Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Tentang Keluarga, 6 Pesan Bermakna dari Film 'Tulang Belulang Tulang'

Berani mematahkan generational trauma

Natasha Cecilia Anandita

Menjelang akhir tahun ini ada banyak film yang akan menemani kamu. Mulai dari yang horor hingga berurai air mata. Salah satu yang menarik adalah film Tulang Belulang Tulang yang akan tayang di bioskop pada 26 September 2024 ini.

Mengangkat drama keluarga berbalut komedi dan adat budaya yang kuat, kamu yang berdarah Batak wajib untuk nonton karena mungkin akan merasa related dengan filmnya. Eits, nggak hanya yang berdarah Batak kok, semua bisa menonton film ini karena mengandung nilai-nilai tentang kekeluargaan dan pencarian jati diri.

Berikut pesan-pesan yang terkandung dalam film Tulang Belulang Tulang yang bisa kamu jadikan pelajaran.

1. Mungkin keluarga bukan tempat kita diterima apa adanya

Dok. POPLICIST

Ada banyak kalimat-kalimat menyentuh dari film Tulang Belulang Tulang, salah satunya dialog Tulang Tua kepada Cian kecil yang menyebut kalau "mungkin keluarga bukan tempat kita diterima apa adanya". Hal ini berarti, keluarga terkadang nggak bisa menerima diri kamu apa adanya, nggak bisa mengerti mimpimu, dan menjadi sosok yang asing. 

Seperti Cian yang selalu di-body shaming oleh ibunya karena penampilannya yang dinilai kurang menarik. Cian yang suka menari juga dilarang oleh ibunya karena dipandang hal tersebut tak memiliki masa depan dan hanya memalukan.

Hanya Tulang Tua atau kakek buyutnya saja yang bisa mengerti Cian. Dalam dialognya, Tulang Tua pun memberi pesan walau keluarga bukan tempat kita diterima apa adanya, tapi "keluarga adalah tempat kita belajar terima diri sendiri apa adanya". 

Jadi, semuanya harus dimulai dari mengenal diri sendiri dulu apa adanya, menerimanya, baru kamu bisa menyuarakan apa yang diinginkan dirimu kepada keluarga agar mereka bisa mengerti dirimu juga.

2. Hidup bukan untuk diingat, tapi apa yang kamu ingat

Dok. POPLICIST

Masih dari dialog Tulang Tua, tokoh yang diperankan oleh Landung Simatupang itu, mengatakan kalau kita hidup bukan untuk diingat, tetapi hidup dengan mengingat kenangan-kenangan indah bersama. 

Tulang Tua mendedikasikan hidupnya bukan untuk diingat, tapi membuat cerita yang bisa diingat dan dijadikan pelajaran oleh keturunannya kelak. Ia suka membuat kenangan indah bersama Cian buyutnya.

Ia menyadari beberapa kesalahan dalam hidupnya yang pernah ia buat. Oleh karena itu, ia ingin keluarganya hanya mengingat hal-hal yang baik dengan membuat momen-momen yang indah. Hidup bersama kenangan-kenangan indah dan cerita yang bermakna, membuat kamu lebih bisa menikmati hidup, dibanding berusaha menjadi seseorang yang diingat atau dihormati oleh orang lain.

3. Memaknai arti harga diri dan keluarga

Dok. POPLICIST

Film Tulang Belulang Tulang memiliki banyak pesan, salah satunya adalah memaknai arti harga diri dan keluarga. Harga diri atau nama baik keluarga bukanlah dari apa yang dilihat orang lain, tetapi bagaimana keluarga itu sendiri memiliki hubungan yang harmonis dan saling menghargai.

Mendengar pendapat keluarga lebih penting daripada pendapat orang lain. Keluarga itu juga saling menghargai dan percaya. Ada banyak pelajaran yang bisa didapat dari para tokohnya.

Seperti Cian, ia sebenarnya sangat cinta dan perhatian dengan keluarga. Namun, apa yang dia mau ditekan untuk keluarganya. Ia terus-menerus menahan hingga akhirnya berani untuk mengomunikasikan perasaannya selama ini. Hubungannya dengan sang mami juga akhirnya membaik setelah saling komunikasi dan terbuka.

Lalu ada Alon yang sangat disayang oleh orang tuanya, apalagi oleh sang ibu. Di budaya Batak, anak laki-laki istimewa karena merekalah yang akan membawa marga untuk meneruskan keturunan. Alon pun sangat dimanja hingga akhirnya ia merasa terkekang. 

Ia harus belajar hukum, padahal ia memiliki keterampilan dalam mesin. Lagi-lagi ini karena orang tuanya beranggapan bahwa apa yang mereka siapkan untuk anaknya adalah yang terbaik, tanpa mendiskusikannya lebih dulu. Ia hanya ingin dipercaya oleh orang tuanya, ia ingin membuktikan bahwa dia bukanlah seorang anak kecil lagi yang perlu dimanja.

4. Orang tua punya beragam cara untuk menyayangi

Dok. POPLICIST

Tak semua orang pandai dalam mengungkapkan rasa sayangnya, seperti keluarga Cian. Ibunya selalu memarahinya dan keras padanya, suka membandingkan dengan Alon adiknya, diajar mandiri sejak dini, dan harus melakukan banyak hal untuk keluarga. Hal ini membuat Cian merasa ibunya tak pernah bangga dengannya dan tak sayang.

Namun, jauh dalam lubuk hati, ibunda Cian begitu menyayangi putrinya dan ingin yang terbaik untuknya. Sayangnya, cara pengungkapannya tak sampai pada Cian. Sampai akhirnya, komunikasilah yang membuat mereka satu sama lain mengerti kalau mereka saling mengasihi.

Nah, dari sini kamu dapat belajar bahwa setiap orang termasuk orang tua sekalipun punya cara beragam untuk mengungkapkan rasa sayang. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan atau contoh yang ia pelajari dari orang di sekitarnya. Agar kasih sayang itu sampai, perlu pengertian dan komunikasi yang terbuka. 

Jika kamu merasa tak dicintai, coba bicara dengan orang terkasihmu bagaimana kamu bisa merasa dicintai, begitu juga dengannya. Ada yang merasa dicintai dengan kata-kata, ada juga yang dengan tindakan, ada pula saat bisa menghabiskan waktu bersama. Dengan keterbukaan ini, kalian akan saling mengerti dan rasa sayang itu bisa sampai dengan baik.

5. Berani menghancurkan generational trauma

Dok. POPLICIST

Sebagai anak pertama perempuan, Cian menanggung banyak tanggung jawab keluarga. Ia sangat diandalkan untuk menjaga harga diri keluarga. Ibunya selalu memarahinya jika ada sesuatu yang berjalan tak sesuai. Bahkan, sering kali ia dibandingkan dan merasa orang tuanya pilih kasih dengan adik laki-lakinya.

Ibunya yang tegas dan keras pada Cian, ternyata merupakan akibat dari pola asuh yang sama yang dilakukan nenek Cian. Tiga generasi ini memiliki trauma dari pola asuh sebelumnya yang akhirnya menurun. Namun, Cian melihat hal ini sebagai sesuatu yang salah. Ia yang digambarkan sebagai sosok Gen Z, berani menyuarakan pendapatnya setelah lama terpendam. 

Ia ingin menghentikan trauma yang diturunkan dari neneknya, ke ibunya, dan ke dirinya. Hal ini diperlihatkan dengan Cian yang tak ragu menghentikan upacara Mangokal Holi karena ia tahu, tulang belulang yang akan dikubur bukanlah milik kakek buyutnya. 

Mami Late, ibu Cian, yang melihat anaknya begitu keras menyuarakan kebenaran dan mengerti maksud Cian akhirnya mendukung sang anak. Trauma tersebut akhirnya dipatahkan dengan rasa pengertian dan kesadaran pada satu sama lain.

6. 'Menarilah' tanpa dihakimi

Dok. POPLICIST

Seperti Cian yang selalu didukung Tulang Tua-nya untuk menari, penonton juga dipesankan untuk bisa 'menari' juga tanpa harus mendengarkan kata orang lain dan tanpa dihakimi. Menari di sini bisa berarti secara harfiah, seperti keinginanmu untuk menari walau ditentang atau impian lain yang ingin kamu capai. 

Tak peduli apa kata orang lain, meskipun kamu mendapat penghakiman dari orang lain karena mimpimu, jangan pernah menyerah. Kamu lah yang tahu apa yang terbaik untuk dirimu. Jadikan penghakiman tersebut sebagai motivasi dan lupakan jika itu menyakitimu. Buktikan saja kalau apa yang kamu yakini itu benar.

IDN Channels

Latest from Married