Selama beberapa minggu terakhir, wajah aktris dan penyanyi Nafa Urbach kerap muncul di media terkait kehidupan pribadi dan keluarganya. Jika saat itu Nafa pernah geram karena buah hatinya menjadi target pedofilia, lalu dilanjutkan dengan perceraiannya dengan Zack Lee, kini wanita berusia 37 tahun tersebut terpaksa kembali keluar-masuk kantor polisi terkait konten pornografi yang ditujukan kepada dia dan sang anak lewat media sosial.
Kasus yang menimpa Nafa ini telah menarik perhatian publik, termasuk para ibu yang memiliki anak kecil atau kita yang memiliki adik. Kita nggak akan pernah tahu apakah seseorang memiliki niat jahat kepada kita atau buah hati kita, apalagi ketika kita aktif di media sosial. Lalu, gimana sih caranya supaya buah hati kita sebagai generasi penerus bangsa ini terhindar dari segala tindak pelecehan dan kekerasan? Inilah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kasus Nafa.
1. Dimulai dari diri kita sendiri
Hal paling dasar untuk mencegah sang anak menjadi korban kekerasan dan pelecehan adalah memberikan kasih sayang yang konsisten, menunjukkan rasa percaya serta membangun komunikasi yang baik. Buatlah si kecil merasa dicintai dan merasa bahwa ayah atau ibunya akan mempercayainya ketimbang orang lain. Dengan demikian, dia nggak merasa takut untuk bercerita apa saja, termasuk hal-hal yang terjadi padanya atau orang-orang yang ditemuinya. Cobalah untuk mengurangi bermain gadget di depan anak supaya si kecil merasa bahwa dia merasa diperhatikan setiap saat. Libatkan diri kita dalam aktivitas dan hobinya, misal menjemput si kecil pulang sekolah lebih awal untuk mengurangi kemungkinan dia bertemu orang lain atau menonton dia bermain bersama teman-temannya.
2. Sadari potensi media sosial
Seperti kita tahu, media sosial menyimpan banyak keuntungan dan ancaman. Sayangnya, nggak semua pengguna media sosial, bahkan yang sudah dewasa, memahami betul potensi bahaya yang terkandung di dalamnya. Nafa sendiri mengaku awalnya dia sempat beberapa kali mengunggah foto putri kecilnya yang cantik, Michaela Lee Juwono, di Facebook. Sebagai seorang ibu, tentu senang dan bangga jika foto buah hatinya dipuji dan menarik perhatian orang lain di media sosial. Namun di situlah celah bagi orang-orang yang berniat jahat. Bisa jadi, foto anak kita di-download lalu disalahgunakan. Kejahatannya pun bisa bermacam-macam, seperti penculikan anak hingga kejahatan seksual. Maka dari itu, nggak heran jika beberapa artis termasuk seleb luar negeri menolak untuk mengunggah foto anaknya, bahkan menyensor wajah anaknya.
3. Pendidikan seks usia dini
Hal yang nggak kalah penting adalah memberikan pengetahuan sederhana kepada anak tentang nama-nama bagian tubuh termasuk bagian intim, bagian tubuh mana yang boleh dan nggak boleh disentuh, bagian tubuh yang boleh dan nggak boleh ditunjukkan. Mirisnya, nggak sedikit orangtua atau orang dewasa yang memasang foto anak kecil di media sosial, baik itu anaknya, adiknya, atau keponakannya dalam kondisi pakaian yang nggak lengkap. Misal, foto ketika si kecil baru selesai mandi baik itu telanjang, menggunakan handuk atau pakaian dalam. Mungkin bagi kita foto tersebut menggemaskan dan lucu untuk dipamerkan, tapi berbeda bagi para pedofil atau orang jahat lainnya. Satu lagi, kekerasan dan pelecehan terhadap anak nggak pandang jenis kelamin si kecil lho, Bela.
4. Ajari anak untuk bersikap
Bela, dulu ketika kita masih kecil, kita selalu dinasihati oleh orangtua sebelum berangkat ke sekolah untuk nggak menerima permen atau barang apapun dari orang nggak dikenal. Itu adalah cara orangtua kita untuk menanamkan pola pikir supaya lebih waspada kepada orang asing. Nggak hanya mengingatkan terus-menerus untuk menolak pemberian tanpa sepengetahuan kita, tapi juga mengajarkan untuk bersikap di situasi lainnya, termasuk situasi darurat. Apabila si kecil merasa diganggu oleh orang nggak dikenal, dia bisa mengambil sikap yang memancing reaksi orang sekitar seperti berteriak atau memanggil orangtuanya. Hal tersebut lebih baik daripada sang anak merasa bingung dan memilih diam saat berhadapan dengan orang asing.
5. Meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti perkembangan
Faktanya, sebagian besar pelaku kejahatan terhadap anak adalah orang-orang yang anak dan keluarganya kenal, misal seseorang yang tinggal di wilayah yang sama, orang dari lingkungan sekolah atau bahkan masih anggota keluarga kita. Meski demikian, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk mencegah tindakan tersebut menimpa si kecil. Selain itu, nggak ada salahnya kita sebagai orang dewasa atau orangtua untuk ikut komunitas, bergabung dalam forum atau sesederhana bertukar cerita antar orangtua tentang isu-isu kejahatan terhadap anak yang tengah marak. Dengan begitu, kita bisa selangkah lebih tahu dan waspada terhadap motif atau tren kejahatan baru yang berkembang. Cari tahu juga informasi terkait pertolongan atau pengaduan jika si kecil mengalami kekerasan.
Semoga bermanfaat, Bela.