Pernah dengar istilah open marriage? Mungkin kamu baru mendengar istilah ini, tapi sebenarnya konsep pernikahan terbuka alias open marriage sudah ada sejak lama, tepatnya tahun 1970an.
Istilah open marriage populer sejak penulis Nena O'Neill and George O'Neill menuliskan buku berjudul Open Marriage pada tahun 1972.
Dalam pernikahan ini, pasangan secara konsensual menciptakan aturan bersama yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Awalnya open marriage dianggap sebagai hal yang baik, tetapi secara historis, open marriage masih terlalu tabu dibicarakan secara terbuka.
Salah satu pesohor yang kabarnya melakukan open marriage adalah Will Smith dan Jada Pinkeet Smith. Walaupun mereka sering membicarakan tentang open marriage, kenyataannya masih ada saja kesalahpahaman mengenai konsep pernikahan ini.
Simak penjelasan berikut untuk mengetahui apa itu open marriage dan dampak buruknya.
Apa itu open marriage?
Secara harfiah, open marriage adalah pernikahan yang masing-masing pihaknya setuju jika salah satunya dapat berhubungan seksual dengan orang lain. Namun kebanyakan orang yang hidup dengan open marriage menganggap makna itu masih sangat terbatas atau abu-abu.
Bagi beberapa pasangan, open marriage mengizinkan setiap orang mengeksplorasi hubungan seksual dengan orang lain. Namun ada juga pasangan yang ingin mencari makna hubungan melalui open marriage, seperti cinta satu malam dengan pihak ketiga atau sosok pasangan jangka panjang.
Dalam praktiknya, open marriage masih sulit dilakukan dan batasannya tidak jelas. Beberapa orang mengizinkan pasangan mereka untuk berhubungan seksual dengan orang lain, sementara yang lainnya lebih suka mengizinkan jenis aktivitas seksual tertentu, seperti berciuman dan merayu satu sama lain.
Kebanyakan, dalam open marriage menganggap pasangan menikah mereka adalah pasangan utama dan setiap hubungan lainnya termasuk sekunder.
Menurut penulis New Monogamy, Tammy Nelson, mengatakan dalam gagasan baru tentang open marriage, masing-masing pasangan berasumsi pasangan utama adalah pasangan saat menikah. Akan tetapi keterikatan lainnya diperbolehkan selama tidak mengancam hubungan utama.
“Sulit mendeskripsikan open marriage dengan satu definisi tunggal, karena beragamnya perspektif. Open marriage beradaptasi dengan preferensi masing-masing,” ujar Tammy yang dikutip dari laman ChatOwl.
Lantas, bagaimana dampak buruk open marriage? Berikut adalah penjelasannya.
1. Butuh banyak usaha
Setiap pernikahan tentu saja membutuhkan usaha untuk mempertahankannya. Namun open marriage membutuhkan usaha lebih karena menyangkut pihak lain.
Hubungan open marriage yang sukses memerlukan kecerdasan emosional tingkat tinggi. Kenyataannya kecerdasan emosional tidak selalu mudah dilakukan, dibutuhkan upaya sadar untuk membuat pilihan yang tepat.
2. Muncul rasa cemburu yang tinggi
Berbicara soal emosi, ada banyak emosi yang tidak terduga dan tidak nyaman mengenai open marriage. Cemburu adalah hal yang pasti, tetapi juga ada kebencian, kesepian, kemarahan, dan iri hati yang menyertainya.
Untuk mengelolanya, perlu bekerja sama dengan konselor hubungan selama tahap awal open marriage atau setidaknya jika pernikahan mulai terasa sulit.
Perlu diketahui emosi itu sangat rumit dan terkadang ada masalah lain dalam pernikahan yang harus ditangani selain perasaan cemburu.
3. Sulit membagi hal privat
Menjaga komunikasi dengan pasangan menjadi hal krusial untuk menjaga pernikahan. Jika kamu merahasiakan sesuatu perihal kesepakatan open marriage dengan pasanganmu, seperti tidak memberi tahu pergi dengan pihak ketiga atau lainnya, kedepannya hubungan akan tidak baik-baik saja.
Sebaliknya, apa yang pasanganmu lakukan dan dengan siapa mereka lakukannya, kamu juga harus tahu. Jangan sampai ada rahasia di dalamnya dan berujung dengan perselingkuhan.
Penting untuk mengedepankan kepercayaan dan kejujuran saat menjalin open marriage.
4. Rawan tertular penyakit seksual
Awalnya menjalin hubungan dengan lebih dari satu orang terasa seperti ide bagus. Namun pada praktiknya tidak selalu demikian.
Saat berhubungan seks dengan pihak ketiga, kamu perlu waspada. Pasalnya, risiko tertular penyakit seksual nyata di depan mata. Jika tidak ingin menderitanya, jangan mengambil kesempatan itu.
Kalau kamu ingin melakukannya, persiapkan semua tindakan pencegahan yang diperlukan.
5. Bukanlah sebuah kebebasan
Open marriage sering dianggap sebuah kebebasan karena kamu mengira dapat datang dan pergi sesuka hati. Sayangnya, hal tersebut jarang terjadi, nih!
Seseorang akan merasa tersakiti karena kamu berbohong atau melanggar aturan open marriage. Kamu akan mengetahui bahwa kebebasan open marriage seperti fatamorgana. Maksudnya kamu tidak akan merasa begitu bebas ketika orang yang benar-benar kamu cintai (pasangan utama) merasa terluka.
6. Melukai hati anak
Open marriage memang sangat baik untuk seks saat menjalaninya. Namun, tidak untuk hati anak yang berada dalam open marriage.
Anak-anak pada masa pertumbuhan, belum mengerti konsep yang dijalani orang tuanya apalagi ketika menjalani hubungan dengan orang lain. Mereka bisa saja memikirkan hal lain dan akhirnya melukai hati anak.
7. Persepsi negatif dari orang awam
Ada kemungkinan saat kamu berkencan dengan pihak ketiga akan bertemu dengan teman atau kenalan. Mereka mungkin akan bertanya-tanya kamu berjalan dengan siapa. Nah, di waktu itu kamu akan kesulitan menjelaskan konsep open marriage kepada orang awam.
Bahkan jika kamu telah menjelaskannya kepada orang-orang, mereka tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang keren malah memunculkan persepsi negatif.
8. Risiko tinggi berselingkuh
Walaupun kamu dan pasanganmu berjanji tidak jatuh cinta dengan pihak ketiga, sayangnya perkataan itu hanya manis di mulut saja. Risiko keretakan rumah tangga sangat nyata di depan mata.
Apakah kamu masih mengira itu hanya seks? Kamu harus berpikir kalau seks adalah hal intim dalam suatu hubungan dan jika terus membaginya dengan orang lain, sangat mungkin kamu jatuh cinta lagi.
9. Kemungkinan punya anak dengan pihak ketiga
Kehamilan sangat mungkin terjadi ketika sedang menjalani hubungan open marriage. Apalagi kehamilan itu terjadi dengan pihak ketiga atau pasangan yang tidak sah.
Walaupun kamu dan pihak ketiga telah menggunakan pengaman, risiko kehamilan bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, pikirkanlah secara matang untuk menjalani open marriage.
Demikianlah penjelasan dan dampak buruk open marriage. Jika ingin menjalaninya, perhatikan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi, ya, Bela!