Bicara soal menikah, pastinya setiap orang memiliki kriteria pasangannya sendiri. Nah, bagi masyarakat Jawa, mereka mengenal kriteria tersebut dengan istilah '3B' atau bibit, bebet, bobot.
Bibit, bebet, bobot ini pada dasarnya merupakan tiga kriteria dasar untuk memudahkan seseorang mencari calon pasangan seumur hidupnya. Namun, ada sedikit perdebatan dan relevansi bibit, bebet, bobot itu di masa kini.
Memangnya, apa arti bibit, bebet, bobot dan apakah hal itu masih relevan dengan pernikahan zaman modern? Baca penjelasannya di bawah ini, ya!
1. Makna bibit, bebet, bobot
Sebelum kita membahas lebih jauh membahas bibit, bebet, bobot, yuk pahami dulu apa makna masing-masing istilah tersebut.
- Bibit
Seperti makna katanya, bibit mengisyaratkan asal mula makhluk. Artinya, bibit ini meminta kita agar melihat garis keturunan calon pasanganmu.
Melihat silsilah keluarga ini dinilai penting karena bisa menggambarkan bagaimana pasanganmu dibesarkan. Selain itu, garis keturunan ini juga bisa melihat aspek-aspek penting lainnya, termasuk riwayat kesehatan turunan.
- Bebet
Bebet secara harfiah berasal dari bahasa Jawa bebedan, yang artinya cara berpakaian. Mengapa penampilan juga masuk ke dalam kriteria?
Soalnya, pada zaman dahulu status sosial dan tingkat pendidikan seseorang bisa dilihat dari cara mereka berpakaian. Sehingga, saat kamu memilih pasangan dengan bebet yang baik, maka diharapkan kamu juga akan memiliki status sosial yang baik pula di tengah masyarakat.
- Bobot
Kecerdasan, keterampilan, dan segala macam kualitas diri dimasukkan ke dalam pengertian bobot. Tentu bobot dinilai penting karena setiap orang ingin memiliki pasangan dengan kualitas terbaik sesuai kebutuhannya.
2. Tujuan bibit, bebet, bobot
Biasanya, tiga standar yang dianut suku Jawa ini lebih banyak digunakan oleh para orangtua saat memilihkan pasangan untuk anaknya. Sebab dengan begitu, orangtua berharap kalau nanti anaknya mendapatkan pasangan yang terbaik sehingga mampu membangun bahtera rumah tangga yang harmonis dan bersahaja.
Tak hanya itu, 'seleksi' berdasarkan bibit, bebet, bobot juga bisa dijadikan sebagai pengingat bahwa ada syarat lain yang harus dipenuhi sebelum pasangan menikah, selain rasa cinta. Sebab bagaimanapun, setiap orang pasti mengharapkan pernikahan yang mereka lakukan dapat bertahan seumur hidup. Itulah mengapa, kamu harus mencari pasangan yang dapat diajak bekerja sama dalam segala hal.
3. Relevansi '3B' dengan kondisi saat ini
Menariknya, masyarakat sekarang menilai bahwa penilaian bibit, bebet, bobot tak lagi sepenuhnya relevan. Ketidakrelevanan ini disebabkan lantaran bergesernya kriteria dasar tiap orang dalam memilih pasangan.
Maksudnya, sebagian dari mereka tak lagi terlalu memusingkan garis keturunan keluarga. Jika keluarga pasangan mereka punya stereotipe yang kurang baik di masyarakat, maka hal itu tak menjadi hambatan. Lantas, hal yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana keduanya memiliki tujuan dan mampu bekerja sama menciptakan keluarga harmonis seperti yang diimpikan.
Begitu pula dengan bebet dan bobot. Meningkatnya kemampuan bertoleransi membuat pasangan muda tidak lagi peduli dengan suku dan ras tertentu. Juga pendidikan yang amat tinggi meski pendidikan itu memang penting.
Bagi pasangan modern, kemampuan memahami sekaligus tekad besar untuk terus tumbuh dan belajar bersama sudah dinilai cukup jadi alasan mereka menikah.
4. Makna bibit, bebet, bobot yang lebih modern
Melihat perbedaan cara pandang itu, maka bibit, bebet, bobot harus memiliki pengertian yang lebih baru agar bisa dipakai hingga masa kini, seperti:
- Bibit. Melihat apakah calon pasangan memiliki keluarga yang bisa mendukung dan menghargai kamu sebagai pasangan.
- Bebet. Menikah bukan lagi hanya mencari penilaian dari masyarakat sekitar, tetapi lebih karena bagaimana pasanganmu bisa menjaga keutuhan rumah tangga itu sendiri agar tetap harmonis menurut kamu dan calon suamimu.
- Bobot. Di luar pendidikan yang memang salah satu aspek penting, namun saat ini banyak orang yang lebih mengutamakan kesamaan visi misi pernikahan dibanding hanya melihat gelar di belakang nama.
5. Cara meyakinkan orangtua
Perbedaan makna dan juga prioritas bibit, bebet, bobot antara kamu dan orangtuamu bisa menimbulkan perdebatan. Maka dari itu, jika orangtuamu sangat memegang teguh kriteria calon pasangan sesuai dengan apa yang diketahuinya sejak dulu, cobalah untuk memulai perbincangan sederhana bersama ayah ibumu.
Mulailah dengan mendengar alasan mereka mengapa kamu harus memilih pasangan sesuai dengan bibit bebet bobot yang mereka pahami. Setelah itu, kamu bisa menyampaikan bahwa di luar dari itu kesamaan visi dan misi rumah tanggamu kelak jauh lebih berarti. Sampaikanlah tanpa harus menyalahkan pendapatnya.
Perbedaan zaman memang akan membuat sejumlah perubahan, termasuk dalam hal bibit, bebet, bobot pasangan. Kriteria dasar bibit, bebet, bobot yang dahulu diketahui tidak sepenuhnya salah, hanya saja ia perlu diperbarui sesuai dengan penilaian masa kini. Jadi, seperti apa bibit, bebet, bobot yang akan kamu gunakan untuk pasanganmu kelak, Bela?