Keintiman adalah salah satu faktor penting agar hubungan pernikahan bisa awet dan berjalan harmonis. Bukan secara fisik saja, tapi juga meliputi keintiman spiritual, emosional, serta intelektual.
Banyak manfaat yang kamu dapatkan jika mampu menjaga keintiman dalam pernikahan, seperti meningkatkan gairah seksual dan kepuasan dalam hubunganmu, hingga meningkatkan kesehatan, baik dari segi fisik maupun mental.
Tentunya beberapa manfaat di atas nggak akan bisa kamu dapatkan jika dalam hubungan pernikahanmu terdapat penurunan keintiman.
Lantas, apa saja tanda dari keintiman dalam rumah tanggamu menurun? Simak jawaban selengkapnya yang telah Popbela kutip dari laman Psychology Today berikut ini.
1. Jarak yang merenggang
Tanda pertama dari penurunan keintiman adalah adanya jarak secara fisik, meskipun pasangan berada di ruangan yang sama. Padahal, lumrahnya pasangan di dalam hubungan pernikahan dengan tingkat keintiman yang tinggi akan merasa nyaman untuk berdekatan secara fisik.
2. Hilang perasaan rindu saat pasangan jauh
Biasanya, di awal pernikahan, pasangan akan saling merindukan satu sama lain ketika mereka berpisah. Berbeda halnya saat keintiman mulai menurun. Meski dipisah jarak yang jauh, nggak ada perasaan rindu yang menggebu. Mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing.
3. Nggak adanya komentar hangat
Tanda dari keintiman yang sehat ialah bagaimana tiap pasangan bisa memberikan komentar hangat satu sama lain. Entah memberi pujian terhadap pakaian yang digunakan atau makanan yang dibuat.
Akan tetapi, dalam hubungan pernikahan dengan keintiman yang menurun nggak menunjukkan hal tersebut. Tidak ada pujian ataupun pemberian pengakuan.
4. Berkurangnya sentuhan secara fisik
Banyak pasangan yang menjaga keintiman dengan sering berbagi sentuhan fisik sebagai bentuk kasih sayang. Seperti berpegangan tangan, mengelus rambut, hingga berpelukan.
Saat keintiman menurun, sentuhan fisik semacam itu akan berkurang, pada akhirnya akan memengaruhi intensitas berhubungan seks.
Ketika intensitas berhubungan seks berkurang akan mengakibatkan menurunnya kepercayaan diri hingga memburuknya kesehatan mental.
5. Pasangan bukan lagi prioritas
Pernikahan nggak hanya melibatkan cinta, tapi juga komitmen untuk menjaganya. Sudah seharusnya pasangan dalam pernikahan memprioritaskan satu sama lain, meskipun dalam keadaan yang nggak darurat.
Namun, prioritas ini akan berubah seiring menurunnya keintiman, entah itu pada pekerjaan atau urusan pribadi lainnya.
6. Menurunya kesabaran
Di fase awal pernikahan, tiap pasangan sangat mudah memaafkan dan memberi ruang satu sama lain untuk belajar dari kesalahan dan berkembang. Tapi, ketika mulai tidak adanya kesabaran untuk memberi kesempatan pasangan berbuat kesalahan, tandanya keintiman mulai menurun.
7. Tidak ada minat untuk mengetahui apa yang dilakukan pasangan
Di fase penjajakan kita biasanya sangat penasaran apa yang pasangan lakukan saat ini, apakah dia sudah makan atau belum, dan lain sebagainya. Tetapi, saat terjadi penurunan keintiman dan pasangan sedang berada jauh, kamu nggak akan berminat sama sekali untuk mengetahui apa yang sedang ia lakukan.
8. Munculnya banyak komentar negatif
Pasangan suami istri dalam hubungan pernikahan dengan keintiman yang tinggi biasanya akan saling mendukung satu sama lain, entah dalam hobi yang ditekuni dan lain sebagainya.
Dukungan semacam ini nyatanya dapat mempererat hubungan pernikahan ke arah yang lebih positif dan membuat satu sama lain merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Keintiman yang menurun akan menunjukkan tanda sebaliknya. Kita akan lebih mudah mengomentari pasangan hingga mengerdilkan perasaan pasangan.
9. Hilangnya perasaan tertarik atas minat pasangan
Tanda terakhir dari penurunan keintiman adalah hilangnya perasaan tertarik pada hal yang diminati pasangan.
Misalnya, jika dulu kita dapat dengan mudah membagikan hal yang diminati pada pasangan karena ia akan siap mendengarkan, sekarang rasanya dia nggak terlihat tertarik untuk mendengarkan.
Jadi itulah 9 tanda penurunan keintiman dalam hubungan pernikahan. Jika kamu menemui beberapa tandanya, cobalah untuk mengkomunikasikannya kepada pasangan. Atau jika memang diperlukan, kamu bisa meminta bantuan terapis pernikahan.
Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!
