Jika mendengar istilah perjodohan atau pernikahan yang direncanakan, kamu pasti langsung terbayang dengan cerita Siti Nurbaya yang menjadi realitas di Indonesia pada masa lampau. Bahkan, sampai masa modern sekarang, masih ada beberapa keluarga yang menerapkan sistem perjodohan. Nggak hanya di Indonesia, beberapa negara lain pun memiliki tradisi perjodohan, lho.
Melansir dari Elite Daily, masyarakat beberapa negara memiliki kebiasaan tradisional perjodohan atau pernikahan yang direncanakan. Lebih jauh lagi, perjodohan ini nggak hanya dilakukan oleh keluarga kedua belah pihak yang akan menikah. Tetapi, ini dapat direncanakan oleh anggota tertua dalam masyarakat itu atau keluarga tersebut meminta bantuan dari pihak ketiga, seperti match makers. Negara mana saja yang masih memiliki dan menjalani tradisi perjodohan ini?
1. India
Perjodohan telah menjadi bagian dari budaya India sejak tahun-tahun sebelum Masehi. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi lahirnya tradisi perjodohan ini, mulai dari identitas keyakinan, jalan karier, hingga kecocokan zodiak antara dua orang. Menurut salah satu survei yang dilakukan di negara Bollywood itu, dari 1,000 orang India yang berusia antara 18-35 tahun, 75% di antaranya mengaku lebih memilih menikah karena dijodohkan.
2. Korea
Cerita perjodohan atau pernikahan yang telah direncanakan, yang sering terjadi di K-Drama, terjadi secara nyata di negara Korea itu sendiri, Bela. Baik oleh masyarakat kota maupun desa di negara itu. Berdasarkan sejarah, pernikahan telah menjadi industri besar dalam budaya Korea, dengan keluarga menyewa jasa match makers untuk membantu merencanakan pernikahan dengan pertimbangan status sosial, keberpihakan politik, dan penampilan fisik calon pasangan.
Menurut berbagai sumber, jasa match makers ini sempat tutup pada tahun 80-an. Namun pada tahun 2007, keluarga kaya di kota besar menggunakan kembali menggunakan jasa itu untuk menemukan calon yang tepat untuk anak-anak mereka.
3. Jepang
Bicara pernikahan di Jepang, 70% di antara terjadi karena perjodohan atau telah direncanakan. Namun, tren itu sempat meredup pada tahun 90-an. Menurut salah satu survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Kesjahteraan pada tahun 1998, hanya 9% pasangan yang menikah karena dijodohkan. Kemudian pada tahun 2015, angka tersebut diyakini menurun hingga menjadi 6% saja.
4. Pakistan
Pakistan memiliki sejarah perjodohan yang panjang untuk ditelusuri. Pada tahun 2003, perempuan Pakistan boleh menikah tanpa perlu meminta restu dari walinya. Menurut Direktur dari Pakistani Women's Right Organization, the Aurat Foundation, Mahnaz Rahman, jumlah perempuan yang menikah tanpa izin keluarganya semakin meningkat semenjak peraturan itu dikeluarkan.
5. Bangladesh
Menurut salah satu artikel Huffington Post tahun 2017, pernikahan di Bangladesh cenderung dipahami sebagai menyatunya dua keluarga ketimbang komitmen antara dua sejoli yang menikah. Perjodohan ini telah ada di negara Bangladesh sejak berabad-abad lamanya, dan menjadi alasan terbanyak dalam angka pernikahan di negara itu.
6. Tiongkok
Faktanya, perjodohan atau pernikahan terencana ini adalah sebuah kegiatan ilegal di Tiongkok, tertulis pada Marriage Law of 1950. Namun, praktiknya sendiri telah mengakar begitu dalam ke budayanya sejak sebelum Masehi. Tepatnya pada masa Dinasti Qin dan Qing, pemerintah menerapkan sistem feudal di mana petani bisa mendapatkan tanahnya dengan bekerja untuk orang kaya. Artinya, ada semakin banyak tekanan untuk mendorong terjadinya pernikahan demi keamanan ekonomi. Karena itu, perjodohan sering dilakukan pada masyarakat saat itu sampai menjadi sebuah tradisi yang hidup di masa kini.
Menikah karena dijodohkan seakan mengekang kebebasan untuk mencintai dan menjadi satu dengan orang yang kita sayangi. Namun kenyataannya, ini menjadi salah satu tradisi di sebagian kalangan masyarakat sehingga nggak dapat dielakkan lagi. Tapi terkadang, nggak selamanya dan nggak selalu perjodohan itu adalah sesuatu yang buruk. Sebagian pasangan yang menikah karena dijodohkan, saling jatuh hati dan dapat menjalani pernikahan dengan bahagia. Bagaimana jika Tuhan mempertemukanmu dengan jodohmu melalui pernikahan yang direncanakan keluargamu, Bela?