Keluarga dianggap sebagai jantung dari setiap komunitas Muslim. Kehidupan keluarga diciptakan oleh Allah untuk menjaga masyarakat tetap bersatu dan umat Islam harus mengikuti contoh dari Nabi Muhammad, yang bahagia dan harmonis. Keluarga di sini adalah termasuk orangtua, anak-anak, kakek-nenek, dan kerabat lanjut usia atau sanak saudara jauh yang masih memiliki hubungan darah.
Namun, kata saudara bagi sebagian besar Muslim bisa berarti keluarga besar yang memiliki stabilitas, kontinuitas, cinta, dan dukungan yang lebih besar satu sama lain. Maka tindakan menjaga ikatan keluarga adalah kewajiban dalam agama Islam. Ini artinya memiliki hubungan baik dengan kerabat seseorang, untuk mencintai, menghormati, dan membantu mereka.
Sebaliknya, memutuskan ikatan keluarga (qata-ur-rahm), tidak dapat ditoleransi. Dalam Alquran, Allah mengutuk umatnya yang memutuskan hubungan keluarga tanpa alasan yang sah yang dapat diterima dalam Islam. Setiap orang memiliki hak atas satu sama lain, termasuk juga hak anggota keluarga.
Umat Muslim percaya bahwa kehidupan keluarga adalah dasar dari masyarakat manusia yang menyediakan lingkungan yang aman, sehat, dan mengasuh bagi orangtua dan anak-anak yang sedang tumbuh. Tempat terbaik untuk mewariskan dan mengembangkan kebajikan manusia seperti cinta, kebaikan, belas kasihan, dan kasih sayang adalah dalam keluarga.
Keutamaan tentang keluarga juga dijelaskan dalam berbagai hadis. Simak di bawah ini.
1. Berbakti pada orangtua
Dalam Agama Islam ada istilah birrul walidain, yang mengajarkan seorang anak untuk selalu berbakti kepada orangtua.
Birrul walidain merupakan bagian dalam etika Islam yang menunjukan tindakan berbakti seorang anak kepada kedua orangtua. Berbakti kepada orangtua ini hukumnya wajib bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orangtuanya adalah nonmuslim.
Bagi seorang Muslim, berbakti kepada orangtua bukan sekadar untuk memenuhi tuntunan norma kesopanan, namun sebagai salah satu cara menaati perintah Allah SWT.
2. Tanggung jawab orangtua pada anaknya
Sementara itu, dalam Islam, orangtua juga bertanggung jawab untuk merawat anak-anak mereka secara fisik dan emosional. Tujuannya adalah agar anak-anak mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan disiplin, serta tentu saja bertakwa pada Allah SWT.
Tak hanya mengajarkan anak-anak mereka tentang apa yang benar dan salah, orangtua juga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Mulai dari kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan rumah, kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan pendidikan yang layak.
3. Tanggung jawab suami dan istri
Tak hanya perlu memenuhi kewajiban terhadap orangtua dan anak-anak, Islam juga mengajarkan tentang kewajiban suami dan istri dalam keluarga.
Memberikan nafkah, menjaga istri, membimbing istri, memberikan rasa cinta dan kasih sayang, serta menggauli istri secara baik, merupakan kewajiban bagi seorang suami. Sementara untuk istri, kewajibannya berupa menaati suami, menjaga kehormatan suami, mencari kerelaan suami, memahami urusan bercinta, dan menyenangkan hati suami.
Hadis Tentang Wajib Mengutamakan Keluarga.
1. Kewajiban orangtua untuk membekali anak-anaknya dalam ibadah
“Perhatikanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan salat ketika mereka berumur 7 tahun. Jika mereka telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka.” (HR. Abu Daud, no. 495; Ahmad, 2: 180)
Namun perlu dipahami bahwa perintah tersebut haruslah lembut, membimbing, dan menyemangati. Pukulan yang dimaksud bukan untuk menyakiti, melainkan untuk menegur dan bukan pukulan keras. Selain itu, pukulan tidak boleh dilayangkan di wajah, karena bisa merusak mental sang anak.
Rasulullah SAW memerintahkan untuk memotivasi tanpa mengancam, tanpa memukul, tanpa mencela, tanpa menghina, dan tanpa hukuman apa pun, sampai ia berumur 10 tahun.
2. Suami sebagai kepala keluarga wajib memberikan nafkah untuk keluarganya
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi)” (HR. Muslim no. 995).
Sebagai seorang kepala rumah tangga, suami wajib mencukupi setiap kebutuhan keluarga, mulai dari tempat tinggal, makanan, pakaian, obat-obatan, kebutuhan hidup sehari-hari, hingga pendidikan untuk anak-anak.
Nafkah tersebut penting dalam membangun landasan yang bisa menjadi jaminan bagi kelestarian perwujudan keluarga yang dibentuk bersama.
3. Bagi seorang istri, kewajibannya adalah menaati suami dan merawat suami sebaik mungkin
"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasai, no. 3231; Ahmad, 2: 251)
Contoh taat yang dimaksud adalah, istri patuh ketika suami menyuruhnya untuk beribadah, menutup aurat, dan lain-lainnya. Namun, istri tidak wajib taat untuk hal-hal yang melanggar aturan agama dan/atau kesusilaan
4. Wajib untuk mengajarkan anak dan istri juga saudara perempuan untuk bertakwa kepada Allah
“Siapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu merawatnya dengan baik serta bertakwa kepada Allah atasnya, maka akan masuk surga.” (HR. Ibnu Hibban di Shahihnya, no.2/190).
Laki-laki dianggap sebagai kepala dan imam dalam keluarga. Itulah mengapa suami memiliki kewajiban untuk menjaga istrinya dengan baik, menjaga harga dirinya, serta menjunjung tinggi kehormatannya. Laki-laki juga diharapkan bisa membimbing istrinya untuk bertakwa pada Allah SWT. Hal ini juga berlaku saat di keluarga terdapat saudara atau anak perempuan.
5. Keutamaan untuk memuliakan ibu
“Seseorang mendatangi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam seraya bertanya, “Wahai Rasulullah siapa orang yang paling berhak untuk dipergauli secara baik? Beliau bersabda, “Ibumu.” Dia berkata, “Kemudian siapa (lagi)?’ Beliau berkata, “Kemudian Ibumu.’ Dia berkata, “Kemudian siapa (lagi)?’ Beliau berkata, “Kemudian Ibumu.’ Dia berkata, “Kemudian siapa?’ Beliau berkata, “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhori, no. 5626 dan Musim, no. 2548).
Tak bisa dipungkiri, bahwa peran seorang ibu adalah peran yang sangat berat untuk dijalani seseorang. Dari mulai mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, hingga mendidik anaknya, merupakan peran yang ditanggung seorang ibu. Itulah mengapa hadis di atas menunjukkan pentingnya kita mencintai dan menyayangi seorang ibu bahkan tiga kali lipat lebih besar dari ayah.
Dari kelima hadis tentang keluarga tersebut dapat kita simpulkan betapa pentingnya bagi kita untuk mengutamakan kesejahteraan keluarga. Keluarga adalah rumah ternyaman bagi kita, maka dari itu buatlah keluarga kamu selalu berada di jalan Allah.