Pasangan milenial yang saat ini berusia 20 hingga 30an dihadapkan pada berbagai keputusan hidup yang sulit. Survei menyatakan bahwa kecenderungan pasangan milenial untuk memutuskan hal besar, seperti memiliki anak dan kehidupan setelah pernikahan, merupakan hal yang berat. Tapi, dampak apa yang dirasakan pasangan ini saat mereka telah memutuskan hal berat tersebut?
1. Tinggal dengan orang tua
Sekitar 30% pasangan milenial masih ada yang tinggal dengan orang tua. Hal ini diakibatkan mereka ingin menabung sebagian uang mereka untuk biaya yang nggak bisa diprediksi nantinya atau bisa juga mereka nggak ingin mengkhawatirkan biaya sewa jika tinggal di luar. Namun, pasangan yang masih tinggal dengan orang tua memiliki batas, mengalami kesulitan untuk membentuk diri mereka sebagai pasangan dan merasa terkontrol oleh orang tua. 2. Mengejar karier impian vs keamanan kerja
Survei mengatakan bahwa hampir 50% pasangan milenial banyak yang ingin menjadi pengusaha. Mereka ingin menciptakan wirausaha yang mereka impikan. Namun, hal ini masih menjadi perdebatan karena stabilitas finansialnya yang tak menentu. Nggak bisa dipungkiri, masalah finansial kerap menjadi penyebab stres dalam suatu hubungan yang berujung pada ketegangan.
3. Penggunaan uang
Alokasi keuangan juga masih menjadi kendala bagi pasangan milenial. Mereka masih belum memprioritaskan keuangan untuk tujuan jangka panjang. Karena hal ini cukup sensitif, sebaiknya didiskusikan oleh pasangan sejak awal membina rumah tangga.
4. Kapan memiliki anak?
Pasangan milenial masih ragu-ragu saat membicarakan masalah anak. Terkadang, salah satunya nggak ingin menyakiti perasaan pasangannya karena nggak ingin memiliki anak terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan mereka masih berharap dapat menghabiskan beberapa tahun pertama menikah sebagai pasangan tunggal tanpa anak, sehingga mereka benar-benar dapat merasakan hidup bersama setelah pernikahan. Seperti yang kamu ketahui, pasangan milenial saat ini memiliki banyak keputusaan penting yang harus dibuat dan dipikirkan matang-matang. Jangan sampai keputusan ini merugikan satu pihak hanya untuk mempertahankan suatu hubungan. Coba komunikasikan dengan kepala dingin, ya.
Ditulis oleh: Salsabil Nabila Afhani