Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Tren Friendship Marriage, Menikah Tanpa Cinta yang Populer di Jepang

Menikah tapi tak ada romansa atau seks

Natasha Cecilia Anandita

Pernikahan merupakan sebuah upacara yang sakral. Ini merupakan dimulai fase hidup baru sebuah pasangan. Ada banyak tren pernikahan saat ini, mulai dari yang menikah di usia muda, menikah dengan konsep intimate, menikah dengan teman, bahkan ada juga yang memilih untuk tidak menikah. 

Di Jepang misalnya, angka pernikahan di sana sudah mulai turun. Di samping itu, ada pula tren baru yang populer dan mulai merambah ke berbagai dunia. Tren tersebut adalah friendship marriage

Sederhananya, friendship marriage adalah menikah dengan sahabat tanpa ada rasa cinta atau seks. Penasaran tentang apa itu friendship marriage? Berikut fakta-fakta dan penjelasannya!

1. Friendship marriage adalah menikah tanpa cinta dan adanya seks

freepik.com

Bagi pernikahan umumnya, orang-orang menikah karena mereka saling mencintai dan pastinya dilengkapi dengan aktivitas seksual atau hubungan intim. Friendship marriage sebaliknya, merangkum dari beberapa sumber, pernikahan satu ini didefinisikan sebagai hubungan hidup bersama yang didasarkan pada minat dan nilai yang sama.

Ini bukan tentang cinta romantis atau menikahi sahabat karena sama-sama jatuh cinta. Mereka tetap menjadi pasangan yang sah secara hukum, tetapi tanpa cinta romantis atau interaksi seksual. 

Pasangan dapat tinggal bersama atau terpisah. Jika mereka memutuskan untuk memiliki anak, mereka mungkin memutuskan untuk menggunakan cara-cara kedokteran atau yang disebut inseminasi buatan.

2. Ratusan penduduk Jepang yang mulai melakukannya

freepik.com

Mengutip dari South China Morning Post (SCMP), ada banyak anak muda di Jepang yang mengadopsi jenis hubungan pernikahan baru yang tidak memerlukan cinta atau seks. Tren ini disebut “friendship marriage”.

Sekitar satu persen dari 124 juta penduduk Jepang adalah orang-orang yang mungkin melakukan pernikahan tersebut. Mereka ini termasuk individu aseksual, homoseksual, dan heteroseksual yang kecewa dengan pernikahan tradisional.

Angka-angka tersebut berasal dari data yang dikumpulkan oleh Colorus, sebuah agensi yang mengklaim sebagai yang pertama dan satu-satunya di Jepang yang berspesialisasi dalam friendship marriage.

Sejak agensi ini didirikan pada bulan Maret 2015, sekitar 500 anggota telah membentuk rumah tangga dari tren pernikahan tersebut, dan beberapa di antaranya telah memiliki anak.

3. Bisa menjalin hubungan dengan yang lain sesuai kesepakatan

pexels.com/olly

Dalam friendship marriage, satu sama lain bisa untuk menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar pernikahan mereka, selama ada kesepakatan bersama.

“Friendship marriage itu seperti menemukan teman sekamar yang memiliki minat yang sama,” jelas seseorang yang telah menjalani hubungan seperti itu selama tiga tahun, mengutip dari SCMP.

“Aku tidak cocok untuk menjadi pasangan seseorang, tapi aku bisa menjadi teman yang baik. Aku hanya ingin seseorang yang memiliki selera yang sama untuk melakukan hal-hal yang kami berdua sukai, untuk mengobrol dan tertawa bersama,” ujar yang lainnya.

4. Akan diskusi sebelum mantap menikah

pexels.com/alialcantara

Sebelum menikah, dua orang tersebut biasanya menghabiskan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk menyepakati detail kehidupan mereka kelak. Topik diskusinya, seperti apakah mereka akan makan bersama, bagaimana membagi pengeluaran, siapa yang mencuci pakaian, bagaimana mengalokasikan ruang kulkas, bagaimana mengasuh anak, dan lainnya.

Diskusi semacam itu mungkin tampak tidak romantis, karena hanya menekankan sebagai sebuah teman sekamar yang cocok. Namun, diskusi tersebut, telah membantu sekitar 80 persen pasangan untuk hidup bahagia bersama dan dalam banyak kasus mereka juga sampai memiliki anak.

5. Rata-rata orang yang berusia 30 tahun yang tertarik

pexels.com

Orang-orang yang tertarik dengan friendship marriage rata-rata berusia 32,5 tahun dengan pendapatan yang melebihi rata-rata nasional. Sekitar 85 persennya pun memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi menurut lembaga Colorus.

Tren ini sangat menarik bagi individu aseksual dan homoseksual. Banyak orang aseksual, yang tidak dapat merasakan hasrat seksual atau jatuh cinta, masih mendambakan hubungan dan persahabatan. Kaum homoseksual bisanya memilih konsep pernikahan ini sebagai alternatif karena pernikahan sesama jenis tidak sah di Jepang. 

6. Tak mau menikah, tapi ingin terlihat stabil dan dewasa

pexels.com/baphi

Di sisi lain, tekanan masyarakat akan pernikahan juga masih tinggi di Jepang. Sekitar 75 persen orang Jepang yang berusia 30-an tahun masih menganggap pernikahan sebagai tujuan hidup, seperti yang dilaporkan oleh Kantor Kabinet Jepang.

Beberapa anak muda heteroseksual, yang tidak menyukai pola pernikahan tradisional atau hubungan romantis, tetapi harus mengikuti tekanan dari masyarakat, akhirnya memilih untuk ikut dalam tren baru tersebut.

Orang-orang di Jepang memilih friendship marriage karena mereka tetap ingin terlihat stabil dan dewasa, tapi tak ingin menikah seperti definisi pernikahan yang umumnya. Citra tersebut mereka bangun demi kemajuan karier atau untuk menyenangkan orangtuanya.

Belum lagi, di Jepang, menikah akan membuat kamu memiliki keuntungan pajak. Ada beberapa perempuan single yang ingin punya anak, tanpa harus menikah. Lagi-lagi, friendship marriage akhirnya menjadi alternatif untuk hal tersebut. Lebih dari 70 persen pasangan yang memilih friendship marriage karena ingin memiliki anak.

Colorus mengatakan, meskipun jenis hubungan ini terkadang berakhir dengan perceraian, tetap ada keuntungan yang didapat. Keuntungan-keuntungan tersebut, termasuk menikmati manfaat polis, memiliki jalinan persahabatan, dan membantu mereka yang merasa tersesat, tidak menyukai pernikahan tradisional, atau menganggap diri mereka sebagai orang yang terbuang secara sosial.

Itulah penjelasan dari tren friendship marriage yang populer di Jepang. Bagaimana menurut kamu?

IDN Channels

Latest from Married