Bicara tentang cinta, sebagai bagian dari generasi milenial kita patut mengakui bahwa cara kita mengartikan dan menemukan cinta itu jauh berbeda dengan generasi-generasi sebelum kita, seperti generasi X bahkan baby boomers. Mungkin dulu orangtua kita bertemu dan menikah karena dijodohkan dan usia mereka saat menikah juga lebih muda dengan usia menikah generasi milenial. Sebuah perusahaan bernama The Goldman Sachs yang bergerak di bidang keuangan, perbankan dan manajemen perusahaan mengeluarkan data yang menarik seputar bagaimana milenial menghadapi kehidupan percintaan mereka. Begini hasil penelitiannya.
1. Mengesampingkan pernikahan
Berdasarkan Goldman Sachs Global Investement Research, generasi milenial cenderung menunda pernikahan. Jika dibandingkan pada fakta sekitar tahun 1970an, banyak orang yang menikah sekitar usia 23 tahun. Sedangkan pada tahun 2010, rata-rata usia menikah yaitu 30 tahun. Bahkan, jumlah orang yang menikah pada usia 18 - 31 di tahun 2012 hanya sebesar 27% jika dibandingkan pada 1958 sebesar 56%.
2. Usia saat memiliki anak
Nggak hanya menunda pernikahan, generasi milenial juga enggan buru-buru memiliki momongan. Wanita dalam usia produktif pada sekitar tahun 2010 memiliki anak pada usia 30 tahun dan persentasenya lebih kecil jika dibandingkan wanita usia produktif pada tahun 1970an dan memiliki anak pada usia 25 tahun.
3. Menunda bukan berarti nggak ingin
Walau generasi milenial terkesan nggak menjadikan pernikahan dan memiliki anak sebagai prioritas dalam hidup, namun kita mengakui bahwa kedua hal tersebut adalah hal yang kita inginkan. Bahkan, persentase untuk ingin memiliki momongan lebih besar 4% dibanding keinginan generasi milenial untuk menikah.
Kalau kamu gimana Bela, apakah kamu juga seorang milenial yang menunda untuk menikah?