Mahar atau maskawin diartikan sebagai harta yang diberikan dari calon pengantin laki-laki kepada calon pengantin perempuan untuk memenuhi salah satu syarat sah pernikahan dalam Islam. Bentuk dari mahar sangatlah beragam, mulai dari uang tunai, emas batangan murni, hingga benda lainnya yang memiliki nilai manfaat dan diperoleh dengan cara yang baik.
Di Indonesia sendiri, mahar begitu erat berkaitan dengan adat istiadat di beberapa wilayah. Penyebutan mahar di setiap daerah pun berbeda-beda, salah satunya ialah mahar Jeulamee.
Mahar Jeulamee adalah istilah mahar di dalam adat Aceh, yang menjadi simbol pembuktian bahwa seorang laki-laki telah siap untuk membangun bahtera keluarga kepada sang pujaan hari.
Untuk lebih jelasnya mengenai mahar Jeulamee, yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini!
Makna mahar Jeulamee
Dalam suku Aceh, Jeulamee adalah syarat perkawinan yang mesti dipenuhi oleh calon mempelai laki-laki (Linto) kepada calon mempelai perempuan (Dara baroe). Mahar Jeulamee dimaknai tak hanya sebagai kesiapan seorang laki-laki untuk meminang kekasih hatinya, tapi juga sebagai simbol penghormatan kepada calon mempelai perempuan, serta tanda cinta dan ketulusan hati.
Untuk bentuk Jeulamee sendiri ialah emas murni yang dikenal dengan istilah 'meuh 99' atau 'meuh London,' yang dihitung dengan menggunakan satuan mayam. Apabila dikonversi, 1 mayam kurang lebih setara dengan 3 gram emas murni. Namun, di setiap suku dan wilayah di Aceh mempunyai nilai konversi yang berbeda-beda.
Selain punya nilai konversi yang beragam, setiap suku dan wilayah di Aceh juga telah menetapkan besaran Jeulamee masing-masing. Berikut penjelasannya.
Suku Aneuk Jamee
Untuk suku Aneuk Jamee, Jeulamee yang mesti disiapkan oleh calon mempelai laki-laki ialah berkisar 3-7 mayam dengan nilai konversi 1 mayamnya ialah 2,8 - 3,0 gram emas. Namun, besaran Jeulamee masih dapat disesuaikan, tergantung dari kesepakatan pihak laki-laki dan perempuan.
Suku Aceh Pidie
Berbeda dengan suku Aneuk Jamee, suku Aceh Pidie menetapkan Jeulamee dengan jumlah yang lebih besar, yakni 10 hingga 30 mayam bagi laki-laki yang hendak meminang perempuan pilihannya. Itu berarti Jeulamee yang diberikan minimal sekitar 30 gram emas murni.
Aceh Utara, Bireuen, dan Aceh Timur
Besaran Jeulamee yang ditetapkan di tiga wilayah ini terbilang cukup besar, yakni berkisar 10 sampai 100 mayam. Untuk nilai konversinya, 1 mayam dianggap setara dengan 3,0 gram emas murni. Sehingga, dapat dikatakan bahwa minimal jumlah emas murni yang diberikan oleh calon pengantin laki-laki adalah sekitar 30 gram.
Aceh Besar dan Banda Aceh
Sedangkan besaran Jeulamee untuk wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh adalah 5-20 mayam, dengan nilai konversi 1 mayam setara dengan 3,33 gram emas murni.
Ketentuan pemberian mahar Jeulamee
Setelah mengetahui besaran Jeulamee di setiap suku dan wilayah di Aceh, terdapat pula satu ketentuan penting dari pemberian mahar Jeulamee. Dikutip dari laman Sekretariat Majelis Adat Aceh, Jeulamee disebut tidak boleh terlalu rendah, ataupun terlalu tinggi. Hal ini rupanya disebabkan karena beberapa maksud, di antaranya:
- Sebagai tanda cinta, Jeulamee sepatutnya diperoleh melalui usaha yang tidak terlalu mudah agar penghargaannya juga semakin tinggi.
- Jeulamee mengajarkan kepada calon suami agar giat berusaha untuk memenuhi kewajibannya kepada sang calon istri, sebab ialah yang akan menanggung tanggung jawab atas istri dan anak-anaknya.
- Jeulamee juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perceraian. Sehingga, apabila pernikahan dapat dilangsungkan tidak terlalu mudah, setiap orang yang telah menikah juga tidak semudah itu dalam membuat keputusan untuk bercerai.
- Jeulamee dimaknai sebagai wujud jaminan tanggung jawab, baik secara moril maupun materiil seorang laki-laki atas calon istrinya di mata keluarga, agar anggota keluarga pihak calon istri merasa yakin bahwa anak perempuannya akan berada dalam tanggung jawab orang yang tepat.
Jadi, itulah tadi ringkasan mengenai mahar Jeulamee yang merupakan istilah mahar dalam adat Aceh. Bagaimana menurutmu, Bela?