Puasa sebelum menikah memiliki kaitan kuat dengan tradisi adat Jawa, yang dikenal sebagai puasa mutih. Bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan dalam adat Jawa, biasanya dianjurkan menjalani beberapa ritual khusus sebelum hari pernikahan. Di samping ritual midodareni, calon pengantin juga diharapkan menjalani tradisi puasa sebelum menikah.
Bagi sebagian orang, tradisi ini mungkin tidak asing lagi. Pada umumnya, puasa ini disebut sebagai puasa mutih. Dalam kebudayaan Jawa, puasa ini berarti calon pengantin hanya diperbolehkan mengonsumsi makanan dan minuman berwarna putih. Meski ini tidak ada dalam ajaran agama tertentu, namun puasa mutih memiliki makna yang mendalam bagi calon pengantin Jawa.
Untuk memahami lebih dalam, Popbela akan membahas tentang niat puasa pengantin supaya pangling berdasarkan adat Jawa berikut ini.
Makna puasa mutih
Puasa mutih sebelum menikah memiliki tujuan utama sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini diwariskan sebagai bagian dari budaya yang terus dijaga dari generasi ke generasi, dan bertujuan mendoakan kelancaran serta kesuksesan prosesi pernikahan.
Warna putih dalam tradisi puasa mutih mengandung simbolisme mendalam, yaitu melambangkan kesucian, kebersihan, dan kepolosan. Dengan membatasi konsumsi hanya pada makanan dan minuman berwarna putih, calon pengantin berusaha membersihkan tubuh dan pikiran mereka sebelum memasuki tahap baru dalam hidup, yakni pernikahan.
Dalam budaya Jawa, puasa ini diyakini bisa meningkatkan aura positif calon pengantin agar pangling, sehingga saat upacara pernikahan berlangsung, aura ini terpancar dan menciptakan suasana yang harmonis, membawa berkah bagi pasangan. Uniknya, puasa mutih menggabungkan spiritualitas dan nilai-nilai budaya, menjadi bentuk penghormatan bagi leluhur serta warisan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad.
Makanan yang dikonsumsi saat menjalankan puasa mutih
Untuk ritual puasa pengantin supaya pangling biasanya diharuskan menjalankan puasa ini dengan hanya mengonsumsi makanan atau minuman berwarna putih. Dalam menjalankannya, mereka hanya diperbolehkan makan nasi putih, putih telur, dan minum air putih.
Niat puasa mutih untuk pengantin supaya pangling dalam bahasa Jawa
Niat puasa mutih umumnya dilafalkan dalam Bahasa Jawa oleh calon pengantin setelah selesai melaksanakan Salat Isya.
"Niat ingsun puasa mutih supados putih batin kulo, putih awak kulo, putih kaya dining banyu suci karena Allah Ta’ala."
Artinya:
"Saya berniat puasa mutih supaya putih batin saya, putih badan saya, putih seperti air suci karena Allah Ta'ala."
Niat puasa mutih untuk pengantin supaya pangling dalam bahasa Arab
Selain dalam Bahasa Jawa, terdapat pula niat puasa sebelum menikah yang dilafalkan dalam Bahasa Arab, yaitu:
"Nawaitu shoumagodin ‘an sunnati rasulullahi sallallhu ‘alaihi wasallama li’aqdi qorbatizzawaji lillahi ta’ala."
Artinya:
“Saya niat berpuasa esok hari, sesuai dengan sunah Rasulullah SAW, sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rangka ikatan pernikahan.”
Niat puasa mutih untuk pengantin supaya pangling dalam bahasa Indonesia
Adapun niat puasa pengantin supaya pangling yang bisa dilafalkan dalam bahasa Indonesia. Di sini terdapat dua versi, dan dibaca sebelum acara pernikahan dan atau pada pagi hari sebelum puasa.
Versi pertama:
“Saya niat berpuasa esok hari, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rangka ikatan pernikahan yang sakral.
Saya berniat menjalankan puasa ini sebagai wujud ibadah, untuk memohon rida-Nya, mengharapkan berkah-Nya, serta mendapatkan keberkahan dalam pernikahan yang akan saya jalani.
Semoga Allah SWT meridai niat baik ini dan memberikan petunjuk serta keberkahan dalam setiap langkah perjalanan kehidupan pernikahan saya.”
Versi kedua:
“Ya Allah, dengan niat yang tulus dan ikhlas, aku berniat berpuasa esok hari sebagai bentuk ibadah yang mendekatkan diriku kepada-Mu dalam rangka melangsungkan pernikahan yang Engkau karuniakan.
Aku bertekad untuk menjalankan puasa ini dengan kesadaran penuh akan tanggung jawabku sebagai seorang pasangan yang beriman.
Aku memohon kepada-Mu, Ya Allah, agar Engkau meridhai pernikahanku, memberkahi langkah-langkahku dalam membangun keluarga yang harmonis, dan melimpahkan berkah serta kebahagiaan yang abadi.
Ya Allah, bantulah aku untuk tetap istimah dalam menjalankan pernikahan yang Engkau perintahkan.
Ampunilah dosa-dosaku, terimalah amal ibadahku, dan karuniakanlah keberkahan-Mu kepada kami.”
Tata cara dan pelaksaan puasa mutih
Seperti ibadah puasa lainnya, puasa mutih diawali dengan niat yang jelas dan tulus, yang bisa diucapkan dalam hati atau melalui doa tertentu yang diajarkan dalam tradisi keluarga. Biasanya, niat puasa mutih yang telah dijabarkan sebelumnya dilafalkan sebelum menjalani puasa ini.
Menurut penelitian berjudul Tradisi Puasa Mutih Bagi Calon Pengantin dalam Perspektif Hukum Islam, puasa mutih tidak hanya berfokus pada aturan makanan, tapi juga waktu pelaksanaannya.
Adapun waktu pelaksanaan puasa mutih ini disarankan minimal 40 hari, atau paling lambat 3 hari sebelum hari pernikahan, dan idealnya dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Puasa mutih dilakukan dari Subuh hingga Maghrib, sama seperti puasa pada umumnya.
Manfaat puasa mutih bagi pengantin
Puasa mutih diyakini memiliki sejumlah manfaat berdasarkan penelitian yang disebutkan. Calon pengantin, baik laki-laki maupun perempuan, yang menjalankan puasa ini dipercaya akan memancarkan aura terbaik mereka di hari pernikahan. Selain itu, puasa ini juga sebagai harapan untuk kelancaran dalam seluruh rangkaian pernikahan hingga kehidupan rumah tangga nanti.
Tak hanya itu, puasa mutih juga memiliki manfaat kesehatan, seperti membantu membersihkan racun dalam tubuh, menurunkan kadar gula darah, mengurangi asupan lemak, serta membuang energi negatif.
Itulah pembahasan lengkap tentang niat puasa pengantin supaya pangling dalam adat Jawa. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan!