Akhir-akhir ini, netizen di Indonesia dihebohkan dengan fakta seorang wanita cantik yang menikah dengan jumlah mahar yang bisa dibilang sangat terjangkau. Berita tersebut menjadi pembicaraan seru karena sebagian orang meyakini bahwa sangat sulit menemukan wanita yang meminta mahar dengan jumlah yang sederhana, apalagi di zaman sekarang di mana pernikahan dipandang sebagai sesuatu yang mahal.
Berbicara tentang mahar yang murah meriah, ternyata bukan Erika Mulia asal Bojonegoro saja yang pernah mengalaminya. Popbela teringat dengan seorang ibu anak 2 bernama Nita Junita, yang selama ini eksis di Instagram berkat pola hidup sehat yang ia jalani. Lewat Instagram @nitajunita85, bukan hanya memberikan pengaruh terhadap banyak orang tentang diet, perempuan yang menikah pada tahun 2009 ini juga sempat berbagi kisah tentang mahar pernikahan yang sangat terjangkau. Yuk, simak hasil wawancara Popbela dengan Nita.
"Menikah dalam arti sedehana adalah menyatukan dua kepala menjadi satu hati. Di saat kita menemukan seseorang yang bikin kita nyaman, jangan tunda untuk menikah. Nyaman dalam arti kata nggak peduli latar belakang, nggak pandang fisik, nggak hitung materi."
"Sebelum memutuskan untuk minta mahar atau mas kawin, saya banyak bertanya pada orang tua. Dari sekian jawaban, ada satu yang bikin saya memantapkan hati, 'Mahar itu yg tidak memberatkan calon suami'. Dan pada saat menuju pernikahan, kondisi almarhum bapak sedang tidak sehat jadi saya memutuskan untuk mempermudah bapak dalam menyebutkan detail mas kawin, saya pilih 'seratus ribu rupiah'. Pernikahan kami tetap ada resepsi atas keinginan orang tua dan itu tidak mewah, karena banyak teman dan saudara yang ikut membantu dalam hal materi maupun dukungan."
"Ini yang mungkin bisa dicontoh oleh seluruh orang tua yg (maaf) pasang tarif tinggi untuk menikahkan anak gadisnya. Saat itu bapak saya berkata, saat menikah dengan ibu saya dulu beliau pun pemuda miskin yang hanya sanggup kasih mahar seratus perak. Almarhum bapak justru sangat mendukung pernikahan kami, mengingat saat itu calon suami yang sangat sayang sama bapak walaupun kami belum menikah. Bahkan bapak saya mengganggap calon suami sebagai anak sendiri, begitu pula sebaliknya. Ini juga nggak kalah penting buat para calon suami untuk pandai mengambil hati calon mertua."
"Sesuai kesepakatan semua pihak. Karena kalau dari anak gadisnya rela dinikahi dengan mahar seadanya, tapi kalau orang tua tidak ridho ya nggak akan bisa terjadi pernikahan. Menikah itu bukan hanya mempersatukan 2 orang, tapi 2 keluarga besar."
"Sangat setuju daripada mereka pacaran yg mengundang maksiat. Menikah itu menjadikan sesuatu yang haram menjadi halal. Menikah itu mudah, jangan dipersulit."
"Menikah itu cuma satu kali, semua orang menginginkan pernikahan yang bisa diingat seumur hidup. Pernikahan kami tidak mendadak, kami melewati masa pacaran, saat kami memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius, kami menabung dan mengurangi hal-hal yang tidak perlu seperti nonton bioskop atau jalan-jalan atau makan/jajan di luar seperti pacaran pada umumnya. Kami jadi lebih sering menyisihkan uang untuk keperluan menikah."
Pada dasarnya, mahar hanyalah media atau wujud yang menghubungkan kedua belah pihak dan menjadi salah satu syarat supaya pernikahannya sah. Besar kecilnya nilai mahar pun sebenarnya bukan persoalan besar. Asalkan sesuai kemampuan dan kesepakatan, mahar yang terjangkau juga nggak akan mengurangi makna pernikahan itu sendiri.
Kalau menurut kamu gimana Bela, setuju nggak dengan pendapat Nita?
