Tak dapat dipungkiri bahwa menjalani kehidupan pernikahan memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah perbedaan pendapat antara suami dan istri. Akibatnya, timbul emosi serta rasa marah pada satu sama lain yang tidak terhindari.
Meski marah adalah hal yang wajar, ternyata Islam memiliki hukum tersendiri tentang perilaku istri yang marah pada suaminya. Bahkan, saat seorang istri marah hingga membentak suaminya termasuk sebagai tindakan yang dibenci Allah SWT.
Kira-kira bagaimana ya hukum istri marah pada suami menurut Islam? Yuk, temukan jawabannya di sini!
1. Termasuk dosa besar, sebab suami harus dihormati oleh istri
Ajaran Islam selalu menjelaskan bahwa suami adalah sosok pemimpin dalam keluarga. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bila istri harus selalu menghormati dan mentaati suaminya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:
Rasulullah SAW mengatakan bahwa sangat tinggi kedudukan suami untuk istrinya.
“Seandainya saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seorang istri untuk sujud pada suaminya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi).
Kewajiban istri untuk mematuhi dan menghormati suaminya itulah yang membuat marah pada suami menjadi sebuah dosa besar bagi seorang istri.
2. Bukan dengan membentak, istri dianjurkan untuk mengingatkan suami secara halus
Sejatinya, istri marah pada suami karena suami melakukan kesalahan. Namun, untuk mengatasi rasa marah tersebut, istri dianjurkan agar mengingatkan suami dengan cara yang baik. Bukan dengan membentak suami, melainkan menggunakan tutur kata halus dan sopan.
Tujuannya, agar kemarahan tersebut tidak menyinggung perasaan suami hingga mendapat murka Allah SWT. Ketahuilah jika membentak suami termasuk dalam ciri-ciri istri durhaka yang akan dibenci oleh bidadari surga. Jadi, sebaiknya dihindari ya, Bela!
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, tetapi istrinya dari kelompok bidadari bakal berkata, ‘Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu; nyaris saja ia bakal meninggalkanmu menuju pada kami’.” (HR At-Tirmidzi).
3. Lebih baik beristighfar terlebih dahulu sebelum memarahi suami
Mengatasi rasa marah yang tak tertahankan serta tidak dapat disalurkan dengan cara halus memang sulit. Namun karena termasuk dosa besar, alangkah baiknya bila istri dapat selalu mengontrol diri sebelum memarahi suami.
“Dan sebaik-baik istri yaitu yang taat pada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tak sukai membicarakan suatu hal yg tidak berguna, tak cerewet serta tak suka bersuara hingar-bingar dan setia pada suaminya.” (HR. An Nasa’i).
Daripada menunjukkan emosi yang berlebihan, sebaiknya beristighfar dan memohon ampunan Allah SWT saat merasa marah. Sebab, istighfar akan menyejukkan hati yang panas. Apabila sudah agak tenang, awali pembicaraan dengan suami secara baik-baik untuk mencari jalan keluar.
4. Marah dan mendiamkan suami juga sebaiknya tidak dilakukan
Selain membentak, ada juga jenis marah yang sering kali kita lakukan, yaitu “silent treatement” atau marah dengan cara mendiamkan dan tidak mau berbicara dengan seseorang. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti menunggu agar pihak lawan menyadari sendiri kesalahannya.
Ternyata, seorang istri yang melakukan silent treatment dan mendiamkan suaminya saat marah juga memiliki landasan hukum dalam Islam, lho. Umumnya, istri yang mendiamkan suaminya berharap agar suaminya instropeksi diri, juga bertujuan untuk menghindari pertengkaran.
Meski dibolehkan, sebaiknya jangan mendiamkan suami selama lebih dari tiga hari ya, Bela! Hal ini Rasulullah dalam sabdanya sebagaimana hadis riwayat berikut:
لايحلّ لمسلم ان يهجر اخا ه فوق ثلاث (رواه مالك البخاري ومسلم
Artinya: “Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Malik, Al-Bukhari dan Muslim).
Itulah hukum seorang istri yang marah kepada suaminya berdasarkan ajaran agama Islam. Intinya, perselisihan antara suami istri memang mungkin terjadi, tapi segala sesuatu harus bisa diselesaikan dengan baik, ya, Bela.