Unggahan romantis para figur publik mengenai hari pernikahannya, atau cerita manisnya kehidupan rumah tangga mereka dengan pasangan idaman, menjadi faktor yang membuat banyak perempuan untuk ingin segera melangsungkan pernikahan. Ditambah dengan desakan orangtua, maupun lamanya waktu berpacaran, semakin mendorong keinginan seseorang untuk segera mengikrarkan janji suci yang sakral itu.
Namun terlepas dari semua itu, apa kamu siap menikah, Bela? Keinginan dan niatmu mungkin begitu besar, begitu kuat. Namun, apa diri dan hatimu sudah siap berlayar dalam bahtera bertajuk 'rumah tangga' ke depannya?
Melihat pasangan artis menikah dengan upacara yang khidmat dan romantis, siapa yang nggak ingin mengalami hal yang sama? Bukan hal yang salah jika menginginkan itu terjadi padamu juga, Bela. Namun keinginan tanpa kesiapan yang matang nggak akan membawamu ke pada pernikahan sempurna yang kamu idamkan.
Jujur saja, keinginan menikah menjadi begitu besar kala melihat teman-teman sudah melakukannya, atau ketika kamu merasa sudah mendapatkan sosok pasangan ideal meski baru mengenalnya dalam hitungan minggu, atau kamu ingin melakukannya karena sudah lama menjalin hubungan dengan pasangan. Keinginan menikah dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, sedangkan kesiapan menikah datang dari dalam diri sendiri.
Bukan salah dongeng pengantar tidur kalau kamu hanya tahu sisi manis dari pernikahan, seperti hidup bersama orang yang dicintai selamanya. Namun, kamu perlu membuka mata pada sisi gelap yang selama ini tertutupi. Pernah membayangkan rasanya tinggal satu atap dengan orang yang sama setiap hari? Pernah membayangkan harus menghadapi sikap buruk pasangan yang sulit diubah sampai selamanya? Ketika tahu sulitnya menjalani pernikahan, keinginan itu bisa pudar, lho.
Kamu tahu kalau dirimu siap menikah saat hati mantap melangkah ke pelaminan meski tahu sisi gelap dari kehidupan rumah tangga, dapat menerima semua kelemahan dan kekurangan pasangan dan mampu menjaga hubungan dari masalah-masalah yang akan menghadang di masa depan. Di hatimu, nggak ada lagi keraguan. Kamu siap menjalani kehidupan pernikahan yang penuh keseruan!
"Siap nggak siap, pasti akan menikah." Pernyataan itu nggak menunjukkan kalau kamu siap, Bela, melainkan menyiratkan hati yang terpaksa untuk menikah. Apa yang akan terjadi ketika memaksakan hati untuk menjadi siap? Kamu akan sulit menjalani dan menikmati kehidupan barumu. Sekalipun itu bersama dengan orang yang kamu cintai.
Kamu bisa merasa ingin menikah, namun kenyataannya nggak siap melakukannya. Dirimu ingin menikah, namun hatimu takut menghadapinya. Sebelum memutuskan untuk menikah, tanyakan pada dirimu sendiri. Apa kamu siap atau hanya sekadar ingin? Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, dan impian semua orang adalah melakukannya sekali untuk seumur hidupnya. Jangan sampai keputusanmu berakhir pada penyesalan sepanjang usia.
