Semua pasangan suami istri pasti mengingkan satu hal yang sama dalam menjalani kehidupan rumah tangganya, yaitu berjalan langgeng dan bertahan lama. Namun, di dalamnya akan selalu ada konflik yang tidak diketahui secara pasti kapan datangnya dan tidak bisa dihindari. Bahkan jika situasinya menjadi parah, bisa memicu sebuah perpisahan.
Berikut ini ada 10 konflik rumah tangga yang memicu perceraian. Mempelajari konflik-konflik ini diharapkan bisa membantu kamu dan pasangan meminimalisir berbagai masalah yang menimpa rumah tangga kalian.
1. Masalah keuangan
Konflik pertama yang merupakan masalah umum paling sering ditemui dalam kehidupan rumah tangga, yaitu keuangan atau finansial. Dapat dikatakan bahwa masalah ini memang cukup riskan untuk diperdebatkan. Jika terdapat sedikit perbedaan saja, bisa menimbulkan adanya gesekan yang memicu perceraian.
Misalnya perbedaan pendapat tentang kebiasaan menabung dan belanja. Beberapa pasangan mungkin akan mengabaikan perbedaan ini dan menganggap itu adalah hal yang wajar bagi suami istri. Namun, jika tidak segera dicari jalan tengahnya, hal tersebut bisa berubah menjadi konflik berkepanjangan ke depannya, lho.
Belum lagi jika suatu saat keuangan kamu atau pasangan tiba-tiba mengalami penurunan yang drastis, atau mungkin, salah satu pihak dari kalian ada yang menutupi soal utang. Tentu itu akan semakin memperparah keadaan dan memicu perceraian.
2. Perbedaan visi dan misi
Konflik kedua yang bisa memicu perceraian adalah adanya perbedaan visi dan misi dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Hal ini tentu tidak bisa dihindari mengingat pernikahan itu menyatukan dua orang dengan karakter berbeda. Namun, solusi dari adanya perbedaan ini bukanlah perceraian, Bela, melainkan toleransi dari kedua pihak untuk bisa saling memahami.
Itulah mengapa, sebelum memutuskan untuk menikah, ada baiknya kamu dan pasangan saling mengetahui masing-masing, mengenai pernikahan, mengurus anak, dan lain sebagainya.
Setelah itu, kalian jadi tahu hal-hal apa saja yang harus diprioritaskan dan tidak. Kalaupun ternyata ada perbedaan, kalian sudah bisa mencari solusi dan berdiskusi sejak awal daripada harus terjebak konflik terus menerus dan berakhir dengan perceraian.
3. Komunikasi yang berjalan buruk
Komunikasi selalu menjadi alat yang ampuh dalam mengatasi berbagai masalah dalam hubungan. Namun, apa jadinya kalau ternyata masalah itu datang dari komunikasi itu sendiri? Tentu konflik tidak bisa lagi dihindari.
Komunikasi yang buruk bisa menimbulkan banyak kesalahpahaman antar kedua pasangan. Misalnya, kamu dan pasangan tidak saling menanyakan kegiatan di kantor atau saling bertukar kabar ketika tidak berada di rumah. Saling cuek atau tidak ada komunikasi bisa menjadi awal mulai dari keretakan rumah tangga.
4. Belum atau tidak memiliki keturunan
Tidak bisa dipungkiri kalau kehadiran anak dalam rumah tangga memang menjadi anugerah sekaligus pelengkap bagi setiap pasangan suami istri. Namun, sayangnya tidak semua pasangan bisa langsung mendapat momongan setelah menikah.
Ada pasangan yang harus menunggu bertahun atau puluhan tahun untuk bisa memiliki anak. Dari sinilah konflik rumah tangga bisa muncul. Ketika salah satu pihak atau mungkin pihak keluarga tidak memiliki kesabaran lagi untuk menunggu, perceraian biasanya menjadi jalan keluar.
Lagi-lagi, komunikasi menjadi sangat penting untuk menhadapi masalah ini. Ketahuilah bahwa memiliki anak tidak serta merta menjadi perekat pernikahan. Selain itu, masih banyak pasangan yang bisa tetap harmonis, meski mereka child free.
Jika kalian sudah berusaha, namun momongan tak kunjung hadir. Bicarakan kembali hubungan kalian. Faktanya, pernikahan bisa tetap dipertahankan walaupun kalian tak memiliki buah hati. Selain itu, tidak menutup kemungkinan untuk mengambil jalan lain dengan mengadopsi seorang anak.
5. Kekerasan dalam rumah tangga
Konflik rumah tangga yang memicu perceraian lainnya adalah adanya kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan ini bisa dalam berbagai bentuk, entah itu fisik seperti memukul, menendang, dan mendorong. Bisa juga berupa kekerasan dalam hal seksual seperti adanya pemaksaan dalam berhubungan, atau bahkan kekerasan verbal dalam bentuk ucapan kasar dan menyakiti.
Semua kekerasan tersebut, umumnya masih bisa dimaafkan jika dilakukan sekali atau dua kali. Namun, sebenarnya jika terus menerus dimaafkan bukan tidak mungkin hal yang sama atau lebih buruk akan terjadi di masa depan. Belum lagi trauma yang tertinggal bisa membuat luka sakit hati yag menyebabkan keinginan untuk berpisah.
6. Masalah seksual di atas ranjang
Meskipun seks bukan satu-satunya aspek yang berperan dalam menjaga keharmonisan pasangan suami istri, permasalahan di dalamnya harus dihindari, Bela.
Seks menjadi media yang tepat dalam meningkatkan ikatan emosional antar pasangan. Seks berkaitan dengan gairah dan hasrat seseorang, sehingga ketika salah satu pasangan tidak merasa terpenuhi kebutuhannya, bukan tidak mungkin jika ia akan mencari pelarian di luar. Hasilnya, konflik pun bisa terjadi dan berakibat pada perceraian.
7. Adanya perselingkuhan karena kurangnya komitmen
Survei oleh Insider, The Huffington Post, Forbes, dan NCBI menyebut kalau 75% perceraian terjadi karena kurangnya komitmen. Selain itu, sebuah studi juga mengatakan kalau perselingkuhan menyebabkan perceraian dengan tingkat 40%. Ini artinya, kepercayaan dan komitmen adalah fondasi yang penting dalam kehidupan rumah tangga.
Perselingkuhan tidak hanya membuat salah satu pihak merasa dikhianati, tetapi juga tidak dihargai dan dicintai. Bahkan tidak jarang, korban perselingkuhan harus mengalami trauma dan depresi yang panjang. Meski beberapa pasangan ada yang memilih memafkan pasangannya yang berselingkuh, yang banyak terjadi mereka tidak bisa menutup fakta bahwa perselingkuhan menjadi konflik rumah tangga yang memicu perceraian.
8. Adanya keinginan poligami
Meski laki-laki Muslim bisa melakukan poligami, sebenarnya ada syarat penting yang perlu dia lakukan, yaitu mampu bersikap adil dan disetujui oleh istrinya. Namun perlu diingat bahwa tidak semua perempuan mau dipoligami.
Keinginan suami untuk poligami, bisa menjadi sumber perceraian. Bagi sebagian orang, poligami merupakan praktik yang mengesampingkan hak-hak perempuan. Selain itu, tak ada istri yang mau dinomorduakan.
9. Konflik dengan mertua
Masalah rumah tangga itu bukan hanya terjadi antara pasangan suami istri saja, tetapi bisa juga berasal dari lingkungan keluarga, seperti misalnya mertua.
Konflik dengan mertua bisa muncul ketika mereka terlalu ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Mereka menganggap kalau diri merekalah yang paling berpengalaman sehingga berhak mengatur segalanya sesuai dengan yang mereka mau.
Belum lagi, jika sang mertua sangat berpihak pada anaknya, tidak peduli ia salah sekali pun. Hal inilah yang mengakibatkan adanya pertengkaran dan memicu keinginan untuk bercerai.
10. Tanggung jawab dalam rumah tangga yang tidak sesuai
Banyak pasangan memperdebatkan pembagian pekerjaan rumah tangga yang adil, dan bagaimana melakukannya. Alih-alih duduk dan membagi pekerjaan rumah tangga dengan adil, banyak dari mereka yang akhirnya berdebat tentang siapa yang melakukannya dan tidak.
Jika tidak segera dicari jalan tengahnya, maka bukan tidak mungkin keinginan untuk berpisah muncul. Apalagi jika kedua pasangan sama-sama mempertahankan ego dan tidak mau saling mengalah.
Itulah tadi 10 konflik rumah tangga yang memicu perceraian. Semoga bisa menjadi acuan bagi kamu dan pasangan untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang lebih baik, ya.