Peran Gender dalam Rumah Tangga, Mana yang Masih Dipertahankan?

Gimana posisi wanita dan pria dalam keluarga?

Peran Gender dalam Rumah Tangga, Mana yang Masih Dipertahankan?

Apakah perempuan itu harus berambut panjang, memakai rok atau gaun warna pink yang selalu dikaitkan dengan feminitas? Dalam rumah tangga, posisi perempuan di Indonesia masih berada di bawah laki-laki. Istri boleh bekerja misalnya, asal harus memperhitungkan segala kegiatan yang ada di rumah. Apa kamu sepakat, Bela?

1. Memasak itu bukan kewajiban, tapi skill yang tak berhubungan dengan gender

quirkybyte-f30e703a13cbfd0bf4148d76813ec46b.jpgquirkybyte.com

Selama ini, banyak orang beranggapan jika menjadi istri maka wajib bisa memasak. Padahal, tak pernah ada yang mewajibkan skill ini mutlak harus dimiliki oleh perempuan. Lelaki pun nyatanya sudah banyak kok yang mahir memasak. Sama halnya seperti menari dan melukis, memasak pun tentang minat dan bakat. 

2. Mencuci pun bukan keharusan perempuan, sebelum menikah laki-laki juga biasa melakukan

imdb-cfe06da871b732140f322759dcab7c79.jpgimdb.com

Rumah tangga adalah milik dua orang dengan posisi yang setara, seharusnya. Segala yang terjadi di dalamnya baiknya didiskusikan dulu, termasuk istri yang bekerja, suami yang lembur, dan pembagian tugas rumah tangga. Jika keduanya sama-sama bekerja dan punya jam kerja yang sama panjangnya, apa iya seluruh pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, menyiram tanaman hanya akan dilimpahkan kepada istri?

3. Perempuan harus menjaga dan mengurus anak di rumah. Di beberapa negara, hal ini mulai diluruskan

modernfamily-wikia-3-a28ef56d806a44ccc2fb03a25e762cdf.jpgmodernfamily.wikia.com

Di Swedia misalnya, perempuan boleh cuti hamil dan melahirkan selama 480 hari (satu tahun lebih), dan tetap digaji hingga 80%. Negara lain seperti Kroasia, Denmark, dan Serbia bahkan memberikan gaji 100% bagi perempuan pekerja yang cuti hamil, meski lamanya tak seperti perempuan di Swedia. Mereka sadar bahwa hamil dan melahirkan adalah kodrat perempuan, sehingga cuti yang layak pun diberikan. Namun, merawat anak bukanlah pekerjaan istri saja, sehingga negara-negara tadi juga memberi cuti selama tiga bulan bagi suami yang ingin menemani istri dan anaknya pasca melahirkan.

4. Laki-laki takut menikahi perempuan berpendidikan tinggi, kata siapa?

parade-effa1e85c3af72c0cf17e039a5c08620.jpgparade.com

Sama sekali tak ada yang salah dari menjadi suami yang punya istri berpendidikan tinggi. Pernikahan, bukanlah tentang persaingan siapa yang lebih pintar dan siapa yang lebih bodoh. Sejak kecil, para pria seakan didoktrin harus kuat, tak boleh menangis, harus jadi pemimpin semua orang-dan itu bukanlah hal mudah. Makin kemari makin banyak juga suami yang punya istri dengan pendidikan lebih tinggi.

5. Laki-laki memang mendapat legitimasi dari masyarakat sebagai pemimpin dalam rumah tangga

filmaffinity-0df5b03d16e65be00d6d8bd90ca574c1.jpgfilmaffinity.com

Meski begitu, kita seharusnya juga menyadari bahwa laki-laki dan perempuan itu sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih berkuasa dari yang lain. Bukankah sebenarnya yang membedakan antara kaum wanita dengan kaum laki-laki hanyalah identitas dan cara pandang masyarakat terhadap identitas itu?

Menikah tak hanya menyoal tuntut-menuntut hak dan kewajiban. Menikah juga tentang kerja sama dan tolong menolong. Sampai kapan kita mau didikte dan menjadi korban stereotipe seperti harapan orang lain pada umumnya? Meski jarang memakai rok dan gaun, mesti tak menyukai warna pink, dan meski tak bisa memasak, kita tetaplah perempuan sejati. Anggota tubuh kita masih sama, termasuk payudara dan vagina yang masih menempel sempurna. Tidak bisa memasak tak lantas membuat kita tiba-tiba memiliki kumis dan penis, kan?

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here

























© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved

Follow Us :

© 2024 Popbela.com by IDN | All Rights Reserved