Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

'I DO', Panduan Bangun Hubungan Sehat dengan Putuskan Trauma Masa Lalu

Buku kedua karya Meilinda Sutanto

Windari Subangkit

Seiring waktu, pernikahan memiliki dinamikanya sendiri. Pada zaman dahulu, pernikahan dianggap sebagai sarana untuk bertahan hidup dan menjadi status yang penting bagi para perempuan. Namun, saat ini pernikahan menjadi pilihan dan bukan keharusan. Makin banyak perempuan memilih untuk tidak menikah dan menjalani hidupnya dengan bahagia.

Jika diperhatikan, angka pernikahan secara konsisten mengalami penurunan belakangan ini. Di sisi lain, angka perceraian justru kian melejit, disertai meningkatnya jumlah kekerasan pada rumah tangga (KDRT), baik yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.

Meningkatnya angka perceraian itu tak ayal membuat banyak orang jadi takut untuk menikah dan bertanya-tanya, apakah pernikahan memang seburuk itu? Jawabannya tidak, jika menikah dengan pasangan yang tepat dan memiliki hubungan yang sehat. 

Hal tersebut dituangkan oleh terapis konstelasi keluarga, Meilinda Sutanto, dalam buku terbarunya yang bertajuk I DO. Dalam bukunya, Meilinda mengungkapkan bahwa kegagalan rumah tangga bisa terjadi akibat tidak pulihnya pola rantai toxic yang diwariskan orang tua dan leluhur. 

Penulis buku best-seller, Family Constellation, ini juga memberikan panduan komperhensif perihal pernikahan. Buku I DO tidak hanya membahas tentang impian pernikahan sempurna a la dongeng, tetapi juga menyediakan ruang untuk mengidentifikasi dan memutus rantai trauma turun-temurun yang berpotensi menimbulkan masalah dalam hubungan.

Lantas, apa saja esensi yang ada dalam buku I DO karya Meilinda Sutanto ini? Berikut Popbela ulas selengkapnya!

1. Mengenal diri sendiri dan pasangan

Dok. Istimewa

Buku yang diterbitkan oleh Gramedia dan Elexmedia ini mengajak para pembacanya untuk lebih mengenali diri sendiri dan pasangan. Melalui metode family constellation, buku ini menawarkan panduan untuk menggali akar masalah akibat tidak pulihnya pola rantai toxic yang diwariskan orang tua dan leluhur. Jadi para pembaca bisa mengenali history dari diri sendiri, pasangan, serta keluarga masing-masing sehingga bisa menciptakan rumah tangga yang sehat, intim, dan memuaskan.

2. Memutus trauma turun-temurun

Dok. Istimewa

Trauma yang tidak terpecahkan dari masa lalu sering kali menjadi beban dalam pernikahan. Melalui buku I DO ini, Meilinda Susanto menunjukkan cara untuk memutus rantai trauma yang sudah turun-temurun dan mengubah pola yang tidak sehat menjadi hubungan yang lebih bermakna. 

3. Membangun hubungan yang sehat

Dok. Istimewa

Tema relationship diangkat dalam buku kedua Meilinda Susanto ini mengingat betapa pentingnya setiap pasangan untuk dapat menciptakan dan menjaga hubungan sehat sebagai fondasi kuat saat membangun dan membina rumah tangga.

Meilinda menekankan bahwa membina hubungan yang sehat merupakan fase penting sebelum membina rumah tangga, dan bisa berdampak pada karier serta tingkat kepuasan hidup.

4. Memaknai pernikahan di zaman modern dengan lebih bijak

Dok. Istimewa

Pandangan terhadap cinta dan pernikahan telah berubah seiring zaman. Jika dahulu pernikahan dianggap sebagai keharusan untuk bertahan hidup, kini menjadi pilihan yang perlu dipertimbangkan dengan matang. 

Lewat buku ini, Meilinda berharap para pembaca dapat lebih bijaksana melihat perubahan yang terjadi dalam masyarakat mengenai pernikahan, karena kebahagiaan setiap orang berbeda. Ada yang bahagia dalam ikatan perkawinan, tapi tak sedikit juga yang memilih untuk bahagia dengan dirinya sendiri tanpa menjalani pernikahan.

5. Cocok untuk orang dengan status apa pun

Dok. Istimewa

Meski berbicara soal hubungan, nyatanya buku ini tak hanya cocok untuk seseorang yang sudah menikah saja, lho. Di momen peluncuran buku I DO di Plaza Indonesia, pada Jumat (5/7/2024) lalu, Meilinda mengungkapkan bahwa buku ini ditujukan untuk semua orang dengan status apa pun.

"Buku ini cocok bagi siapa pun yang baru ingin menikah, orang yang sedang serius menuju pernikahan, yang skeptis atau bahkan tidak percaya dengan pernikahan, orang yang berniat untuk menjalin hubungan, tetapi terkendala waktu, tanggung jawab atau trauma, mereka yang telah bercerai, mertua, menantu, ipar, atau orang yang sudah menikah," ungkap Meilinda.

Meilinda berharap, mereka yang membaca buku I DO dapat lebih menyadari betapa pentingnya menciptakan kebahagiaan versi masing-masing.

"Ketika harus memilih untuk single, menikah, cerai, atau menikah lagi, pilihlah untuk bahagia," ucapnya.

IDN Channels

Latest from Married