Kekerasan dalam rumah tangga nggak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga pada verbal. Ucapan-ucapan kasar atau panggilan nggak sopan tentang dirimu, atau bahkan mengenai keluargamu, yang keluar dari mulut pasangan merupakan salah satu bentuk kekerasan verbal yang dapat berdampak buruk pada kesehatan jiwamu dan hubungan kalian berdua.
Tentunya, rasanya menyakitkan mengetahui seseorang yang melamar dan menikahimu, yang mengaku mencintaimu sampai akhir hayat, tega memanggilmu dengan nama-nama yang kasar, yang seharusnya nggak keluar dari mulutnya. Mengapa ia dapat melakukan hal itu padamu? Apa yang harus kamu lakukan untuk menghadapinya? Melansir dari Allwomenstalk, ada beberapa tips untuk menghadapi suami yang melakukan kekerasan verbal padamu.
1. Mencoba menghormatinya dan menghargainya saat berdebat
Mungkin, pasangan nggak selalu dan setiap waktu melakukan kekerasan verbal padamu. Misalnya, ia hanya mengataimu ketika sedang bertengkar atau berdebat denganmu. Jika situasinya seperti ini, coba renungkan terlebih dahulu. Apa mungkin kamu nggak memberikannya kesempatan untuk berbicara saat berdebat? Sebab jika ya, mungkin ini yang memicu emosinya dan membuatnya mengeluarkan kata-kata kasar padamu. Sebab ia merasa nggak dihargai dan dihormati olehmu.
Laki-laki dan rasa hormat merupakan dua hal yang nggak dapat dipisahkan. Ketika pasangannya nggak dapat menghormatinya di situasi tertentu, seperti saat berdebat, hal itu dapat melukai egonya. Maka, memberikannya kesempatan mengeluarkan pendapat ketika kalian bertengkar atau sekadar mengobrol.
Jangan memotongnya dan tunjukkan sikap kalau kamu benar-benar mendengarkannya. Jika sebelumnya kamu sempat mengabaikannya, jangan segan untuk meminta maaf dan berikan kesempatan untuknya berbicara. Bagaimanapun, langkah ini juga dapat melatih membangun rasa hormat satu sama lain. Ketika kamu menghormati pasangan, maka ia pun akan melakukan hal yang sama padamu.
2. Tunjukkan bahwa kamu tersinggung dengan kata-katanya
Jika kamu sudah menghormati pasangan dalam percakapan namun ia tetap mengeluarkan kata kasar padamu, coba untuk menunjukkan ketersinggunganmu saat itu juga di hadapannya. Misalnya, kata sederhana seperti, "Cukup, kata-katamu menyinggung perasaanku," atau kamu cukup menunjukkan raut wajah tersinggung, kemudian tinggalkan pasangan meski ia sedang berbicara.
Menunjukkan perasaanmu padanya dapat mengajarkan pasangan kalau ia salah dalam memperlakukanmu. Selama kamu nggak membalas kata kasarnya dengan kalimat yang sama karena masih menjaga rasa saling menghormati di antara kalian. Sebab, boleh jadi ia mengucapkan kata-kata kasar tersebut karena emosi sesaat dan pasangan nggak pernah menyadari kalau kata-kata tersebut dapat melukai perasaanmu.
3. Menjaga jarak dan saling memberi ruang sendiri
Ketika situasi kamu dan pasangan cukup memanas, nggak ada salahnya untuk menjaga jarak antara satu sama lain. Beri ruang pribadi, dan habiskan waktu tersebut untuk melakukan hal-hal yang kalian suka, seperti me time. Boleh jadi kamu dan pasangan sudah jarang menghabiskan waktu sendiri semenjak menikah dan kalian berdua terjebak dalam kejenuhan rumah tangga yang memicu emosi lebih cepat. Kalau seperti ini situasinya, jarak dan ruang sendiri adalah hal yang kalian berdua butuhkan.
Habiskan waktu ini dengan melakukan hal-hal yang dapat meredakan stresmu, seperti ke salon, merawat diri, dan sebagainya. Hadiahi dirimu dengan benda-benda atau treatment yang menyenangkan. Melakukan hal-hal ini dapat membangun rasa cinta pada dirimu sendiri serta rasa menghargai diri sendiri. Berikan ruang untuk pasanganmu, juga. Jangan menghalanginya karena ini artinya kamu merasa dendam dan obsesif dengannya.
4. Memuji tanpa ada makna tersirat
Jika pasangan mengucapkan kata kasar karena kamu kurang menghargainya atau selalu mengkritiknya, coba untuk berhenti melakukannya. Misalnya, kamu selalu mengomelinya karena ia jarang buang sampah dapur. Meski terkesan kecil, ini berdampak besar dalam hubungan, dan ini pula yang memicu pasangan melakukan kekerasan verbal padamu. Lagipula, apa pernikahan kalian harus berakhir hanya karena kebiasaan kecil yang nggak sesuai dengan ekspektasimu?
Selain berhenti mengkritik pasangan karena hal-hal kecil, coba untuk memberi pujian atas hal-hal yang ia lakukan, seperti membantu mencuci piring, mengganti bohlam lampu, dan sebagainya. Dengan begitu, kamu memberitahukan pasangan kalau sikapnya tersebut benar-benar membantumu. Selain itu, jangan lupa memuji dan menunjukkan rasa bahagiamu atas perbuatannya yang sudah menjadi bagian dari tanggung jawabnya, seperti bekerja menafkahimu.
Namun dalam memberikan pujian, kamu harus mengucapkannya dengan ketulusan hati. Jika makna di balik pujianmu adalah untuk menyindirnya, tentu saja makna tersirat itu akan sampai ke hati pasangan dan dapat melukai perasaannya. Pertengkaran yang diwarnai kekerasan verbal pun akan terus terjadi.
5. Mencari dukungan yang tepat
Orang-orang di sekitarmu memegang peranan penting dalam mendukungmu dan hubungan pernikahanmu. Akan ada teman atau keluarga yang mengatakan padamu jika pasangan bukan orang yang tepat untukmu dan baiknya untuk mengakhiri pernikahan ini demi kebaikan bersama. Ada juga yang menyarankanmu untuk bersabar dan memberikan saran terbaik untuk menjaga pernikahan tetap utuh.
Sebelum memutuskan untuk mendengar nasihat-nasihat itu, kamu harus mengetahui situasi pernikahanmu sendiri, Bela. Apa memang kekerasan verbal yang pasangan lakukan masih bisa diobati? Atau jangan-jangan, itu merupakan sisi gelap pasangan dan ia telah menunjukkan tanda-tanda bahaya sedari awal, namun kamu baru menyadarinya sekarang?
Cari dukungan dari orang-orang yang tepat dan kamu dapat melalui masalah ini dengan jalan terbaik. Jika perlu, kamu dapat berkonsultasi dengan terapis khusus hubungan pernikahan untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Siapa pun tentu nggak ingin menerima kata-kata kasar dari orang yang ia cintai. Namun sebelum memutuskan untuk meninggalkan pernikahan, renungkan kembali situasi hubunganmu dan pasangan saat ini. Mungkin kekerasan verbal yang pasangan lakukan terjadi karena ada yang salah dalam hubungan sehingga kalian masih bisa menyembuhkannya dan menyelamatkan pernikahan.