Mengenal Red String Theory, Teori Seputar Jodoh dari Asia Timur

Katanya, jodoh itu terhubung dengan seutas 'benang merah'

Mengenal Red String Theory, Teori Seputar Jodoh dari Asia Timur

Bicara soal jodoh memang nggak ada habisnya ya, Bela. Karena, jodoh itu amat misterius, tidak bisa ditebak siapa orangnya, maupun kapan dia hadir di hidup kita, sehingga sangat menarik untuk terus diperbincangkan. Sosok jodoh bisa jadi seorang teman lama, rekan kerja, seseorang yang dikenal melalui sebuah komunitas, orang yang tak sengaja bertemu di suatu tempat, hingga seseorang yang ditemui melalui aplikasi kencan.

Kendati sangat misterius, namun menurut sebuah kepercayaan yang berakar dari mitologi Asia Timur kuno, sebenarnya kita dan sosok jodoh kita itu selalu terhubung melalui sebuah benang merah tidak terlihat, lho. Kepercayaan ini selanjutnya dikenal sebagai teori benang merah atau red string theory.

Nah, untuk memahami lebih jauh tentang red string theory, gulir terus artikelnya sampai habis ya, Bela!

Penjelasan mengenai red string theory

Mengenal Red String Theory, Teori Seputar Jodoh dari Asia Timur

Red string theory atau teori benang merah merupakan sebuah kepercayaan yang berkembang dari mitologi Asia Timur kuno, di mana dua orang yang ditakdirkan untuk berjodoh sebenarnya terhubung dengan benang merah yang tak kasat mata.

Benang ini bisa saja membentuk sebuah untaian yang rumit, tetapi tidak akan pernah putus, hingga pada akhirnya akan mempertemukan dua orang tersebut.

Dipercaya juga bahwa para Dewa sendirilah yang memilih dua jiwa ini yang nantinya akan bertemu di waktu yang tepat.

Asal-usul red string theory

Menurut legenda rakyat Tiongkok, cikal bakal teori benang merah berasal dari Dewa Yue Xia Laoren atau Yue Lao yang merupakan Dewa pernikahan dan cinta dalam mitologi Tiongkok yang dipercaya muncul di malam hari, dan akan menyambungkan benang merah tak kasat mata di antara dua orang yang ditakdirkan untuk berjodoh.

Nah, apabila benang ini sudah terhubung, maka dipercaya nggak akan ada satu pun hal yang dapat memisahkan keduanya. Kendati kisah hidup mereka mungkin akan cukup rumit, mereka tetap akan tetap bertemu pada akhirnya.

Cerita rakyat mengenai red string theory

Terdapat salah satu cerita rakyat populer yang berkembang di Tiongkok yang berasal dari dinasti Tang mengenai red string theory.

Alkisah, seorang pemuda bernama Wei Gu yang tengah melewati kota Songcheng secara kebetulan bertemu dengan seorang lelaki tua yang tengah bersandar pada ranselnya sembari membaca buku di bawah sinar bulan.

Wei Gu kemudian bertanya tentang apa yang tengah laki-laki tua tersebut lakukan. Lelaki tua itu kemudian menjawab, “Aku sedang membaca buku daftar pernikahan tentang siapa yang akan menikahi siapa. Di ranselku ini ada benang merah untuk mengikat kaki suami dan istri."

Tak lama setelah pertemuan keduanya, Wei Gu dan lelaki tua itu pergi ke pasar bersama-sama, di mana mereka melihat seorang wanita tua buta yang sedang menggendong seorang gadis kecil berusia sekitar tiga tahun.

Lelaki tua itu lalu berkata, "Gadis kecil ini akan menjadi istrimu di masa depan." Namun, tentu saja Wei Gu tidak memercayai hal tersebut, dan kemudian ia meminta seorang pesuruh untuk menusuk anak perempuan itu.

Beberapa tahun setelahnya, Wei Gu pun menikah dengan putri seorang gubernur Xiangzhou. Sang gubernur yang diketahui bernama Wang Tai itu berkata bahwa sangat sulit untuk menemukan pasangan bagi putrinya tersebut. Walaupun anak perempuannya itu memiliki paras yang cantik dan berusia muda, namun ia kesulitan berjalan dan punya bekas luka di punggungnya.

Wei Gu lantas bertanya mengapa sang putri gubernur memiliki bekas luka. Wang Tai menjawab bahwa luka yang dimiliki sang putri berasal dari luka tusukan yang didapatnya 14 tahun lalu saat sang putri ditikam oleh seseorang tak dikenal di sebuah pasar.

Ternyata, lelaki tua yang tak sengaja ditemui oleh Wei Gu adalah Dewa Yue Lao. Dewa Yue Lao lalu menetapkan bahwa jodoh Wei Gu merupakan anak gubernur yang pernah ditikam oleh pesuruhnya atas permintaanya ketika keduanya bertemu di pasar beberapa tahun yang lalu, dan keduanya pun telah dihubungkan oleh benang merah tak terlihat oleh sang Dewa.

Konsep red string theory dalam budaya Barat

Nyatanya, teori benang merah memiliki kesamaan konsep yang berkembang terkait jodoh dalam budaya Barat, yakni konsep soulmate atau belahan jiwa. Dipercaya bahwa setiap orang yang bertemu dengan belahan jiwanya, akan merasakan koneksi yang intens dalam waktu singkat, serta memberikan perasaan damai, aman, dan kesenangan di antara keduanya.

Kesimpulan

Red string theory atau teori benang merah merupakan sebuah kepercayaan yang berakar dari mitologi Asia Timur kuno, khususnya Tiongkok mengenai konsep jodoh. Dipercaya bahwa seseorang akan selalu terhubung dengan jodoh yang telah ditakdirkan oleh Dewa Yue Lao, atau Dewa pernikahan dan cinta melalui benang merah tak kasat mata.

Benang merah ini bisa saja kusut dan berbentuk tak beraturan, namun akan selalu saling menarik dua insan yang sudah dituliskan dalam buku takdir dan benang ini tidak akan pernah bisa putus oleh sebab apapun.

Teori benang merah disebut mirip dengan konsep belahan jiwa atau soulmate di dunia Barat. Karena soulmate sendiri diartikan sebagai dua orang yang pada akhirnya akan saling menemukan untuk saling mencintai bagaimanapun caranya.

Itulah tadi penjelasan lengkap mengenai red string theory. Bagaimana menurutmu, Bela?

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved