Semua pernikahan tentu mengalami pasang surut. Kadang terasa bahagia, tapi juga bisa merasa sedih ketika sedang dalam ujian. Hal ini bisa datang dari faktor eksternal maupun internal. Namun, hal yang sering diabaikan dalam pernikahan adalah kedekatan emosional yang kurang baik sehingga berdampak pada kesehatan mental dan fisik keluarga.
Misalnya, ketika kamu merasakan kecemasan berlebih dan depresi, sebaiknya memang sudah saatnya mengevaluasi kembali hubungan dalam pernikahan. Hal tersebut dibenarkan oleh terapis pernikahan, Virginia Williamson, bahwa jika seseorang tetap berada dalam hubungan jangka panjang di mana kebutuhan mereka sangat tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kecemasan dan depresi.
Lebih rincinya, Virginia mengatakan kecemasan dan depresi berpengaruh kepada kesehatan fisik seperti masalah pencernaan, sesak dada, hingga jantung yang terus berdebar kencang. Untuk dapat menghindari pernikahan buruk, kamu bisa menyimak 7 tanda dan solusinya di bawah ini.
1. Suka merendahkan pasangan
Tanda pertama kalau hubungan pernikahan buruk bisa dilihat dari cara pasangan memperlakukanmu. Jangan sampai tidak sadar jika pasangan sering merendahkan dirimu atau sebaliknya. Tanda ini dapat dirasakan ketika sedang melakukan hal untuk kepentingan bersama, namun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Biasanya akan timbul ucapan merendahkan pasangan.
Suka merendahkan pasangan juga dapat dilihat saat masing-masing saling membandingkan sesuatu atau seseorang kepadanya. Misalnya, suami mengatakan secara terang-terangan kalau istri tidak andal mengurus rumah. Sebaliknya, istri juga membandingkan penghasilan suami dan tidak menerimanya. Kedua hal tersebut termasuk suka merendahkan pasangan apa pun bentuknya.
2. Merasa buruk menjadi diri sendiri
Hal yang sering terjadi jika selalu mendapat tekanan dari luar, seseorang akan merasa buruk dengan dirinya sendiri. Dalam hubungan rumah tangga harus dibangun semangat dan saling memberikan motivasi untuk mendukung pasangan. Jika tidak, keduanya akan mudah menyalahkan dan menekan satu sama lain sehingga timbul perasaan buruk menjadi diri sendiri.
3. Sering dikendalikan oleh pasangan
Pernah dengar suami takut istri atau istri selalu memenuhi permintaan suami? Perlu cermat, ya, untuk memperhatikan tugas dan tanggung jawab suami dan istri. Pembagian peran yang adil dan sesuai dalam rumah tangga menjadi solusi agar menghindari dominasi pasangan dalam pengendalian penuh.
Suami dan istri harus bisa menjaga komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik, suami dan istri akan mengetahui keinginan dan kebutuhan agar bisa saling membantu memenuhi. Impian masing-masing juga perlu dibicarakan agar timbul pemahaman dan saling mengerti untuk mendukung pasangannya.
4. Hanya bisa meminimalisir dampak buruk
Memang wajar jika kita menentukan pilihan sendiri untuk mempertahankan sesuatu. Namun, yang perlu diperhatikan dalam membuat pilihan tetaplah harus mengutamakan prioritas demi kebaikan diri dan keluarga. Jangan merasa kuat dengan hubungan yang tidak sehat, cobalah perbaiki komunikasi dan bangun hubungan yang hangat kembali.
Jika terus-menerus mempertahankan sama saja menjaga budaya yang tidak baik dalam rumah tangga. Nantinya akan sulit menyelesaikan masalah besar dan hanya bisa meminimalisir dampak buruk. Sebaiknya memang jika ada pertanda buruk dalam hubungan rumah tangga, selesaikan segera dengan pikiran jernih dan tenang.
5. Memvalidasi hubungan emosional
Sangat baik jika kita bisa mengetahui kondisi emosional dan memvalidasinya. Itu tandanya kita tahu apa yang kita butuhkan dan hal yang perlu dilakukan. Salah satu tanda hubungan pernikahan buruk bisa dirasakan dari kecemasan dan depresi berlebih.
Jika kamu dapat memvalidasi hubungan emosional dalam pernikahan terasa mencemaskan, sudah saatnya kembali menyehatkan mentalmu dengan mengungkapkan isi hati kepada pasanganmu. Katakan apa yang kamu rasakan dan jujurlah tentang kebutuhanmu saat ini.
6. Bahasa tubuh menunjukkan tidak tertarik
Cara seseorang berbicara tanpa kata-kata dapat mengandung arti di dalamnya. Sama halnya dengan fisik atau bahasa tubuh yang mengomunikasikan makna tertentu. Dalam hal konseling, Virginia Williamson berpendapat bahwa isyarat fisik dapat menunjukkan pasangan masih mampu melembutkan satu sama lain, bahkan ketika hal-hal sulit sedang dibahas.
Jika pasangan masih saling memandang dan duduk berdekatan atau berbicara satu sama lain tanpa diarahkan, itu menandakan keduanya masih ingin terhubung. Demikian juga, jika salah satu ada yang menangis, keduanya akan berusaha meraih tangan dan bahu untuk memberikan kenyamanan.
Namun, jika pasangan memalingkan tubuh saat berbicara dan menunjukkan tidak ingin terlibat dalam pembahasan yang serius, itu merupakan salah satu tanda pernikahan buruk terjadi dalam rumah tangga.
7. Kamu berhenti berdebat sepenuhnya
Konflik memang hal tersulit dalam suatu hubungan karena dapat mengambil korban emosional dan bahkan fisik. Perdebatan dan konflik dalam jangka panjang sangat menguras emosi dan tenaga. Kadang juga menutup kemungkinan seseorang untuk dapat meluruskan permasalahan yang ada hingga akhirnya berujung perceraian.
Hal tersebut jangan sampai terjadi, sesulit apa pun tantangan dan ujian dalam rumah tangga yang terjadi, berusahalah memaafkan dan berlapang dada untuk mengajak pasangan mengingat komitmen hubungan di awal pernikahan. Jangan lupa juga untuk terus belajar satu sama lain untuk menemukan solusi tepat dalam konflik rumah tangga.
Sedih memang kalau mendengar kabar perceraian yang terus bertambah setiap harinya. Nah, kira-kira bagaimana solusi yang bisa dilakukan?
- Bekerja sama dengan pasangan untuk menyelesaikan konflik bersama
- Bersifat adil dalam melakukan diri sendiri dan keluarga
- Gunakan perspektif orang lain agar pikiran lebih jernih
- Mulailah dengan langkah-langkah kecil perbaikan yang bisa dilakukan
Itulah tujuh tanda pernikahan buruk yang harus kamu hindari. Selalu ingat bahwa semua masalah ada solusinya. Komunikasikan dan selesaikan masalah bersama dengan baik dan sungguh-sungguh, seiring berjalannya waktu hubungan tidak sehat dalam pernikahan akan bisa menemukan jalan keluarnya.