Pedangdut, Putri Isnari atau Putri ‘DA’, semakin dekat dengan hari pernikahannya. Menjelang hari bahagia, Putri melangsungkan serangkaian prosesi adat Bugis. Setelah lamaran, pada Rabu (17/4/2024) kemarin, ia melangsungkan pengajian dan siraman.
Usai pengajian dan siraman, penyanyi 20 tahun ini melanjutkan dengan prosesi malam mappacci. Ritual adat ini biasanya berisi doa dan harapan untuk calon pengantin saat kelak menjalani rumah tangga.
Berikut makna prosesi malam mappacci yang diikuti Putri Isnari dan Abdul Azis.
1. Putri Isnari langsungkan mappacci dengan nuansa hijau
Putri Isnari dan Abdul Azis melangsungkan prosesi adat malam mappacci pada Rabu (17/4/2024). Prosesi tersebut disiarkan langsung di kanal YouTube-nya. Nuansa adat Bugis terasa kental dengan dominan warna hijau. Putri tampil menawan dengan baju Bodo khas Bugis.
2. Ditemani saudara tanpa kehadiran orangtua
Malam mappacci berlangsung bahagia sekaligus haru. Putri tampak tersenyum cerah bersama saudara-saudaranya, yang diabadikan dalam foto. Sayangnya, prosesi pernikahan ini berlangsung tanpa kehadiran kedua orangtua Putri. Pasalnya, ayah dan ibu Putri telah meninggal dunia. Ayahnya meninggal pada tahun 2018, sementara ibunya pada tahun 2021 lalu karena sakit.
3. Prosesi malam mappacci untuk penyucian
Putri Isnari memang sudah melangsungkan serangkaian prosesi pernikahan adat Bugis dengan begitu mewah. Terbaru, ia melangsungkan prosesi malam mappacci yang bertujuan untuk membersihkan calon pengantin dari hal-hal buruk. Karena itu, perlu dilakukan penyucian kepada calon pengantin laki-laki dan perempuan.
Menurut asal katanya, mappacci adalah nama daun pacar atau dalam bahasa Bugis disebut pacci. Sedangkan paccing dalam bahasa Bugis berarti bersih. Oleh sebab itu, mappacci dimaknai sebagai ritual membersihkan yang dilakukan oleh kedua belah pihak pengantin, baik laki-laki maupun perempuan.
4. Melibatkan seluruh keluarga besar
Prosesi satu ini melibatkan seluruh keluarga besar dari kedua calon pengantin. Umumnya, melibatkan sembilan pasang sesepuh atau duakkesera yang berasal dari keluarga ayah dan ibu, termasuk ayah dan ibunya sendiri. Tapi, bisa juga hanya melibatkan tujuh pasang sesepuh (duappitu) dari keluarga ayah dan ibu, termasuk ayah dan ibunya sendiri.
Kehadiran keluarga besar itu sendiri bertujuan untuk membekali calon pengantin dengan restu dan teladan agar mampu menjalani peran suami-istri yang mendatangkan keberkahan dari Sang Maha Kasih. Dahulu, ritual ini hanya dilaksanakan oleh kaum bangsawan, tapi sekarang semua kalangan masyarakat Bugis bisa melakukannya.
5. Mengaplikasikan daun pacar dan doa kepada calon pengantin
Ritual mappacci secara simbolik dilakukan dengan mengaplikasikan daun pacar atau pacci pada calon pengantin yang dilakukan pada malam hari, sebelum akad nikah dilangsungkan. Ini menjadi simbol bahwa calon pengantin sudah siap secara lahir dan batin, dengan niat yang tulus suci, menjalani pernikahan.
Dalam bahasa Bugis, pembersihan ini meliputi mappaccing ati (bersih hati), mappaccing nawa-nawa (bersih pikiran), mappaccing pangkaukeng (bersih perbuatan), dan mappacing ateka (bersih itikad atau niat).
Sebelum mengusapkan daun pacci di telapak tangan pengantin dilakukan, ritual diawali dengan malekke pacci atau prosesi pengambilan daun pacar. Di malam mappacci, calon pengantin akan duduk di atas lamming atau tempat pengantin.
Lalu, satu persatu orang yang ditunjuk akan mengusap daun pacci pada telapak tangan pengantin seraya melantunkan doa dan harapan untuk calon pengantin. Orang yang mengusapkan daun pacci dipilih dari para sesepuh atau orang yang memiliki rumah tangga yang bahagia. Setelah itu disambung dengan berzikir dan membaca salawat Nabi Muhammad SAW.
Pada prosesi yang sama, calon pengantin laki-laki akan diantar ke rumah calon pengantin perempuan. Tapi, calon pengantin laki-laki hanya dapat melihat dari jauh bagaimana prosesi mappacci itu berlangsung.
Itulah makna mappacci yang diikuti oleh Putri Isnari dan Abdul Azis yang akan segera menikah.