Jodoh bisa datang dari mana saja. Entah itu teman kecilmu, teman sekolah, teman kuliah, teman kantor, atau seseorang asing yang datang ke hidupmu, bahkan bisa juga mungkin idolamu.
Mencari pasangan pun bisa dilakukan dengan banyak cara. Entah itu karena ikut suatu komunitas, dikenalkan, sampai bermain dating app. Kali ini ada kisah sukses dari pengguna Tinder yang ternyata berjodoh dengan teman satu sekolahnya sendiri.
Mereka adalah Aya dan Fikar. Kira-kira gimana cerita cinta mereka dari teman sekolah sampai jadi teman hidup? Simak kisahnya di bawah ini, ya, Bela!
1. Awalnya buka Tinder untuk cari teman ngobrol
Kamu mungkin nggak pernah tahu siapa jodohmu dan di mana kamu akan bertemu dengannya. Inilah yang dialami oleh Aya, seorang member Tinder berusia 30 tahun, yang ternyata berjodoh dengan teman satu sekolahnya dulu setelah bertemu di aplikasi kencan ini.
Aya, adalah seorang alpha female yang memiliki pandangannya tentang dunia. Ia memiliki passion terhadap Ilmu Hukum, dan sempat punya daftar panjang kriteria pasangan yang ideal. Di tahun 2017, Aya yang saat itu berusia 25 tahun, merupakan mahasiswa S2 yang sedang merantau dan ingin mencari teman baru lewat Tinder.
“Waktu itu cuma cari teman ngobrol, bukan hubungan yang serius. Aku dulu mikir kalau ketemu sama orang dengan value yang sama di kehidupan nyata saja sulit, apalagi di internet. Dari beberapa pengalaman sebelumnya, aku lebih sering bertemu dengan cowok yang konservatif. Aku pernah nge-date dengan cowok yang meminta aku untuk berhenti bekerja saat kami menikah nanti, yang mana kurang sesuai dengan hal yang ingin aku lakukan, makanya kami tidak lanjut,” jelas Aya.
2. Ketemu match, Aya coba untuk nge-date
Terlepas dari keraguannya itu, Aya tetap mencoba nge-date dengan match Tinder-nya. Bukan hanya satu orang, kadang dalam seminggu dia bisa ketemuan dengan tiga orang berbeda.
“Waktu aku masih lajang, biasanya aku suka ngopi bareng match Tinder aku, pernah langsung tiga kali ketemuan dengan tiga orang berbeda dalam waktu seminggu. Ngobrolin soal kehidupan, pekerjaan, sampai permasalahan sosial yang menarik buat aku. Aku juga jadi punya kesempatan buat melatih bahasa Inggris-ku saat bertemu match orang asing!” lanjut Aya.
3. Punya bio yang unik, seorang laki-laki menarik hati Aya
Suatu hari, Aya match dengan seorang laki-laki yang profil Tinder-nya menarik di mata Aya. Ia menganggap bio yang ditulis lelaki tersebut sangat lucu dan berbeda. Setelah match, mereka lanjut hangout bareng, dan obrolan mereka terus berlanjut.
“Dia pasang foto mirror selfie yang simpel dan natural. Aku juga tertarik dengan bio-nya yang lucu, ‘Harus nikah sebelum umur 30; atau, aku bakal berubah jadi penyihir.’ Menurutku itu lucu, dan menunjukan kalau dia humoris," cerita Aya.
Wah, ternyata bio yang unik itu mendatangkan match yang tak terduga, ya, Bela.
4. Ternyata match-nya adalah teman sekolahnya
Sering hangout bareng, kemudian Aya mengetahui bahwa lelaki bernama Fikar itu tinggal di Pamulang, Tangerang Selatan tempat Aya dibesarkan. Bahkan, ternyata mereka sempat satu sekolah sewaktu SD dulu. Nggak cuma satu sekolah, tapi juga satu kelas, namun jarang ngobrol.
“Aku menanyakan tentang lokasi Tinder-nya, dan katanya dia tinggal di area sekitar tempat tinggalku. Kemudian aku bertanya, ‘Jangan-jangan, kita juga sekolah di tempat yang sama?’ Kemudian dia bertanya apakah aku pernah menghadiri acara reuni sebuah SD di tahun 2012. ‘Kamu yang pakai baju abu-abu pada waktu itu ya?’" kata Aya.
5. Pacaran sampai akhirnya menikah
Setelah berinteraksi dengan banyak orang di kehidupan nyata dan Tinder, Aya tidak pernah menduga bahwa laki-laki yang ia cari selama ini ternyata sudah pernah hadir dalam hidupnya sebelumnya.
Tanpa pertemuan mereka di Tinder, kemungkinan Aya dan Fikar tidak akan pernah bertemu lagi dan bahkan tidak akan memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Berkat swipe right-nya, Aya dan Fikar akhirnya bisa bertemu kembali dan memulai hubungan yang indah bersama.
“Setelah berpacaran empat bulan, kami berdua siap untuk melangkah ke babak yang lebih serius, jadi kami duduk bersama untuk berdiskusi tentang rencana kami ke depannya setelah menikah. Mulai dari tempat tinggal, anak, karier, hingga keuangan. Ternyata banyak kesamaan yang kami memiliki terkait rencana dan tujuan masa depan,” jelas Aya.
Untuk Aya, ini merupakan poin penting karena akan memengaruhi bagaimana pernikahannya nanti. Misalnya saat membicarakan rencana memiliki anak, kalian harus saling setuju tentang bagaimana cara membesarkannya nanti. Atau saat membicarakan topik finansial, tentunya kalian tidak ingin berakhir dengan seseorang yang kurang bijak dalam mengatur uang.
6. Bukan hanya teman sekelas, keterbukaan dan sikap menerima jadi poin utama
Walaupun Aya dan suaminya pernah jadi teman sekelas, justru yang membuat Aya merasa siap untuk melanjutkan hubungan bukanlah sekadar perasaan familier belaka, melainkan keterbukaan dan sikap menerima yang ditunjukkan oleh suaminya.
Aya selalu tahu bahwa dia tidak akan menikahi seseorang yang tidak bisa menghargai pilihannya untuk menjadi wanita karier. Bersama Fikar membuat Aya sadar bahwa yang dibutuhkannya adalah seseorang yang dapat menerima dan menghargai pilihannya, dan perbedaan pendapat dari waktu ke waktu itu sangatlah normal, yang penting tetap bisa saling memahami satu sama lain.
Dibutuhkan seseorang yang tepat untuk bisa berkomunikasi secara terbuka dan jujur, sehingga dia sadar bahwa ada hubungan yang pantas diperjuangkan. Memiliki seseorang yang bisa diajak berdiskusi tentang masa depan membuat Aya merasa yakin.
Menurutnya, menjunjung nilai dan prinsip kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam berkembang serta memberikan kesempatan kepada pasangan untuk aktualisasi diri itu penting dalam perjalanan mencari cinta.
Itulah salah satu kisah sukses Tinder dalam mempertemukan sepasang insan dari teman sekolah menjadi teman hidup. Kalau Aya mampu menemukan pasangan dengan nilai-nilai yang sama di Tinder, kamu pastinya juga bisa!