Puber kedua adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu fase dalam kehidupan. Biasanya, fase ini terjadi pada rentang usia 45 sampai 50 tahun. Seperti puber di usia remaja, puber kedua pun juga melibatkan masalah emosional serta pikiran.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab puber kedua, antara lain jenuh akan kehidupan serta menolak kenyataan bahwa dirinya sudah mulai tua. Saat seseorang mengalami hal-hal tersebut, maka kehidupan dan kesehatannya pun akan terganggu.
Pasangan suami istri yang telah menikah bertahun-tahun juga bisa saja mengalami puber kedua. Bahkan tak jarang berujung pada retaknya hubungan rumah tangga. Untuk mencegahnya, simak beberapa tips menghadapi puber kedua berikut.
1. Kenali gejala dan tanda-tandanya sejak dini
Umumnya, puber kedua dialami oleh seseorang yang sudah berusia matang dan memiliki kehidupan stabil. Diakibatkan oleh stres dan tekanan batin, gejala puber kedua justru cukup sulit dikenali. Apalagi jika orang tersebut adalah orang yang sibuk dan aktif berkegiatan.
Beberapa gejala yang mungkin muncul saat puber kedua adalah perubahan fisik berupa turunnya hormone testosteron serta otot dan tulang melemah. Ada pula perubahan emosional seperti murung, mudah marah, hingga konsentrasi menurun.
Oleh karena itu, pasangan suami istri yang sudah berusia matang sebaiknya mulai lebih memperhatikan pasangannya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi gejala serta tanda-tanda puber kedua sejak dini, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingankan.
2. Memperkuat jalinan komunikasi dengan pasangan
Meski sudah menikah untuk waktu yang cukup lama, menjaga komunikasi tetap harus dilakukan. Sebab, komunikasi yang baik adalah kunci dari keberhasilan hubungan. Termasuk pula saat mengalami puber kedua, komunikasi memiliki peran penting.
Saat seseorang mulai menunjukkan tanda-tanda puber kedua, sebaiknya ia dan pasangan mulai memperkuat jalinan komunikasi. Caranya pun sederhana, cukup dengan membahas hal-hal sepele dan saling bercerita tentang hari yang dijalani.
Kebiasaan ini nantinya akan meningkatkan ikatan emosional antara suami dengan istri, sehingga pernikahan mampu menghadapi puber kedua dengan baik dan tetap langgeng.
3. Menghabiskan waktu bersama dengan kegiatan menyenangkan
Rutin melakukan kegiatan menyenangkan dan menghabiskan waktu bersama pasangan merupakan salah satu langkah terbaik untuk menghadapi puber kedua. Di kesempatan ini, kamu dan pasangan bisa berbicara jujur dengan lebih santai, agar semua masalah dalam pernikahan menjadi jelas.
Manfaatkan pula kesempatan ini untuk membicarakan hal-hal yang selama ini tertahan. Cara ini dilakukan agar pasangan tidak menyimpan beban pikiran yang berpotensi memperburuk kondisinya saat puber kedua.
Beberapa pilihan kegiatan menyenangkan yang bisa kamu dan pasangan lakukan adalah jalan santai di sore hari, bersepeda, berkebun, atau jalan-jalan ke pusat wisata untuk melepas penat.
4. Tetap berhubungan intim secara rutin
Untuk menghadapi pasangan yang mengalami puber kedua juga dapat dilakukan dengan tetap berhubungan intim secara rutin. Sebab, hal ini merupakan kebutuhan biologis satu sama lain. Apalagi, kehidupan seksual juga menjadi salah satu faktor berpengaruh bagi kondisi emosional seseorang.
Selain itu, keharmonisan rumah tangga juga harus dijaga sebaik mungkin demi terciptanya kehidupan pernikahan yang menyenangkan, serta menghindari pasangan selingkuh dengan perempuan lain, agar mampu melewati fase puber kedua dengan baik-baik saja.
5. Belajar dan mencoba kegiatan yang menantang
Pada beberapa kasus, puber kedua tidak menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, melainkan menunjukkan rasa bahagia dan antusias berlebih. Bila mengalami hal ini, salah satu cara untuk menghadapinya adalah dengan menyalurkan antusiasme tersebut pada kegiatan yang menantang.
Manfaatkan momen ini untuk belajar serta mencoba hal-hal baru. Selain untuk melepas stres dan menghindari munculnya rasa cemas berlebih, ini juga termasuk kesempatan terbaik untuk memperkuat ikatan emosional pasangan agar mampu melewati puber kedua.
6. Lakukan terapi atau tindakan kesehatan lainnya
Salah satu gejala yang mungkin muncul pada fisik seseorang saat puber kedua adalah menurunnya hormone testosteron. Bila mengalaminya, cobalah untuk melakukan terapi dan konsultasi ke dokter untuk tindakan kesehatan lainnya.
Perawatan pertama yang bisa dilakukan adalah menerima suntikan intramuskuler, mengonsumsi obat oral dan aplikasi gel pada perut dan bahu, hingga terapi untuk mengatur kadar testosteron. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk mengisi kembali hormon testosteron yang hilang.
7. Menghindari stres yang berlebihan
Terakhir, seseorang yang sedang mengalami puber kedua juga harus menghindari stres yang berlebihan. Sebaiknya tetapkan aturan jelas untuk mengatur perasaan saat menghadapi pasangan maupun diri sendiri.
Ingatlah untuk selalu beristirahat bila mulai merasa lelah dan stres. Selain itu, dianjurkan pula untuk sering-sering melakukan kegiatan menyenangkan, agar diri sendiri merasa bahagia dan segala penat akan lepas.
Itulah dia beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai tips menghadapi puber kedua. Semua cara di atas bertujuan untuk menghindari kemungkinan buruk seperti perselingkuhan hingga perpisahan, agar pernikahan kamu tetap langgeng.