Bagi sebagian besar orang, mereka mungkin pernah mengalami cinta pada pandangan pertama. Tak jarang sebagian dari mereka akan langsung beranggapan bahwa cinta pada pandangan pertama yang ditemuinya itu merupakan cinta sejati yang akan dinikahinya. Tapi, apakah sebenarnya hal tersebut hanya sebuah dongeng atau nyata adanya?
Pasangan seharusnya tidak perlu khawatir jika mereka tidak mengalami cinta pada pandangan pertama. Ini karena, hal tersebut bukanlah pra-syarat untuk memiliki pernikahan yang langgeng dan bahagia.
Seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, Sharon Gilchrest O'Neill, mengatakan bahwa orang-orang yang mengira mereka memiliki cinta pada pandangan pertama harus mempertimbangkan akan ada lebih banyaknya hal dalam pernikahan mereka yang perlu dipahami dengan lebih baik.
Lalu, apakah sebenarnya cinta pada pandangan pertama dapat menghasilkan pernikahan yang abadi? Melansir Brides, seorang terapis berlisensi, Rachel Dubrow, Dr. Tania Paredes, dan Sofia Robirosa akan menjelaskan fenomena cinta pada pandangan pertama dan arti pernikahan yang langgeng. Simak deretan penjelasannya berikut ini.
Apa itu cinta pada pandangan pertama?
Menurut Rachel Dubrow, cinta pada pandangan pertama berarti kamu merasakan secara instan koneksi ke orang lain. Beberapa orang menggambarkan hal ini sebagai gejolak yang berapi-api, yang lain menggambarkannya sebagai momen di mana tidak ada hal lain yang penting di sekitarmu saat dirimu melihat dan berbicara dengan seseorang untuk pertama kalinya. Perasaan yang kamu dapatkan ketika dirimu tidak ingin momen berakhir, karena kamu merasakan hubungan dengan seseorang yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Sementara, menurut Dr. Tania Paredes, cinta pada pandangan pertama adalah sebuah jenis perasaan elektrik yang kuat dan intens dan merupakan bentuk chemistry antara dua orang. Ini bisa menjadi sebuah euforia yang sangat menggembirakan. Mirip dengan seseorang yang sedang mabuk, kamu benar-benar diliputi perasaan itu.
Sharon Gilchrest O'Neill menjelaskan, bagi seseorang yang telah merasakan cinta pada pandangan pertama dan berharap itu akan bertahan selamanya, ia menggambarkannya sebagai reaksi perasaan secara langsung kepada seseorang. Biasanya hal pertama dari cara seseorang melihat cinta pertamanya adalah bagaimana seseorang berpakaian, gerakan fisiknya, suaranya, dan bagaimana seseorang itu melihat kamu. Ada perasaan di dalam hati, bahwa ada sesuatu yang istimewa tentang seseorang yang membuat kamu langsung tertarik, dan kamu segera merasakan bahwa dia merasakan hal yang sama.
Apakah cinta pada pandangan pertama itu nyata?
Menurut Rachel Dubrow, sangat mungkin untuk jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi kamu harus bisa meluangkan waktu setelah pertemuan pertama itu untuk benar-benar mengenal satu sama lain. Barulah kamu dapat mengetahui apakah seseorang itu bisa menjadi pasangan yang cocok atau tidak.
Cinta pada pandangan pertama tentu merupakan perasaan yang indah. Tetapi, itu bukan merupakan jenis cinta yang dibutuhkan untuk pernikahan yang bisa bertahan langgeng. Cinta yang ada pada pernikahan langgeng, termasuk di dalamnya ada ketertarikan dan mencintai pikiran, karakter, nilai, kepribadian, dan keterampilan seseorang. Hal ini tidak dapat kamu dapatkan secara instan saat melihat seseorang.
Selain itu, Dr. Tania Paredes menyebut perasaan instan ini sebagai Sindrom Bachelor dan menggambarkannya sebagai konsep bahwa ketika kamu melihat seseorang, akan ada gelora percikan api yang terbang dan kamu akan segera mengetahui apakah orang itu adalah pasanganmu. Hal itu secara pasti bisa mengarah pada pernikahan, tetapi pertanyaannya adalah dapatkah kamu mempertahankannya?
Bisakah cinta pandangan pertama menghasilkan pernikahan yang sukses?
Menurut Sharon Gilchrest O'Neill, ada kemungkinan bahwa cinta pada pandangan pertama dapat mengarah pada pernikahan yang langgeng. Tetapi sayangnya, kemungkinan tersebut bertentangan. Hal ini karena pernikahan yang langgeng akan mengalami banyak perubahan dalam hubungan fisik dan seksualnya. Ini karena berbagai alasan, termasuk memiliki anak, masalah kesehatan, dan karier yang menyebabkan naik turunnya hubungan seks--sedikit atau tanpa hubungan seks--dan periode ketika pasangan tidak berada di situasi yang sama.
Ia juga mengatakan bahwa dalam penelitian ada pemahaman umum mengenai tingkat awal gairah yang dimiliki pasangan pada awal hubungan tidak mungkin dipertahankan. Jadi, mengingat bahwa pasangan cinta pada pandangan pertama yang disatukan begitu cepat dalam fisik atau seksual yang tinggi, menyaksikan perubahan seksual alami seiring berjalannya waktu, ini lebih mungkin menyebabkan masalah dalam hubungan.
Namun, jika pasangan meluangkan waktu untuk mengenal satu sama lain setelah percikan cinta di awal pertemuan sebelum menikah, hal itu bisa berkembang menjadi pernikahan yang langgeng. Menghabiskan waktu untuk berkencan, baik secara virtual maupun secara langsung, meluangkan waktu untuk berbicara mengenai tujuan jangka pendek dan jangka panjang, terbuka mengenai ketakutan, kesuksesan, dan apa yang dilihat untuk diri sendiri dalam karier dan keluarga untuk satu dan lima tahun ke depan. Fase bulan madu berlangsung sekitar enam bulan dan kemudian orang-orang akan benar-benar mulai saling mengenali kekuatan, kebiasaan, beban, tanda bahaya, dan segala sesuatu di antaranya.
Jadi, selama kamu mampu mengatasinya dan tetap tenang, kamu pasti memiliki kemampuan untuk memiliki pernikahan yang langgeng. Namun, jangan melebih-lebihkan pentingnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Penting untuk diingat bahwa cinta hanyalah salah satu dari banyak komponen pernikahan yang langgeng. Begitu pula dengan komunikasi yang sehat, keintiman, kejujuran, kepercayaan, dan menghormati pasangan kamu serta tujuan, impian, dan keinginannya dalam hidup. Hal itu tidak dapat dipertahankan hanya dengan percikan cinta pada pandangan pertama yang kuat. Itu membutuhkan waktu, komitmen, dan kerja keras yang harus dilakukan kedua pasangan.
Kesalahpahaman tentang cinta pada pandangan pertama
Terdapat beberapa kesalahpahaman mengenai cinta pada pandangan pertama yang beredar di kalangan orang. Memang, terdapat kemungkinan kesukesan dari hubungan yang dapat berkembang dari cinta pada pandangan pertama. Tetapi, hal itu tetap memerlukan kerja keras dan komitmen dari kedua pasangan. Jika hanya mengandalkan nafsu cinta untuk mempertahankan hubungan yang kuat, tentu hal ini tidak akan cukup untuk melewati berbagai rintangan dalam kehidupan pernikahan. Berikut ini beberapa kesalahpahaman mengenai cinta pada pandangan pertama.
1. Cinta pada pandangan pertama adalah takdir
Cinta pada pandangan pertama memang mungkin menjadi sensasi luar biasa yang terasa seperti cinta. Tetapi sebenarnya, itu bukanlah cinta, melainkan disebabkan oleh reaksi kimia. Menurut Sofia Robirosa, pada dasarnya hal tersebut adalah kecocokan endorfin yang baik antara dua orang, dan ini merupakan indikasi ketertarikan fisik yang kuat.
Hal tersebut juga bukan berarti bahwa orang itu kemungkinan adalah pasangan hidup yang baik. Meski ketertarikan fisik diperlukan untuk hubungan yang sehat dan untuk mempertahankan hubungan seksual, namun ada lebih banyak hal yang diperlukan untuk mempertahankan hubungan jangka panjang.
Hanya ada sedikit keberuntungan yang terjadi saat seseorang bertemu dan merasakan cinta pada pandangan pertama serta memiliki pernikahan yang langgeng.
2. Perasaan itu saling menguntungkan
Beberapa orang percaya bahwa seseorang yang saat ini menjadi pasangannya dari pertemuan cinta pada pandangan pertama, telah melihat bahwa itu tidak benar-benar benar dirasakan juga oleh salah satu dari mereka. Sering kali pasangan itu mengikuti apa yang tampaknya terasa baik. Namun, seiring waktu berjalan, mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi mengabaikan perilaku tertentu tentang pasangannya.
3. Merasakan perasaan cinta pada pandangan pertama berarti akan bertahan lama
Persepsi lain yang sering kali disalahpahami dari cinta pada pandangan pertama, yakni meyakini bahwa perasaan yang dirasakan pada cinta pandangan pertama berarti akan bertahan lama. Sharon Gilchrest O'Neill menjelaskan bahwa salah satu dari kliennya merasa bahwa ia harus memberitahu pasangannya bahwa kliennya itu tidak percaya ada hubungan yang benar-benar solid. Ia merasa pernikahan tidak akan berjalan dengan baik. Perkataan bahwa pertemuan sebagai cinta pada pandangan pertama yang diucapkan pasangan kliennya tidak akan cukup menyatukan mereka.
Merasakan perasaan cinta pada pandangan pertama yang berarti akan bertahan lama hanya dirasakan oleh satu pihak pasangan saja, dan tidak menyelesaikan masalah maupun hal penting yang harus diperhatikan dalam hubungan pernikahan.
4. Cinta pada pandangan pertama tidak menjamin cinta pada pandangan kedua
Dr. Tania Paredes mengungkapkan, jika kamu merasakan percikan cinta dengan seseorang, itu tentu merupakan hal yang bagus. Namun, jangan terburu-buru untuk langsung memutuskan pernikahan. Lakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang kamu lakukan pertama kali saat kamu merasakan cinta pada pandangan pertama. Hal terpenting yang perlu kamu ingat adalah kamu dapat melihat apakah percikan cinta itu lebih dari sekadar hal yang hanya satu kali terjadi.