Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Jawab 9 Pertanyaan Ini Sebelum Memutuskan untuk Punya Anak

Apakah sudah waktunya kalian menimang buah hati?

Irene Didy

Memiliki keturunan merupakan mimpi banyak pasangan. Dikaruniai dan membesarkan anak adalah kebahagiaan yang tak bisa digantikan dengan apapun bagi sebagian orang. Apakah kamu dan suami juga mengharapkan saat-saat indah menjadi orangtua? Kalau iya, kalian harus mempertimbangkan dengan baik apakah kalian benar-benar siap dipanggil ayah dan ibu. Ingat Bela, memiliki anak bukanlah suatu keputusan yang bisa kalian batalkan begitu saja saat kalian menyesal. Nah, karena sekarang belum terlambat, lebih baik kalian jawab dulu sembilan pertanyaan penting berikut ini. Siapa tahu kamu dan pasangan sudah benar-benar siap memikul tanggung jawab mulia yang sudah kalian impikan sejak zaman pacaran dulu. 

1-cbfb1bf6de99d4169cf9a0582bb126e6.jpg

Kamu harus memastikan terlebih dulu apa yang mendorongmu dan suami untuk memiliki anak. Apakah kamu mendapat tekanan dari orangtua dan lingkungan sekitar? Apakah kamu merasa tertinggal dari teman-teman yang sudah lebih dulu dikaruniai buah hati? Atau sejak dulu kamu memang punya keinginan besar untuk menjadi seorang ibu? Apakah pasanganmu memiliki alasan yang sama denganmu untuk memilki anak? Hati-hati kalau jawabannya adalah karena kamu dituntut oleh orangtuamu untuk segera memberikan cucu bagi mereka, karena kamu dan suamilah yang akan menanggung segala konsekuensi dan tanggung jawabnya nanti. Pastikan kamu dan suami menginginkan anak karena dorongan dari dalam hati, bukan karena tuntutan dari orang lain. 

2-2cac6a58df7d99280aa951163bbf476f.jpg

Kalau selama ini kalian masih suka ribut dalam urusan kecil seperti pekerjaan rumah tangga atau jadwal kalian yang sama-sama sibuk, pertimbangkan lagi keputusan kalian untuk menjadi orangtua. Tunggulah sampai kalian berdua siap bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim dalam berkeluarga. Tapi kalau selama ini kalian selalu saling membantu dan mendukung dalam situasi yang sesulit apapun, sudah saatnya kalian menambah jumlah pasukan dalam keluarga kecil kalian. 

3-4ac6fe98fac77f98459ec3f16968af6f.jpg

Joyce Marter, seorang psikoterapis dan konselor keluarga menyarankan para pasangan untuk menunggu sampai hubungan rumah tangga kalian stabil. Di awal pernikahan, biasanya kalian memasuki tahap bulan madu atau sedang cinta-cintanya. Segalanya terlihat sempurna sampai momen tersebut berlalu dan kalian harus menghadapi realitas dan tantangan dalam berumah tangga. Jangan sampai kamu dan suami mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat yang menggebu-gebu. 

4-47808c9ebf8d700a9b5d68798a11867e.jpg

Berada di dekat anak kecil membuatmu dan pasangan merasa seperti apa? Gugup? Bahagia? Terganggu? Memang ada yang bilang bahwa segalanya akan berbeda ketika kamu bersama anakmu sendiri, tentu saja kamu akan mencintainya sepenuh hati. Tapi banyak juga orangtua yang menderita depresi karena tak bisa menikmati proses menjadi orangtua. Jadi paling nggak kamu sudah harus bisa mengukur seberapa jauh kamu menikmati setiap langkah dalam mengasuh anak. 

5-c2edf5759a62d41e3914f6e9678b3e14.jpg

Sebagai pasangan, kamu dan suami harus saling tahu apa saja prioritas dalam hidup kalian. Mungkin masih ada cita-cita seperti membuka bisnis sendiri, backpacking keliling dunia, atau mengejar karier yang ingin kalian capai. Nah, kalau sudah punya anak, tentu kamu nggak punya pilihan selain memberi perhatian yang penuh pada pertumbuhan anak dan keluargamu, kan? Jadi nggak apa-apa kok, kalau kamu dan suami masih ingin mewujudkan cita-cita kalian.

6-83c604a7226c6b869177850f58f06c42.jpg

Membesarkan seorang anak itu membutuhkan perencanaan dana yang matang. Kamu sudah harus menghitung berapa yang dibutuhkan untuk menyekolahkan anak kalian lima tahun lagi, berapa banyak yang masih bisa kalian sisihkan untuk menabung, dan biayamu melahirkan di rumah sakit. 

7-b7af256b4fa3ab333d34157a3fa48a01.jpg

Untuk menjadi orangtua, minimal kamu sudah harus tahu nilai-nilai apa saja yang akan kamu tanamkan pada anakmu kelak. Kamu juga sudah harus bisa mengira-ngira konsekuensi dari segala ajaran yang kamu wariskan pada anakmu dari pengalamanmu sendiri dibesarkan oleh orangtuamu. Misalnya waktu kecil kamu sangat dimanja sehingga sekarang kamu memiliki mental harus selalu mendapatkan apa yang kamu mau. 

8-89d4e971d0459b3ea867e16879ba001f.jpg

Bila anak lelakimu nggak suka main bola bersama teman laki-lakinya tapi lebih sering merancang baju dan berkumpul bersama teman-teman ceweknya, apakah kamu akan tetap mendukungnya? Kalau anak perempuanmu hobi bertualang dan mendaki gunung yang terjal tapi benci kalau harus ke dapur, apakah kamu akan menuntutnya untuk berubah? Intinya, pasti ada berbagai faktor yang membentuk kepribadian anakmu kelak. Mungkin saja ia tak tumbuh sesuai dengan harapanmu dan suami. Jika hal tersebut terjadi, apakah kamu akan menutup mata dan memintanya untuk menjadi seseorang yang kamu dan suami inginkan atau kamu akan membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri?

9-06b221c1dd19c55d9e1dd29ec46fb568.jpg

Inilah yang penting untuk kamu diskusikan dengan suami sebelum memiliki anak. Bagaimana pandangan kalian soal menggunakan kekerasan dalam mendisiplinkan anak? Apakah kamu dan suami sama-sama setuju untuk menyekolahkan anak kalian di sekolah swasta? Kalau ternyata prinsip kalian bertolak belakang, bersiap-siaplah untuk menghadapi konflik dan pertentangan di masa depan. 

Setelah menjawab sembilan pertanyaan di atas, apakah kamu dan suami semakin mantap dalam memulai perjalanan kalian menjadi sepasang orangtua? Atau kalian merasa bahwa masih ada waktu untuk mewujudkan keluarga kecil kalian? Apapun keputusanmu, pastikan bahwa kamu mendengarkan suara hatimu dengan baik, ya. 

BACA JUGA: 5 Kondisi Finansial yang Menandakan Kamu Siap Punya Anak​

IDN Channels

Latest from Married