Perselingkuhan merupakan sebuah isu serius yang tentu tidak diinginkan oleh pasangan suami istri. Tak ada pasangan mana pun yang menginginkan ada perselingkuhan dalam pernikahan mereka, meskipun begitu perselingkuhan masih kerap terjadi.
Ada banyak alasan yang membuat seseorang nekat untuk berselingkuh. Sebuah riset dari Journal of Research in Personality mengklaim bahwa usia pernikahan dapat memengaruhi risiko terjadinya perselingkuhan.
Kali ini, Popbela akan mengulas beberapa serba-serbi perselingkuhan yang diklaim terjadi karena usia pernikahan yang cukup lama.
1. Usia pernikahan yang rentan terjadi perselingkuhan
Ada yang mengatakan bahwa semakin lama usia pernikahan, maka semakin rentan terjadi perselingkuhan. Dari studi yang diterbitkan The Journal of Sex Research, perempuan akan memasuki fase kebosanan dalam berumahtangga pada saat usia pernikahannya berkisar di angka 6-10 tahun. Pada fase ini, perempuan akan lebih rentan berselingkuh dari pasangannya.
Lain perempuan, lain pula dengan laki-laki. Masih dari studi yang sama, para lelaki diklaim lebih rentan melakukan perselingkuhan ketika usia pernikahannya dengan pasangan memasuki tahun ke-11.
Temuan ini diambil dari data yang dikumpulkan dari 423 peserta survei. Para peserta yang berpartisipasi diminta untuk memberikan peringkat sesuai dengan kepentingan, alasan untuk menolak perselingkuhan, dan alasan kuat penyebab mereka berselingkuh jika ada kesempatan.
Dari hasil yang dikumpulkan, peserta memutuskan untuk tidak berselingkuh karena faktor internal dibanding faktor eksternal, misalnya takut sendirian. Tak hanya itu saja, standar moral dari masyarakat juga adalah hal terkuat bagi para peserta untuk menghindari perselingkuhan.
Ironinya, peserta terlihat lebih takut terhadap standar moral dibanding memberikan alasan menolak perselingkuhan, karena khawatir akan dampak terhadap anak-anak dan pasangannya.
2. Laki-laki lebih berpotensi selingkuh dibanding perempuan
Dilansir dari studi yang terdapat pada halaman majalah AARP, 46 persen laki-laki mengaku pernah berselingkuh. Sementara untuk perempuan, hanya 21 persen saja yang mengklaim bahwa pernah terlibat dalam perselingkuhan.
Laporan dari Institute for Family Studies juga mendukung studi di majalah tersebut. Laporannya berisi penelitian bahwa jumlah laki-laki yang berselingkuh ternyata dua kali lebih banyak dibanding perempuan.
Menariknya, laki-laki yang melakukan perselingkuhan justru bukan laki-laki muda, tetapi mereka yang usianya sudah 70 tahun ke atas.
Bisa disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia laki-laki, maka hasrat untuk berselingkuh pun jadi semakin besar.
3. Perbedaan alasan selingkuh laki-laki dan perempuan
Selingkuh memang tidak memandang gender. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama berpotensi untuk selingkuh. Akan tetapi, penyebab selingkuh laki-laki dan perempuan sering kali berbeda. Laki-laki berselingkuh karena menemukan perempuan yang lebih menarik dari pasangannya. Bagi perempuan, perselingkuhan biasa dilakukan karena mereka tidak memperoleh perhatian dari suaminya.
Kesimpulannya, laki-laki yang berselingkuh berusaha mencari kepuasan yang mungkin tidak diperoleh dari istrinya yang dirasa tidak semenarik selingkuhannya. Sementara perempuan berselingkuh untuk memperoleh perhatian yang tidak didapat dari suaminya.
Tentu saja setiap pelaku perselingkuhan memiliki alasan-alasan lain yang mendasari perbuatannya. Namun, alasan di atas adalah alasan yang paling sering mendasari kasus perselingkuhan pada umumnya.
4. Pribadi masing-masing turut memengaruhi
Usia pernikahan tak selalu menjadi alasan untuk berselingkuh. Masih ada faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya perselingkuhan. Bahkan, tak sedikit pasangan yang usia pernikahannya baru dalam hitungan bulan sudah terlibat pada perselingkuhan.
Intinya, perselingkuhan tidak selalu terjadi karena usia pernikahan yang lama. Masih banyak pasangan yang sudah puluhan tahun menjalani biduk rumah tangga, tapi tidak pernah terlibat dalam perselingkuhan.
Semua kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Jika kesetiaan kita terhadap pasangan sangat kuat, maka kita tidak akan memiliki niat untuk ‘mencurangi’ pasangan dengan menjalin hubungan terlarang bersama orang ketiga.