Apa Itu Broken Home dan Tips Membantu Anak Lewati Masa Sulitnya

Perpisahan bukan hal mudah termasuk untuk anak

Apa Itu Broken Home dan Tips Membantu Anak Lewati Masa Sulitnya

Istilah broken home biasanya digunakan pada keluarga yang mengalami perceraian. Perceraian tak hanya berdampak bagi pasangan suami istri, namun juga anak. Bahkan, anak adalah korban perceraian yang lebih rentan terganggu secara psikis, karena perpisahan kedua orangtuanya.

Membesarkan seorang anak broken home tidaklah mudah, karena siapa, sih, yang menginginkan kedua orangtua tidak akur bahkan berpisah? Fase berat ini tentu akan memengaruhi tumbuh kembang anak, terutama ketika dia mengalami perpisahan orangtua saat usianya masih sangat kecil.

Namun tentu saja, bukan berarti anak broken home tidak bisa tumbuh dengan baik dan berprestasi gemilang. Berikut ini penjelasan mengenai apa itu broken home dan tips membantu anak dalam melewati masa sulit setelah perceraian.

Apa itu "broken home"?

Apa Itu Broken Home dan Tips Membantu Anak Lewati Masa Sulitnya

Broken home berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu 'broken' dan 'home'. Broken berarti rusak dan home berarti rumah, sehingga jika diterjemahkan secara langsung adalah rumah yang rusak. Dengan kata lain, broken home bisa diartikan sebagai hubungan rumah tangga yang rusak atau rumah tangga yang bercerai.

Perceraian bisa terjadi karena berbagai macam hal, mulai dari ketidakcocokan, perkelahian, kekerasan dalam hubungan, hingga perselingkuhan. Tak hanya menyisakan kesedihan bagi pasangan suami-istri, perceraian dapat menyebabkan trauma mendalam bagi anak.

Keadaan keluarga bisa dikatakan benar-benar rusak, jika sudah tidak ada cinta maupun kebaikan. Tidak adanya kasih sayang dan cinta tentu akan memengaruhi tumbuh kembang sang anak, apalagi jika perpisahan sebelumnya sering diwarnai dengan pertengkaran hebat.

Cara membantu anak menghadapi kondisi 'broken home'

1. Tetap curahkan kasih sayang

Anak broken home bisa merasakan kesedihan yang mendalam bahkan hingga depresi, ketika dia tidak lagi merasakan cinta dan kasih sayang akibat perceraian. Itulah mengapa, hal terpenting yang harusnya menjadi fokus pada orangtua yang bercerai adalah kasih sayang pada anak jangan pernah sampai terputus.

Tetap curahkan kasih sayang yang cukup untuk mereka dan biarkan mereka meluapkan kesedihan, misalnya dengan menangis tanpa harus merasa dihakimi.

Pastikan anak mendapatkan cinta yang cukup dari kedua orangtuanya. Meski telah berpisah, rasa marah dan sedih pada anak broken home dapat diredam bahkan hilang jika dia merasakan kasih sayang yang cukup.

2. Jangan biarkan anak merasa kesepian

Rumah yang semula hangat dengan kasih sayang keluarga yang lengkap lalu hilang dalam sekejap lantas membuat anak yang broken home merasa kesepian. Apalagi jika salah satu dari kedua orangtua memiliki kehidupan baru dengan keluarga baru, perasaan terbuang dan sepi pastinya dapat mengganggu tumbuh kembang mereka.

Jangan sampai perasaan negatif ini memengaruhi anak apalagi hingga mengalami depresi. Untuk itu dampingi mereka dan pastikan mereka tidak sendirian dan akan selalu dicintai oleh keluarganya apa pun yang terjadi.

Sesibuk apa pun kamu atau mantan suami bekerja, tetap luangkan waktu bersama anak. Sehari-hari, kamu bisa menemani anak belajar dan bermain. Lalu saat akhir pekan, kamu bisa pergi jalan-jalan ke berbagai tempat bermain untuk anak.

3. Mengajak anak untuk berpikir positif

Sulit untuk tetap berpikir positif ketika kehilangan keutuhan keluarga, terutama bagi anak. Meski begitu, tetap ajak anak untuk berpikir positif serta menerima kenyataan yang ada. 

Sebelum perpisahan terjadi, ada baiknya kamu menjelaskan tentang perceraian antara kamu dan pasangan. Persiapkan anak, bahwa perpisahan terjadi antara pihak ibu dan ayah, tapi bukan untuk sang anak. Karena sampai kapan pun, ikatan orangtua dan anak adalah selamanya.

Selain itu, tegaskan pula bahwa perpisahan ini terjadi bukan karena kesalahannya. Memberinya pengertian akan membuatnya terhindar dari perasaaan bersalah dan depresi.

4. Selalu ada untuknya ketika dia marah dan sedih

Perasaan marah dan sedih wajar jika dirasakan oleh anak broken home, namun tetap dampingi anak ketika sedang berada di fase ini. Jadilah sandaran bagi anak dan jika bisa buatlah mereka membuka diri untuk menceritakan apa yang membuat mereka sedih dan marah.

Jangan pernah tinggalkan mereka ketika terpuruk, hal itu akan mengganggu perkembangan psikologisnya. Habiskan waktu bersama mereka terutama ketika sedang sedih atau marah. Tak perlu memaksa mereka untuk terbuka, cukup berikan perhatian dan waktu tentu akan membuat perasaan mereka jadi lebih baik.

5. Ajak mereka untuk bangkit

Berikan pengertian kepada anak untuk terus menjalani hidup sebaik-baiknya dan bangkit dari keterpurukan yang diakibatkan oleh perpisahan. Meski berat, ajarkan anak untuk bisa berlapang dada dan kuat, berikan mereka ruang untuk berkarya dan mencoba berbagai hal baru yang positif.

Begitu mereka menemukan kegiatan baru yang menyenangkan, tentu mereka bisa move on dari perpisahan kedua orangtuanya. Tetap dampingi mereka dan berikan kasih sayang yang utuh untuk mereka, ya.

Mengenal apa itu broken home dan bagaimana membesarkan anak dengan latar belakang demikian memang bukan hal mudah. Tapi, sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk selalu mendampinginya hingga dewasa dan mandiri, meski keluarga sudah tidak utuh lagi. Perlu diingat, kasih sayang dan cinta tetap harus dicurahkan secara adil untuk mereka, jangan jadi egois, bagaimanapun anak merupakan korban dari perpisahan orangtua.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved