Belakangan ini media sosial diramaikan mengenai konten "Marriage is Scary", atau jika dialihbahasakan menjadi "Pernikahan itu Menyeramkan." Mungkin linimasa jagat mayamu pernah berisikan berita soal KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan dalam pernikahan, dan hal menakutkan lainnya dalam konteks hubungan pernikahan.
Karena berita negatif terkait pernikahan yang muncul seolah tiada henti tersebut, para netizen utamanya perempuan yang belum menikah, mulai berbondong-bondong menyuarakan ketakutannya tentang pernikahan lewat platform media sosial melalui konten "Marriage is Scary."
Mereka mengemukakan berbagai asumsi dan bayangan negatif terkait hubungan pernikahan. Bukan perihal kekerasan saja, tetapi juga ketakutan adanya perbedaan terkait hobi dan preferensi lain yang bisa menimbulkan konflik antar pasangan suami istri.
Namun, dengan semakin banyaknya netizen yang speak up menyoal ketakutan terkait pernikahan, ada baiknya kita perlu menilik lebih dalam akar masalah yang bikin sebuah pernikahan bisa terasa menyeramkan.
Berikut informasi selengkapnya untukmu. Keep scrolling!
1. Luka masa kecil yang belum tersembuhkan
Marriage is scary apabila masing-masing pasangan belum menyembuhkan luka masa kecilnya. Luka atau trauma yang masih dibawa hingga dewasa sangat rentan membuat seseorang menyakiti pasangannya.
Misalnya, luka pengabaian di masa kanak-kanak dapat mengakibatkan seseorang kesulitan untuk dekat secara emosional dengan pasangannya di usia dewasa. Akibatnya, secara alam bawah sadar dia jadi kesulitan untuk berkomitmen dan berpotensi melakukan tindak perselingkuhan.
2. Ketidakdewasaan secara emosional
Nggak bisa dipungkiri bahwa seseorang bisa bertambah usia namun tidak bertambah dewasa, utamanya secara emosional.
Ketika seorang dewasa tidak memiliki kedewasaan secara emosional, maka akan mengakibatkan begitu banyak konflik di dalam hubungan pernikahannya.
Ini terwujud dengan ketidakmampuannya menyelesaikan permasalahan secara sehat, entah dengan menunjukkan sikap pasif-agresif, sulit mengendalikan emosi, hingga melakukan tindak kekerasan fisik.
3. Kurangnya pemahaman atas diri sendiri
Sebagai seorang dewasa yang memilih untuk menikah, tentu diharapkan ia memiliki kesadaran penuh terkait dirinya sendiri. Seperti trauma apa yang ia bawa dari kecil dan bagaimana pengaruhnya terhadap sikapnya di dalam hubungan.
Apabila dia tidak menyadari hal tersebut, tentu bakal menimbulkan banyak gesekan dalam pernikahan, serta perilaku negatif yang dapat membahayakan pasangannya.
4. Penolakan untuk refleksi diri
Ketika seseorang menolak untuk melakukan refleksi diri, maka akan sulit baginya melihat sisi gelap diri yang dapat membawa keburukan di dalam pernikahannya. Biasanya, seseorang yang nggak mau bercermin ke dalam diri itu disebabkan oleh rasa takut untuk melihat sisi negatif diri sendiri.
Bayangkan saja, selama ini ia melihat dirinya sebagai sosok yang baik-baik saja dan tanpa cela. Namun, refleksi diri membutuhkan dia untuk menerima kekurangannya tersebut yang mana akan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
5. Kerap mendahulukan ego
Sebagai manusia, kita pasti memiliki ego atau konsep tentang diri yang berperan untuk ‘melindungi’ diri. Terbentuknya ego alias ‘ke-aku-an’ ini dipengaruhi oleh pengalaman, kepercayaan yang ditanamkan, serta pikiran terkait diri sendiri.
Kendati demikian, mendahulukan ego dalam pernikahan bisa bikin hubungan terasa menyeramkan. Ketika ego mengambil alih, maka hilanglah kemampuan berempati dan memahami sudut pandang pasangan. Alhasil, cekcok pun tak terelakkan dan masing-masing pasangan akan merasa tidak dimengerti dalam pernikahnnya.
Tips mewujudkan pernikahan yang bahagia
Setelah memahami akar masalah yang bikin pernikahan menakutkan, yang akhirnya menciptakan tren marriage is scary, kamu perlu tahu bagaimana mewujudkan pernikahan yang bahagia.
Yes, kendati berita negatif seputar pernikahan muncul nggak ada habisnya, bukan berarti kamu tidak bisa mewujudkan pernikahan yang terasa menyenangkan, Bela. Asalkan kamu tahu tipsnya, niscaya pernikahanmu nanti bakal bikin kamu makin bahagia.
Berikut tipsnya untukmu.
1. Sembuhkan diri dari trauma masa kecil
Pada dasarnya, segala masalah dalam pernikahan bisa dihindari atau lebih mudah diatasi jika semua orang berusaha menyembuhkan diri dari trauma masa kecil. Oleh sebab itu, mulailah untuk melakukannya dari dirimu sendiri.
Jika sewaktu kecil, trauma ini bisa berupa luka pengabaian atau penelantaran oleh orang tua atau figur yang membesarkanmu.
Untuk menyembuhkannya, kamu bisa menggunakan berbagai macam sarana, seperti menulis jurnal, meditasi, hipnoterapi, atau melakukan konseling ke psikolog atau konselor.
2. Belajar untuk mengenali diri sendiri
Masalah dalam pernikahan biasa muncul ketika tiap pasangan tidak mampu mengenali diri mereka sendiri, termasuk memahami kebutuhannya.
Jadi mulai sekarang, cobalah untuk mulai menyadari apa saja kebutuhanmu. Misalnya kebutuhan untuk didengarkan, divalidasi perasaannya, untuk meluapkan kemarahan atas kejadian di masa lalu, dan lain sebagainya.
Semakin kamu kenal dengan dirimu sendiri, maka semakin mudah untuk membangun relasi yang sehat dengan pasanganmu kelak, Bela.
3. Selalu sempatkan untuk melakukan refleksi diri
Selanjutnya, kamu juga perlu belajar untuk merefleksikan dirimu. Caranya, mulai dengan menuliskan jurnal keseharian. Catat perasaanmu dan situasi lain dalam satu hari. Apabila terdapat hal buruk, tanyakan pada dirimu sendiri apakah ada andilmu dalam menciptakan situasi tersebut.
Semakin sering kamu refleksi diri, maka akan semakin mudah untukmu nantinya belajar melihat sudut pandang pasanganmu tanpa bertindak defensif.
Nah, jadi itulah tadi pengertian seputar tren "Marriage is Scary." Bagaimana menurutmu, Bela?