Sering kita melihat adegan pernikahan di film serta drama Korea yang membuat kita bertanya-tanya mengenai adat serta budaya pernikahan yang sebenarnya di Negeri Ginseng tersebut.
Perkembangan zaman seringkali membuat suatu perubahan dalam adat serta budaya kehidupan, termasuk pernikahan. Meski masih banyak juga yang masih memegang tradisi budaya pernikahan, namun generasi millennial Korea kini lebih menyukai pernikahan yang simple seperti di drama-drama. Seperti apa tren pernikahan Korea Selatan kini?
1. Melamar
Cincin untuk melamar sang kekasih bukan merupakan hal yang wajib ketika akan melamar seseorang di Korea. Bahkan, orang Korea zaman dulu nggak punya cincin pernikahan. Namun kini, beberapa generasi muda mulai menggunakan cincin sebagai tanda melamar sebagai lambang ikatan.
2. Pertemuan dua keluarga
Kalau kamu sudah mengenal budaya Korea, kamu mungkin bisa menebak bagaimana proses lamaran akan terjadi di mana saat kedua keluarga saling bertemu. Jadi nggak perlu pakai cincin sebagai tanda akan lamaran.
Di Korea, pernikahan dianggap sebagai persatuan bukan hanya antara dua individu, tetapi antara dua keluarga. Sebelum pertunangan diumumkan, kedua keluarga diharapkan untuk saling bertemu lebih dulu. Biasanya, prosesi ini agak kaku dan canggung yang biasa dilakukan di kamar pribadi di restoran. Namun jauh sebelum diadakannya pertemuan dua keluarga ini, masing-masing telah melakukan penelitian satu sama lain sebelumnya, jadi kalau mereka setuju untuk bertemu itu adalah pertanda baik.
3. Lama persiapan menikah
Ternyata untuk mempersiapkan pernikahan nggak butuh waktu lama untuk direncanakan. Jadi kalau sudah saling cocok, para pasangan ini dengan mudah merencanakan pernikahan yang sangat bagus hanya dalam waktu tiga bulan. Pertunangan selama bertahun-tahun jarang terjadi.
4. Pemilihan venue
Kebanyakan orang Korea menikah di aula pernikahan, yang merupakan tempat yang dibangun secara khusus untuk pernikahan. Biasanya saat pasangan menandatangani kontrak dengan aula pernikahan yang sudah satu paket secara detail mulai dari dekorasi, makanan, dan musik.
5. Para tamu undangan
Dalam tradisi Korea, kedua kelompok orangtua (yang mungkin berbagi biaya pernikahan) akan mengundang semua orang yang mereka kenal, terlepas dari apakah pengantin tahu siapa mereka atau nggak. Nggak heran jika tamunya bisa lebih dari 500 tamu. Beberapa generasi muda mulai melepaskan diri dari tradisi tersebut demi upacara yang lebih intim. Jadi yang diundang hanya orang terdekat saja. Tentunya yang pengantin kenal.
6. Acara sebelum resepsi
Jika menurut tradisi Barat percaya bahwa nasib buruk akan terjadi jika pengantin bertemu sebelum upacara pernikahan, di Korea nggak ada konsep seperti itu. Pengantin akan pergi ke tempat pernikahan bersama. Sebelum upacara, pengantin pria akan bergabung dengan orangtua di lobi untuk menyambut para tamu yang telah tiba, sementara pengantin perempuan akan duduk di kamar pengantin khusus sendiri di mana para tamu dapat datang, mengobrol, dan mengambil foto dengannya.
7. Resepsi pernikahan
Pernikahan di Korea terkesan singkat dan manis. Biasanya nggak ada pengiring pengantin, pembawa bunga, pembawa cincin, atau pengiring laki-laki. Acara pernikahannya sendiri hanya pidato, pertunjukan musik singkat, diakhiri ciuman kedua mempelai setelah sah dinyatakan suami istri. Makanan akan disajikan segera setelah upacara. Secara keseluruhan pernikahan hanya berlangsung dalam dua jam saja.
8. Pyebaek, tradisi pernikahan
Setelah pernikahan yang singkat, ada upacara tradisional pernikahan Korea selanjutnya yang disebut pyebaek di mana yang hadir hanya untuk anggota keluarga. Pengantin akan memakai hanbok pernikahan khusus dan akan tunduk pada orangtua mereka yang duduk di belakang meja rendah yang penuh dengan makanan pernikahan tradisional dan simbolis seperti chestnut, jujubes, dan kesemek kering.
Orangtua akan memberkati pasangan yang baru menikah serta ada tradisi "menangkap jujubes dan chestnut" untuk memprediksi berapa banyak anak perempuan dan anak laki-laki yang akan dimiliki pasangan.
Para tamu memakai hanbok untuk pernikahan. Ibu pengantin perempuan biasanya akan mengenakan hanbok merah muda atau ungu, dan ibu pengantin laki-laki akan mengenakan hanbok biru. Anggota keluarga yang lain mungkin atau nggak boleh memakai hanbok, sesuai dengan preferensi.