Akhir-akhir ini, kamu mungkin membaca begitu banyak berita tentang perselingkuhan yang berseliweran di media sosial. Tapi sebenarnya, apa sih yang menyebabkan seseorang berselingkuh?
Melansir Psychology Today, ada beberapa alasan utama seseorang berselingkuh. Beberapa di antaranya adalah menurunnya perasaan cinta pada pasangan, ketidakmampuan untuk berkomitmen, hingga adanya dorongan hasrat seksual. Namun, apakah alasan tersebut membenarkan perilaku tercela tersebut? Jawabannya, tentu saja tidak.
Sering terjadi nih, para pelaku perselingkuhan bukannya mengakui kesalahannya, tapi malah menyalahkan pasangannya karena dianggap nggak mampu memenuhi ekspektasinya di dalam hubungan. Padahal seyogyanya, seorang yang dewasa telah dikatakan mampu untuk memikul tanggung jawab atas perilaku dirinya sendiri. Sekalipun ia merasa nggak puas dalam hubungan percintaannya, perselingkuhan tetaplah bukan sebuah opsi.
Belum lagi segelintir orang yang ikut-ikutan menyalahkan korban perselingkuhan. Nggak heran kan kalau perselingkuhan bisa mengakibatkan luka batin yang begitu besar bagi para korbannya? Bagai luka menganga diberi garam, korban perselingkuhan sering kali jadi “terpaksa” merasakan sakit yang bertubi-tubi.
Namun, sebenarnya bukan hanya pasangan saja lho yang dapat merasakan efek pahit perselingkuhan. Keluarga, termasuk anak-anak dan orang terdekat, juga bisa terkena imbasnya. Lalu, apa sajakah efeknya? Untuk mengetahui jawabannya, kamu bisa coba simak 6 efek perselingkuhan pada keluarga yang sudah Popbela rangkum untukmu, melansir berbagai sumber berikut ini.
1. Keluarga akan merasa terluka
Banyak orang yang terjerumus ke dalam perselingkuhan meyakinkan diri sendiri, bahwa jika hubungan terlarang mereka diketahui, satu-satunya pihak yang dirugikan hanyalah diri sendiri dan pasangan utama, entah itu suami, istri, atau pasangan setianya. Padahal, semua orang dalam keluarga dekat, termasuk anggota keluarga besar dan teman-teman, akan ikut merasa terluka.
Selain itu, seseorang yang melakukan perselingkuhan sering kali menyalahkan pasangan sahnya atas perilaku tercelanya tersebut. Karena dalam benak si pelaku, nggak ada tuh istilah "korban tidak bersalah". Pemikiran itu bisa berlanjut dengan membawa alasan klasik, seperti pasangan pernah beberapa kali menolak berhubungan seks, hingga nggak mampu berkomunikasi dengan baik. Faktanya, satu-satunya orang yang harus disalahkan atas perselingkuhan tersebut adalah si pelaku perselingkuhan.
2. Perselingkuhan akan memengaruhi kondisi anak
Ketika orangtua berada dalam permasalahan ini, jangan pernah berpikir bahwa anak-anak mereka nggak akan terdampak. Ibaratnya, ketika sebuah rumah terbakar, anak-anak bersama dengan orangtuanya akan sama-sama kehilangan tempat tinggal.
Hal yang sama berlaku ketika perselingkuhan melanda sebuah keluarga. Gejolak, ketakutan, ketidakpastian, kemarahan, air mata, penarikan diri, tuduhan, penindasan, dan pertengkaran memengaruhi semua orang dalam keluarga, khususnya anak-anak yang pada dasarnya sangat sensitif dan bergantung pada orangtua mereka untuk keamanan dan stabilitas emosional serta fisik mereka.
3. Ketika perselingkuhan mengarah pada perceraian, semua orang akan merasa terpukul
Dengan hanya mempertimbangkan opsi perceraian saja sudah cukup untuk menimbulkan rasa sakit emosional yang tidak terlupakan. Keluarga itu ibarat penumpang di atas kapal dan coba kita analogikan hal ini lebih jauh. Jika perahu tenggelam, orang dewasa tahu caranya untuk berenang, namun bagaimana dengan anak-anak?
Hal yang sama berlaku dengan perceraian. Kebanyakan orang dewasa dapat menangani kandasnya pernikahan atau hubungan berkomitmen mereka dan bergerak maju, bahkan jika rasanya sulit dan menyakitkan. Namun, menurut penelitian, hal ini sering kali tidak berlaku pada anak-anak. Mereka akan cenderung kesulitan membangun hubungan jangka panjang dengan orang lain, hingga lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan mental.
4. Anak-anak yang terdampak dari perceraian akan merasa terabaikan
Sekalipun kedua orangtua masih tinggal di rumah yang sama, hal itu tidak menghalangi munculnya perasaan negatif, seperti perasaan diabaikan bagi anak-anak. Melansir Romper, Kimberly Friedmutter, seorang penulis buku Subconscious Power: Use Your Inner Mind to Create the Life You've Always Wanted, mengatakan bahwa anak akan merasa diabaikan ketika orangtua berselingkuh.
“Ketika orangtua berselingkuh, akan ada perasaan yang seringkali diterjemahkan oleh anak sebagai rasa pengabaian. Perasaan diabaikan menyebabkan ketidakpercayaan dan anak dapat menarik diri dari nilai orangtua itu (yang berselingkuh), dan menempatkan nilai lebih tinggi pada orang tua yang tinggal."
Selain itu, meskipun anak-anak tidak ada hubungannya dengan perselingkuhan, mereka mungkin akan merasa bertanggung jawab untuk membantu memperbaiki kembali hubungan antara kedua orangtuanya. Mereka juga mungkin akan membantu orangtua yang menjadi korban untuk kembali mendapatkan kembali cinta dari orangtuanya yang telah berselingkuh. Dan tentu hal ini sangat nggak sehat bagi kondisi kesehatan mental maupun emosional mereka.
5. Luka emosional yang tidak kunjung sembuh dapat berpengaruh negatif pada semua orang
Setelah tragedi perselingkuhan berakhir, sebagian besar pasangan nggak benar-benar melakukan penyembuhan diri untuk pulih sepenuhnya. Pasangan sering kali tetap berada di dalam keadaan ketidakpercayaan dan rasa bersalah. Kualitas hubungan mereka tidak pernah sepenuhnya pulih. Ibarat melukis di atas karat, cat akan mudah terkelupas dan tidak pernah terlihat bagus.
Bagi pasangan yang tidak pernah sepenuhnya sembuh dari luka akibat perselingkuhan, mereka akan menemui banyak pemicu yang memunculkan kembali kenangan menyakitkan, gejolak emosi, serta reaksi ekstrem yang sebelumnya terjadi. Ketegangan emosional yang memengaruhi pasangan yang belum sembuh ini, bisa sangat berdampak negatif pada semua orang di sekitar mereka, terutama anak-anak mereka yang sensitif. Seperti amarah dan kekesalan yang ditunjukkan, yang sebenarnya berasal dari luka masa lalu.
6. Cerita tentang perselingkuhan akan selalu diingat
Meskipun ada pasangan yang mungkin memilih untuk tetap bersama, semua orang yang mengenal keduanya mungkin akan memperlakukan mereka secara berbeda. Mereka selamanya akan ditandai, terutama oleh orang-orang terdekat. Untuk menyembuhkan diri dari kisah memalukan ini, yaitu dengan menerima kenyataan bahwa perselingkuhan memang benar terjadi, dan barulah proses emosi yang timbul dari ingatan tersebut.
Bagi kamu yang menjadi korban perselingkuhan, ingatkan diri bahwa kamu berhak untuk pulih dan melanjutkan hidupmu dengan baik. Kamu tetaplah individu yang utuh dan berharga. Kalau kamu merasa begitu berat dalam menghadapi kejadian ini, mintalah bantuan kepada orang-orang terdekat yang kamu percayai mampu meringankan bebanmu, atau jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog atau psikoterapis untuk memfasilitasimu dalam proses pemulihan diri. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Bela!