Istilah lavender marriage belakangan tengah ramai diperbincangkan di media sosial. Lavender marriage adalah fenomena pernikahan dengan kesepakatan tertentu.
Biasanya, pernikahan ini terjadi di kalangan selebritas ataupun tokoh terkenal untuk menutupi orientasi seksual salah satu atau keduanya.
Namun, seperti apa lavender marriage terjadi dan bagaimana konsekuensinya? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini.
1. Apa itu lavender marriage?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, lavender marriage adalah pernikahan antara seorang perempuan dan laki-laki di mana setidaknya satu pasangan adalah homoseksual atau biseksual. Namun, pernikahan itu dilakukan dengan alasan lain selain cinta.
Lavender marriage ini dilakukan untuk menyembunyikan orientasi seksual mereka yang terlibat karena tekanan masyarakat. Adapun istilah 'lavender' digunakan karena mencerminan campuran warna yang secara tradisional dikaitkan dengan gender.
2. Sejarah lavender marriage
Istilah lavender marriage diciptakan pada awal abad ke-20. Fenomenanya banyak terjadi di Hollywood saat 'golden age', di mana para rumah produksi mewajibkan para artisnya untuk mempertahankan citra heteroseksual.
Meski lavender marriage tidak selalu berhasil, tetapi akhirnya justru menjadi sesuatu yang umum di masyarakat meski pada paruh kedua abad ke-20 homoseksualitas menjadi lebih diterima .
Pada saat hubungan sesama jenis dianggap ilegal dan tidak bisa diterima, lavender marriage kemudian menjadi cara mereka untuk menghindari penganiayaan.
3. Memahami konteks lavender marriage
Setelah mengetahui sejarahnya, banyak yang mempertanyakan bagaimana lavender marriage bisa terjadi. Mulanya, lavender marriage adalah ikatan yang diawali dengan sebuah kesepakatan. Kedua individu yang terlibat menyetujui pernikahan dan paham soal orientasi seksual masing-masing dengan alasan di baliknya.
Mereka memiliki tujuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang konservatif, lingkungan profesional, ataupun industri. Dengan menjalin lavender marriage, maka hal itu memungkinkan mereka untuk menjaga citra dan privasi pribadi mereka sekaligus.
Ekspektasi keluarga pun menjadi terpenuhi, begitu juga banyaknya masalah hukum dan finansial yang bisa diambil. Jadi meski tidak ada cinta atau hubungan romantis, masing-masing individu akan memiliki ikatan persahabatan dan dukungan timbal balik.
4. Alasan melakukan lavender marriage
Sejalan dengan konteks lavender marriage di atas, ada beberapa alasan pasangan melakukan pernikahan ini.
1. Penerimaan sosial
Alasan yang pertama mengapa lavender marriage terjadi adalah minimnya penerimaan terhadap LGBTQ+. Maka dari itu, individu mungkin akan memilih lavender mariage agar bisa diterima dengan lingkungan sosialnya, mewujudkan harapan keluarga, dan melindungi karier serta status sosialnya.
2. Mendapatkan manfaat hukum dan finansial
Secara hukum dan finansial, pasangan suami istri memang diberikan keuntungan finansial, pajak, hak waris, dan banyak lainnya. Hal itu tentu hanya bisa terjadi jika mereka melakukan lavender marriage dan menyembunyikan orientasi seksualnya.
3. Tekanan agama dan budaya
Hubungan antara agama dan budaya yang mengutamakan hubungan heteroseksual pun bisa membuat orang melakukan lavender marriage. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik dan pengucilan.
4. Keamanan dan keselamatan pribadi
Terakhir, di wilayah tertentu individu dengan LGBTQ+ menghadapi banyak diskriminasi, kekerasan, maupun konsekuensi hukum. Nah, lavender marriage akan menjaga keselamatan dan keamanan pribadi mereka dengan catatan menutupi identitas seksualnya.
5. Konsekuensi lavender marriage
Meski bisa terjadi, tetapi konsekuensi lavender marriage bisa sangat besar. Konsekuensi dari lavender marriage di antaranya sebagai berikut.
1. Tekanan emosional
Konsekuensi pertama, pasangan yang menjalin lavender marriage akan menghadapi kebingungan antara kepribadiannya di muka publik dan diri mereka sendiri. Hal itu akan menyebabkan tekanan emosional yang berujung pada depresi, kecemasan, dan krisis identitas.
2. Tantangan hubungan
Selain itu, tantangan hubungan karena tidak adanya ikatan romantis juga bisa muncul. Ketidakpuasan mungkin akan terjadi sehingga konflik berkelanjutan pun muncul karena kurangnya keintiman.
3. Isolasi sosial
Dalam lavender marriage, mereka yang ada di dalamnya mungkin mendapati bahwa mereka terjebak di antara dua dunia dan tidak sepenuhnya cocok dengan keduanya. Keterasingan karena menyembunyikan jati diri pun sebenarnya bisa memperburuk perasaan isolasi.
4. Situasi hukum yang rumit
Jika meluas ke ranah hukum, lavender marriage yang tidak berhasil bisa lebih kompleks daripada pasangan yang bercerai biasa. Sebab, mereka juga akan menghadapi isu pembagian aset, tunjangan, dan banyak lagi lainnya.
5. Hilangnya reputasi
Terakhir, terungkapnya lavender marriage bisa memicu perubahan drastis cara pandang orang terhadap mereka secara sosial maupun profesional.
Dari ulasan di atas, bisa disimpulkan kalau lavender marriage adalah pernikahan yang dilakukan untuk menyembunyikan orientasi seksual berkaitkan dengan LGBTQ+.
Meski sementara bisa melindungi individu dari masalah sosial, tetapi pernikahan ini juga menimbulkan banyak konsekuensi lainnya.