah takdirkan untuk menjadi istri Nabi Ibrahim. Bukan hanya sifat keibuannya yang patut mendapat pujian, kecantikan serta ketaatan kedua istrinya kepada Allah dan Nabi Ibrahim pun perlu dicontoh.
Siapa saja istri Nabi Ibrahim dan apa keistimewaan mereka? Yuk, baca ceritanya di bawah ini
1. Sarah yang selalu menjaga kesuciannya
Istri pertama Nabi Ibrahim a.s. adalah Siti Sarah, sosok perempuan baik yang terkenal karena kecantikan parasnya. Bahkan, saking indahnya wajah Sarah, ia disebut-sebut pula sebagai perempuan tercantik kedua setelah Hawa.
Adanya kelebihan tersebut, lantas tak membuat Sarah lupa akan kewajibannya sebagai istri, yakni patuh kepada suaminya. Dengan setia, ia selalu menemani sang nabi hijrah dari Mesir ke Babilonia.
Singkat cerita, Sarah dan Nabi Ibrahim yang tinggal di daerah Harran, mulai mengalami berbagai cobaan. Mulai dari ujian dakwah Nabi Ibrahim karena penduduk setempat menyembah berhala, hingga ujian rumah tangga lantaran Sarah diundang istana untuk menjadi perempuan Raja Amr bin Amru Al-Qais.
Setelah mendapat undangan dan hadir di istana, Nabi Ibrahim yang kala itu ditanyakan status hubungannya dengan Sarah, harus menjawabnya dengan kebohongan. Beliau menjawab bahwa perempuan yang berada di sebelahnya ini adalah saudarinya.
"Ibrahim tidak pernah berbohong kecuali tiga kali. Pertama, perkataannya ketika diajak untuk beribadah kepada berhala Tuhan mereka dan Ibrahim menjawab sesungguhnya dirinya sakit. Kedua, perkataannya patung besar itulah yang melakukannya. Ketiga, perkataannya tentang Sarah, 'Sesungguhnya dia saudariku'," ucap Nabi Muhammad SAW.
Mendapat jawaban yang memuaskan hatinya, sang raja pun langsung membawa Sarah masuk ke dalam kamar untuk digauli. Kendati demikian, buah ketaatan Sarah kepada Tuhannya dan juga kesetiaannya kepada suaminya, membuat Sarah berhasil mendapat pertolongan dari Allah SWT.
Di saat sang raja mulai mendekatinya, Sarah berdoa:
"Ya Allah, sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"
Setelah doa itu dipanjatkan, secara tiba-tiba sang raja merasa lehernya tercekik. Melihat raja yang kesakitan tak bisa bernapas, Sarah lantas berdoa agar raja tersebut tidak wafat di hadapannya karena khawatir orang-orang akan menuduhnya.
Dengan kemurahan hati-Nya, Allah SWT mengabulkan lagi doa istri Nabi Ibrahim ini. Namun, Raja Amr tak berhenti begitu saja. Ia kembali mendekati Sarah, dan secara sigap Sarah kembali berdoa.
"Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"
Ikhtiar yang dilakukan Sarah untuk menjaga kesuciannya pun dinilai berhasil oleh Allah SWT. Alhasil, raja yang kembali mendapat rasa cekikan menuduh Sarah telah melakukan sihir kepadanya. Karena hal itu, Sarah dikembalikan kepada Nabi Ibrahim dengan membawa hadiah dari istana.
2. Kesabaran Sarah dalam berumah tangga
Selain keteguhan Sarah dalam menjaga kesuciannya hanya untuk sang suami, Sarah juga memiliki kesabaran menghadapi cobaan rumah tangganya. Diketahui, setelah puluhan tahun Nabi Ibrahim dan Sarah menikah, ia tak kunjung dikaruniai anak meski umurnya tak lagi muda, yakni 90 tahun.
Melihat kecilnya peluang ia untuk memiliki buah hati, Sarah mempunyai sebuah ide yang langsung diungkapkannya kepada Nabi Ibrahim. Hajar, budak yang menjadi hadiah dari raja untuk Sarah, ditunjuk sebagai perempuan yang akan dinikahi sang nabi.
Dengan kebesaran hatinya, Sarah meminta suaminya menikahi Hajar dan berdoa semoga Hajar bisa memberikan keturunan agar Nabi Ibrahim merasa bahagia karena dapat meneruskan keturunan.
3. Ketaatan Hajar menjalani perintah Allah
Bukan tanpa alasan Sarah meminta Nabi Ibrahim menikahi Hajar dan menjadikannya istri kedua. Hajar adalah sosok perempuan cantik dengan hati baik, yang membuat Sarah turut mengaguminya.
Setelah pernikahan dilangsungkan, tak perlu menunggu lama Hajar langsung mengandung anak Nabi Ibrahim. Lahirlah Ismail yang kelak akan menjadi garis keturunan Nabi Muhammad, dan juga turunnya perintah berkurban dan salah satu rukun haji.
Sayangnya, kelahiran Ismail yang membuat Nabi Ibrahim sangat bahagia menimbulkan rasa cemburu dan kesedihan di hati Sarah. Akhirnya, dengan perintah Allah SWT, istri Nabi Ibrahim dipisahkan.
Nabi Ibrahim menuntun Hajar dan juga Ismail yang masih bayi ke tanah tandus yang tak seorang pun menempati daerah tersebut. Selama perjalanan yang tak diketahui ke mana arahnya, Hajar bertanya kepada suaminya.
“Ke mana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di padang pasir yang tidak ada manusia dan bahkan kehidupan ini? Apakah Allah SWT memerintahkan kamu wahai suamiku?”
“Benar,” jawab Nabi Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah pasti tidak akan membiarkan kami,” doa Siti Hajar.
Tanpa bekal apa pun, dan dengan berat hati Nabi Ibrahim kemudian berpisah dari istri dan buah hati pertamanya.
4. Ketangguhan Hajar merawat Ismail
Setelah Hajar memanggil nama suaminya, Nabi Ibrahim meneguhkan hatinya untuk tidak menoleh ke belakang dan melaksanakan perintah Allah dengan besar hati. Lantas, hiduplah Hajar seorang diri membesarkan anaknya.
Di tengah Mekkah yang kala itu masih berupa gurun, Ismail yang masih bayi mulai merengek kehausan. Tak terlihat rumah penduduk yang sekiranya bisa menolong Hajar memberikan sedikit air.
Akhirnya, dengan hati yang masih bersedih, Hajar mulai berlari-lari antara bukit Safa ke bukit Marwah, dengan maksud mencari mata air. Ia juga berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberikan perlindungan juga kekuatan kepada anaknya.
Setelah lelah berlarian hingga tujuh kali bolak-balik, Hajar terduduk di tengah gurun tersebut. Di situlah Allah memberikan sebuah mukjizat kepada Ismail.
Dalam tangisannya, Ismail menggerakkan kakinya layaknya bayi pada umumnya. Namun yang membedakannya, tiap hentakan kaki Ismail yang mengenai tanah berpasir itu secara tiba-tiba mengeluarkan air. Air tersebut terus mengalir dan dikenal dengan nama Zam-Zam, yang terus mengalir hingga kini.
5. Hadiah kebaikan istri-istri Nabi Ibrahim
Baik Sarah maupun Hajar, keduanya mendapat kedudukan spesial bagi Allah SWT karena mampu melalui semua cobaan hidup yang telah diberikan kepada mereka. Berkat ketabahannya itu, Sarah dan Hajar diberikan 'hadiah' untuk mereka masing-masing.
Untuk Sarah, setelah 80 tahun menjadi istri Nabi Ibrahim, akhirnya Allah SWT kirimkan malaikat yang menjelma sebagai manusia untuk mendatangi rumah Sarah dan memberikan kabar bahwa ia akan segera hamil. Benar saja, selepas kepergian malaikat, Sarah diketahui hamil dan melahirkan dua orang anak saleh yang diberi nama Ishaq dan Ya'qub.
Sedangkan untuk Hajar, hasil kegigihannya menjadi perempuan tangguh yang menjaga Ismail di tengah padang pasir, Allah jadikan hentakan kaki bayi Ismail tersebut menjadi mata air Zam-Zam yang penuh keberkahan. Juga, ikhtiarnya berlari tujuh kali dari Safa ke Marwah dijadikan sebagai salah satu rukun ibadah haji.
Dengan adanya karunia begitu besar yang diberikan kepada istri-istri Nabi Ibrahim, menunjukkan kalau selama kita bersabar menjalani segala ujian, maka yakinlah Allah SWT akan memberikanmu hadiah di di kemudian hari. Semoga tulisan ini menginspirasimu, ya, Bela!