Untuk melihat seseorang suka kerapian atau tidak, lihatlah dari rumahnya. Bagi orang yang rapi, rumah yang antiberantakan adalah sebuah keharusan. Namun, ini bisa menjadi masalah jika dia menemukan pasangan hidup yang jauh lebih cuek, terutama untuk urusan kerapian.
"Bagi mereka yang tinggal bersama, sebenarnya tidak masalah apakah keduanya super bersih atau sangat berantakan. Namun, yang penting adalah apakah ambang batas mereka untuk gangguan tersebut sama atau berbeda. Semakin besar perbedaannya, semakin banyak konflik yang dimiliki,” kata Sarah Riforgiate, PhD, profesor komunikasi yang berfokus pada penelitian tentang pembagian kerja rumah tangga.
Jadi, jika bagi si rapi meninggalkan baju kotor di atas tempat tidur itu tidak boleh dilakukan, belum tentu si cuek berpikir seperti itu. Nah, inilah yang bisa memicu pertengkaran diantara pasangan yang baru hidup bersama.
Berikut ini 8 tips dari ahli untuk mengatasi perbedaan antara si rapi dan si cuek saat mulai hidup bersama.
1. Tanyakan perspektif pasangan tentang kerapian
“Jika kamu orang yang lebih rapi, kamu harus menganggap sifatmu itu sebagai preferensi, bukan sebuah keharusan. Dengan pola pikir itu, kamu akan lebih mungkin untuk memulai percakapan tentang perasaanmu mengenai sifat berantakan pasangan, tanpa membuatnya bersikap defensif,” jelas psikolog klinis Abby Medcalf, PhD.
Ia menyarankan untuk memulai pembicaraan dengan beberapa pertanyaan untuk menunjukkan kepada pasangan kalau kamu mau menemukan solusi yang cocok kalian berdua. Tanyakan perspektifnya tentang kerapian dan coba untuk melihat dari sudut pandangnya.
2. Jelaskan kalau kamu dan pasangan punya toleransi yang berbeda
Menurut Dr. Sarah, ini akan menghindari pembicaraan dari kesan menuduh. Jadi, kamu bisa menjelaskan kalau kamu lebih rapi dan pasangan lebih jorok. Namun, kamu memiliki toleransi yang rendah terhadap segala sesuatu yang berantakan, sedangkan toleransi pasangan tinggi.
Cara pandang ini juga bermanfaat untukmu, lho. Kamu jadi tidak akan memiliki pikiran negatif kepada pasangan, hanya karena dia berantakan. Untuk pasangan, cara pandang ini juga membuatnya jadi tidak terus-terusan kesal padamu, karena selalu disuruh menaruh baju kotor di tempatnya.
3. Utarakan keinginanmu secara spesifik
Daripada kamu kesal sendiri melihat pasangan selalu membuat berantakan rumah, langsung utarakan apa yang menjadi keinginanmu. Namun, jangan terlalu muluk-muluk. Nicole Anzia, pendiri layanan pengorganisasian, menyarankan untuk membuat pedoman yang spesifik, dapat dicapai, dan dapat diterapkan untukmu dan pasangan.
4. Jangan melakukan tugas yang seharusnya tidak kamu lakukan
Orang dengan toleransi rendah terhadap kekacauan akan melakukan apa pun agar hal yang dilihatnya berantakan menjadi rapi, termasuk melakukan tugas yang seharusnya tidak dilakukan.
Dr. Sarah memberikan contoh piring kotor di wastafel benar-benar mengganggu matamu. Itu sebenarnya tugas pasangan untuk mencucinya, tetapi karena tidak juga dilakukan maka kamu yang melakukannya. Jika terlalu sering melakukan ini, pasangan jadi menganggap kalau kamu melakukannya dengan sukarela dan memang menyukainya.
5. Akui dan puji kontribusi pasangan
Memuji pasangan dalam hal apa pun, tentu saja akan memberikan manfaat pada hubungan. Apalagi jika kamu memujinya karena dia sudah berusaha untuk lebih rapi atau paling tidak menaruh barang pada tempatnya.
“Ingat, kamu tidak jatuh cinta dengan pasangan karena misalnya dia membersihkan wastafel atau tahu cara menggunakan vacuum cleaner. Namun, kamu tetap harus menghargai hal-hal kecil tersebut. Ini akan membantu kalian untuk berbagi ruang dengan lebih nyaman satu sama lain,” ujar Dr. Sarah.
6. Sederhanakan tugas yang diberikan untuk pasangan
Jika pasangan bukan orang yang rapi, tugas yang terlalu rumit akan membuatnya malas melakukan hal tersebut. Kelly McMenamin, penulis Organize Your Way, menyarankan untuk membuat proses tugas rumah tangga lebih sederhana dan menghilangkan “aturan” yang bisa membuat pasangan kewalahan.
“Misalnya untuk keranjang cucian. Pertimbangkan untuk membeli yang tanpa penutup. Ini karena orang yang lebih berantakan mungkin menumpuk pakaian di atas tutup keranjang. Jika menggunakan keranjang tanpa penutup, maka pakaian pasti masuk ke keranjang,” ujar Kelly.
7. Buat zona yang berbeda untuk kamu dan pasangan
Tak perlu seluruh area di rumah jadi zona yang berbeda untuk kamu dan pasangan, tetapi cukup hanya beberapa. Misalnya, meja dapur dan kamar mandi adalah zona kekuasaanmu yang tidak boleh berantakan. Sementara ruang kerja dan garasi adalah zona pasangan sehingga dia bisa berbuat semaunya.
Menurut Brandie Larsen, salah satu pendiri layanan pengorganisasian, cara ini membantu mengurangi perebutan kekuasaan di rumah. Kamu dan pasangan jadi memiliki ruang untuk menjadi diri sendiri dan tidak perlu mematuhi sistem organisasi orang lain.
8. Tetapkan jadwal untuk melakukan tugas rumah tangga
Jika ini tidak dilakukan, maka kamu si paling rapi dengan toleransi yang sangat rendah terhadap kekacauan, jadi lebih sering melakukan berbagai tugas rumah tangga. Sementara pasangan yang lebih cuek dengan senang hati akan membiarkanmu melakukannya.
Untuk menentukan jadwalnya, katakan seberapa sering kamu ingin melakukannya dan tanyakan apakah pasangan bisa mewujudkannya. Jangan paksakan jadwal yang tidak bisa dilakukan pasangan, karena nantinya kamu yang akhirnya akan melakukannya.
Kamu juga harus menahan diri untuk tidak melakukan tugas pasangan. Berikan mereka kelonggaran jika tidak melakukannya tepat waktu. Ingat, pasangan bukan orang yang rapi sepertimu dan mungkin yang dilakukannya sudah termasuk pencapaian yang cukup besar.