Kamu pasti pernah mendengar istilah pingit kan, Bela? Pingit atau pingitan adalah salah satu tradisi dalam proses pernikahan adat Jawa, di mana calon pengantin perempuan dilarang ke luar rumah atau bertemu calon pengantin laki-laki selama waktu yang ditentukan. Biasanya, keduanya nggak boleh bertemu sampai acara pernikahan tiba. Tradisi ini wajib dilakukan oleh pengantin yang menikah dengan adat Jawa. Tetapi, banyak juga pengantin yang melakukan pingitan meski nggak menikah menggunakan adat ini. Teruntuk kamu yang sudah menikah, apa kalian melakukan tradisi pingitan ini sebelum acara besar kalian?
Tradisi pingitan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tradisi pingitan wajib dilakukan oleh pengantin yang ingin menikah menggunakan adat Jawa. Beberapa adat lain juga memiliki proses pingitan yang sama dengan istilah berbeda. Misalnya adat Minahasa, ada proses bernama Pongasan, yaitu memingit calon pengantin perempuan sebelum menikah.
Jika menuruti adat, tradisi pingitan ini berlangsung selama 1-2 bulan lamanya, sampai hari pernikahan pengantin. Namun seiring berjalannya waktu, banyak calon pengantin yang nggak bisa melakukan pingit selama waktu tersebut. Jadi pada masa kini, umumnnya pingit dilakukan selama 1-2 minggu sampai hari pernikahannya.
Tujuan pingit
Tradisi pingit yang diturunkan dari leluhur kita sebenarnya memiliki tujuan dan manfaat untuk kedua calon pengantin, lho. Berikut ini beberapa tujuan pingit yang patut kamu ketahui:
Mempersiapkan diri: Tradisi pingitan bertujuan memberikan waktu pada calon pengantin untuk mempersiapkan dirinya menuju pernkahan. Saat dipingit, ia dapat beristirahat dan merawat dirinya sendiri dalam menyambut hari bahagianya. Dengan begitu, calon pengantin terlihat lebih sehat dan segar di hari pernikahannya.
- Memupuk rindu di antara kedua calon mempelai: Ada alasan tradisi pingit melarang calon pengantin perempuan keluar rumah dan menemui calon pengantin laki-laki. Alasannya agar keduanya dapat saling merasakan rindu sehingga saat pernikahan nanti, keduanya akan semakin bahagia karena lama nggak berjumpa. Selain itu, calon pengantin laki-laki akan merasa pangling melihat calon pengantin perempuan karena sudah nggak bertemu dalam waktu lama.
- Membangun rasa percaya dan kesabaran: Dengan nggak bertatap muka, tradisi pingit ini turut bertujuan untuk membangun rasa kepercayaan di antara calon pengantin. Selain itu, kedua calon mempelai ini turut melatih kesabarannya, yang bermakna agar perempuan dan laki-laki dapat bersabar dan berhati-hati saat menjalani kehidupan pernikahannya nanti.
- Menghindari mara bahaya: Konon, tradisi pingit juga memiliki makna agar kedua calon pengantin terbebas dari bahaya yang dapat mengganggu keselamatan keduanya. Ini merupakan salah satu kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat mengenai pingitan.
Apakah pingitan juga ada di luar negeri?
Apa pingit hanya menjadi tradisi yang ada di Indonesia? Melansir dari Elite Daily, rupanya tradisi pingitan ini juga ada di luar negeri, lho! Tentu saja, tradisi atau proses ini nggak dikenal dengan nama yang sama seperti di Jawa atau daerah lainnya. Namun, ada anggapan yang telah ada sejak dahulu kala kalau calon pengantin nggak boleh saling bertemu sebelum pernikahan keduanya. Konon kalau mempelai laki-laki bertemu dengan mempelai perempuan sebelum pernikahannya, sang perempuan nggak lagi 'murni' atau 'baru'. Bahkan mempelai perempuan dilarang berkaca untuk melihat dirinya sendiri.
Beberapa kepecayaan mengatakan kalau tradisi ini dipengaruhi dengan kondisi pernikahan masa lalu, yang umumnya merupakan pernikahan tersebut adalah perjodohan antara dua keluarga. Anggapan lainnya, calon mempelai dilarang untuk saling bertemu sebelum menikah karena takut pengantin laki-laki melihat pasangannya kurang menarik lagi sehingga enggan melanjutkan pernikahan.
Tradisi pingitan a la luar negeri ini masih dijalankan oleh sebagian orang. Ada yang melakukannya karena kepercayaan yang berkembang dari masa lalu. Ada pula yang melakukannya dengan alasan yang lebih sederhana dan logis, yaitu ingin membuat hari pernikahan terasa lebih spesial dan emosional karena rindu yang menumpuk.
Pingit di daerah lain
Pingit nggak hanya ada di dalam budaya Jawa, lho. Beberapa adat daerah lain juga memiliki tradisi yang sama, di antaranya:
- Suku Muna: Ada tradisi yang sama dengan pingit, bernama Karia. Tradisi ini bertujuan untuk mendidik calon pengantin perempuan sebelum menjalani kehidupan rumah tangga setelah menikah.
- Suku Betawi: Ada tradisi Dipiare. Tradisi yang mirip dengan pingit ini bertujuan agar pengantin perempuan dapat merawat penampilannya sehingga dapat tampil sempurna dan menawan di hari pernikahannya.
- Suku Buton: Upacara Posuo atau Bakurung, prosesi di mana perempuan-perempuan diisolasi dari dunia luar dan dilarang berkomunikasi dengan orang lain kecuali Bisha, orang yang ditunjuk untuk memberikan wejangan pada calon pengantin.
- Suku Banjar: Ada namanya tradisi Bapingit. Namun bedanya tradisi ini dilakukan setelah akad nikah. Mempelai perempuan nggak boleh beraktivitas dengan bebas di luar rumah, lalu menjalani beberapa perawatan diri, dan menerima nasihat untuk kehidupan pernikahannya nanti.
Itulah informasi menarik seputar pingitan. Rupanya, tradisi ini nggak hanya ada dalam pernikahan ada Jawa! Tradisi serupa juga dilakukan oleh adat lain dengan nama dan proses yang berbeda. Menariknya, masyarakat luar negeri pun memiliki tradisi yang mirip dengan keyakinan yang nggak jauh berbeda. Bagi kamu yang mau menikah, apa turut melakukan pingitan juga nantinya?