Dikenal juga dengan istilah midlife crisis, puber kedua umumnya terjadi saat seseorang memasuki usia di atas 45 tahun. Namun, tanda-tandanya sendiri biasanya sudah dimulai sejak usia 30-an. Menurut Healthline, puber kedua mengacu pada sebutan untuk cara tubuh yang berubah pada usia tertentu.
Pada laki-laki, puber kedua biasanya ditandai dengan berkurangnya kadar hormon testosteron. Setelah memasuki usia 30-an, Therapeutic Advances in Urology menyebut bahwa kadar testosteron akan menurun hingga 0,4%–2% per tahunnya. Karena hal itu, laki-laki akan mengalami penurunan massa otot, kulit, serta rambut beruban.
Agar perubahan pada suami ini tidak mengganggu pernikahan, berikut tips menghadapi puber kedua.
1. Jaga agar komunikasi tetap intens
Siapa bilang komunikasi dalam pernikahan yang berlangsung lama sudah tidak penting lagi? Komunikasi masih menjadi hal yang sangat penting bagi semua hubungan, termasuk pada pernikahan jangka panjang.
Apalagi saat pasangan suami sedang menghadapi fase puber kedua, maka komunikasi harus tetap terjaga agar tetap intens.
Dengan puber keduanya ini, suami mungkin merasa ingin didengarkan, dimanjakan, dan melakukan banyak hal bersama pasangan. Jadi, luangkan waktu untuk mengobrol dan bicara dari hati ke hati.
2. Jangan sampai stres
Dengan perubahan fisik dan emosi pada suami, hal ini bisa menimbulkan kebingungan pada pasangan suami istri. Jika dibiarkan, akan mengakibatkan perasaan stres, baik pada suami maupun istri.
Manajemen stres perlu dilakukan untuk mengontrol perasaan ketika menghadapi suami—atau bahkan diri sendiri—yang sedang puber kedua. Saat mulai stres, cobalah untuk beristirahat sejenak, melakukan kegiatan menyenangkan, dan membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu.
Setelah bisa membuat diri lebih bahagia dan tenang, maka istri bisa membantu mengatasi stres pada suami saat puber keduanya.
3. Lakukan kegiatan atau hobi bersama
Meskipun suami mungkin suka bersikap menyebalkan, tetapi jangan menjauhinya. Justru ajak suami untuk melakukan kegiatan atau hobi bersama. Misalnya saja berkebun, bersepeda, jalan santai, atau bahkan mencari hobi baru yang menyenangkan.
Saat berusia 40-45 tahun, laki-laki umumnya suka mencari sensasi yang belum pernah mereka rasakan. Mencoba berbagai kegiatan untuk mengusir kebosanan akan membuat puber keduanya lebih mudah untuk dijalani.
Saat melakukan kegiatan bersama tersebut, ajak suami berbicara santai mengenai apa saja yang dirasakan dan sulit diungkapkannya. Ini bertujuan agar suami tidak menyimpan beban pikiran miliknya seorang diri.
4. Tetap berhubungan seks
Bagi perempuan, memasuki usia 40-an merupakan masa-masa yang sudah mulai jenuh berhubungan seksual. Namun, tidak dengan laki-laki yang kebutuhan biologisnya justru akan semakin meningkat saat menghadapi puber kedua.
Jadi, tips menghadapi puber kedua selanjutnya adalah sebisa mungkin jangan hindari hubungan seks dengan suami. Justru carilah cara agar sesi bercinta tetap bisa panas dan menggairahkan, meskipun usia sudah tidak lagi muda.
Cara tersebut juga akan menghindari pasangan selingkuh dengan perempuan lain. Terutama laki-laki mapan yang mungkin punya penghasilan berlebih.
5. Jika perlu, ikut terapi dan konsultasi
Karena puber kedua menyebabkan suami mengalami penurunan hormon testosteron, maka dia akan merasakan beberapa perubahan yang tidak menyenangkan. Jika sudah tidak bisa mengatasinya sendirian, maka jangan ragu ikut terapi atau konsultasi.
Beri pengertian pada suami agar tidak malu melakukannya dan ajak dia bertemu terapis atau konselor agar bisa menemukan jalan tengah terbaik.
Itulah tips menghadapi puber kedua dari Popbela. Puber kedua kemungkinan besar akan dialami oleh semua orang, baik laki-laki atau perempuan. Untuk para istri yang menghadapi puber kedua suami, jangan takut karena hal ini pasti bisa dilalui.
Hanya saja jangan menyepelekan atau mengacuhkan hal ini karena bisa berakibat buruk pada keberlangsungan dan kelanggengan pernikahan.