Siap jatuh cinta selalu satu paket dengan siap patah hati. Setiap orang selalu ingin perjalanan asmaranya berjalan mulus dan lancar-lancar saja. Nggak ada satu orang pun yang berharap akan gagal dan akhirnya mengalami patah hati.
Kamu perlu paham bahwa patah hati merupakan salah satu risiko yang harus siap kamu hadapi ketika jatuh cinta. Meski perasaan menjadi sedih dan pikiran pun jadi tak menentu kamu harus tetap menerima dan menjalani segalanya dengan hati yang lapang sebagai bagian dari perjanlanan move on.
Resapi lebih dalam perasaan sakit hati yang bersarang di dadamu sampai akhirnya perasaan sakit itu tidak lagi kamu rasakan dengan puisi-puisi tentang patah hati di bawah ini. Siapa tahu jadi lebih lega karena perasaanmu jadi tersalurkan, bukan?
1. Biar Langit yang Memutuskan
Hangatnya perapian malam
Mengingatkanku akan hangatnya pelukanmu
Kesejukan sungai kebahagiaan
Bagai menatap senyummu
Damainya jiwaku
Di mana belas kasih itu?
Bersamamu seperti mimpi semu
Hanya bisa merasakan abadinya duka
Dalam hati tersimpan banyak doa
Kau bilang kita pasti bisa
Bisa saling mencintai
Bersama sampai tua
Bersatu hingga mati
Kau bilang perbanyak doa dan harapan
Impian kita pasti kan terwujud
Namun apa yang terjadi kini?
Biarlah langit yang memutuskan
Satu keinginan
Cinta kita jangan sampai berubah
Hati kita tetap menyatu
Menciptakan bahagia bersama
Tak semudah yang kita duga
Bagaimana harus ku hentikan air mata?
Impian kita hanya sebatas dalam mimpi
Biarlah langit yang memutuskan
Tentang akhir cerita cinta kita---Anonim
2. Di Ujung Kata-Kata
Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku
Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan
Dalam derap gerimis yang pongah menghujam
Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi
Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani
Di atas pengharapan tak berkesudahan
Tentang rindu kusam
Tentang cinta terbuang
Mengutip satu namamu di antara keluh kesah
Gundah gelisah, air mata, dan lara
Masihkah ada sedikit senyum darimu
Di batas penantianku yang kini makin terbata
Jika masih ada ruang di hatimu
Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah
Pada tanah membentang
Pada pohon-pohon rindang
Dan angin yang mengusik keangkuhan
Setidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kuraba
Janganlah sepi yang hadir
Janganlah semu yang membeku
Karena aku selalu berjalan menujumu---Anonim
3. Harapan Kosong
Mencoba tuk bertahan di tengah kepungan badai cobaan
Lelah dalam melangkah menggenggam cinta tak berbalas
Warna pelangi hanyalah semu yang dirasakan
Hilang tersalip awan-awan biru yang menderu-deru
Lupakan semua kenangan dan janji-janji hati
Kepastian sudah diberikan
Namun pengkhianatan menjadi jawaban
Cinta sejati kini telah ternodai
Hampa terasa sunyi di dalam jiwa
Menanti harapan melepas masa-masa kelam
Melangkah maju menuju sebuah harapan
Cinta sejati sudah jauh dan pergi
Berlalu pilu ditelan oleh sang waktu
---Anonim
4. Di Taman Kota
Tiang lampu dipinggiran jalan menyorot kita yang dibawah dengan temaram. Ditemani rembulan bentuk pisang, kita jalan bersisian.
Aku, menenteng keranjang isi pisang pemberianmu.
Kamu lengkap menggendong janji, makan malam di rumah makan milik pamanmu.
Aku dengan terusan putih selutut bintik-bintik hitam serasi benar dengan kemeja satin putih polos kepunyaanmu.
Kita berdua duduk saling menghadap.
Lilin yang dipasang ditengah meja bundar lengkap dengan tatakannya, nyaris romantis.
Ubi jalar yang digoreng disusun kesamping mirip pagar.
Makanan pembuka, katamu.
Tumis daun pepaya muda bertabur bawang merah goreng diletakkan diatas tungku kecil.
Bukan menu utama, katamu.
Di mana kamu sembunyikan nasi ayam lada hitam kesukaanku?
Di sana, katamu.
Bukan itu!
Aku tidak pesan wanita gemulai yang pakai gaun berbelahan dada rendah berhiaskan renda.
Merangkulmu manja.
Aku berhenti tepat dihitam matamu.
Kita ini apa?---Anonim
5. Mimpi yang Hilang
Di bawah hamparan gelap luas yang bertabur bintang
Aku menatap satu bintang yang paling terang
Aku menatapnya dengan penuh harapan
Seolah itu kau
Yang kini jauh seakan hilang..
Selama ini
Aku mencoba tuk selalu mengerti hatiku
Namun ternyata semua masih semu ku rasakan
Nama yang terukir dalam karang hatiku
Kini seakan terkikis
Oleh ombak yang menghantam..
Aku dan jenuhku, bersama membisu
Terlalu jauh untuk meraih bintang yang sedang ku tatap
Aku dan senyumku
Mengikuti diam termenung
Namun tercipta sebuah mimpi
Yang hilang hanya dalam sekejap
Teriakan Hati
Disaat terpikir tentang dia
Yang entah ada di mana
Terkadang hati teriak dengan kehampaannya
Mencari dan menunggu hati cintanya
Ku menangis tanpa air mata
Ku teriak tanpa suara
Hanya merasakan sakitnya hati
Begitu tersiksa menunggu yang di nanti
Begitu berat melepaskan rasa ini
Yang sudah merasuk dalam hati
Mungkin bila aku nanti mati
Sesalku akan abadi
Akankah penantian ini berujung bahagia
Ataukah hanya asa semata
Tapi hatiku kan selalu tegar menghadapinya
Walau akhirnya hanya membuat luka---Anonim
6. Di Kota Tua
Becak yang berderet.
Angkutan umum yang bergerak linear.
Bus kota yang menderu, berasap.
Suara dari bibirmu Sayang, mengharap-harap wanita dengan paras ayu yang rajin mengecat kuku dan mandi susu, samar-samar lalu.
Di atas jembatan, lampu sorot kekuningan, itu dia
Kalian berdua.
Si wanita menggamit lenganmu mesra, Sayang, itu bukan aku.Aku tak pernah lihat langit lebih rendah dari ini.
Hitam.
Waktu, jam ditangan berputar mundur.
Lihat dan perhatikan.
Hujan.
Pria berkacamata yang punya hati lebih luas dari lapangan pacuan kuda, berlarian, bersisian dengan aku tentu saja.
Sama-sama tidak ingin dihujam air.
Sayang, buku-buku cetakan pertama yang kau cari, bukankah sudah tak menarik?
Itu dia!
Cetakan kesekian dari bukumu yang paling bersejarah, hidupmu, disunting oleh Si wanita yang bawa payung merah.
Baru saja terbit.
Lebih hidup, lebih pas, sampai kacamatamu tak sempat lagi melorot.
Sayang, aku terus menangis.Melihatmu tertawa sampai matamu tinggal segaris atau mendengarmu
Mendengkur dengan kepala yang menopang dipundak si wanita, aku ingin.
Aku sungguh ingin.
Lagi lagi Sayang, seperti bebunyian yang selalu kau dengar sewaktu dihalte bus aku akan menjelma menjadi itu.
Bersuara lebih besar, barangkali kau tak lihat.
Melalui tulisan ini, barangkali kau tak dengar.
Dari wanita yang cintanya tidak habis-habis, karena cintanya paling.---Anonim
7. Cinta yang Pergi
Melangkah jauh dalam setiap kenangan
Terbenam dalam lautan kesedihan
Kasih yang pergi takkan mungkin kembali
Hilang terbawa, hampa, tak bertepi
Derita semakin terasa
Keluhan jiwa terus membara
Tersiksa oleh luka perasaan
Diatas pengkhianatan cinta didepan mata
Pergi menjauh, teruka oleh cinta
Bingung tentukan arah dan tujuan
Hanya kesendirian yang setia menemani
Terbang dalam lamunan
Anganku terbang melayang
Mengenang sebuah pengkhianatan
Diatas janji-janji manis kelembutan
---Anonim
8. Sedih yang Terlalu
Di penghujung hariku ini
Tak juga bisa kutulis tepat
Kesimpulan tentang perlakuanmu
Karena terlalu dalamnya kau menghilang
Dalam lautan kemuna’anmu
Kau junjung tinggi rasa egomu
Untuk sebuah kepuasan
Tak juga kutemukan kebenaran itu
Saat kau hadir dalam semu
Hingga kasa dimataku
Sedang yang tersimpan hanya luka
Mungkin aku sebuah karang yang hanya diam
Saat kau menjadi ombak menerjangku tak henti
Dan egomu, juga semua yang kau lakukan
Membunuhku perlahan
---Imam Zenit
9. Kerinduan
Merenda sebuah tali kasih
Kusimpul menjadi satu hati
Gambaran jiwa yang terluka
Bagai langit meratap sendu
Kala bias cinta menghilang
Sakit itupun datang tanpa permisi
Rembulan tak menyisakan senyum
Bersama malam, kudekap lirih arti kerinduan
Kesendirian
---Kahlil Gibran
10. Tenggelam
Aku sedih dengan kira yang indah memuja akan dunia
Luka yang memahat
Luka yang begitu menusuk
Luka yang menghujam jantungku
Tapi tak ada yang tahu bahwa aku kecewa dalam cerita
Sampai untuk berpikir tentang cinta
Dengan hati bukan mata rasakan cinta
Untuk kehilangan akal sehat
Dan untuk membuat aku tenggelam
Tenggelam dalam kesedihan
Tenggelam dalam kepedihan dan kehancuran
Dengan semua janji-janji busukmu
Dengan semua janji-janji palsumu
Membuat sayap ini patah dan mati
Aku menangis meratapi takdir
Merasakan seakan dunia ini tak berarti lagi
Dan kini hanya kesedihan, kekecewaan yang menemaniku
Cinta ini sungguh aku tidak mengerti
---Dodi
11. Surat Terakhir
Aku mencintaimu, seperti angin mencintai bunga
Seperti hujan mencintai pelangi
Namun yang ku terima hanyalah duri tajam mu
Namun nyatanya kau bahagia saat ku pergiJujur saja ku berharap kau mengerti
Tapi semakin ku mengenalmu aku tahu akan sulit untuk mu bisa mencintaiku
Aku tak punya sesuatu yang pantas
Yang bisa membuatmu melihat kuBaiklah aku pergi
Bukan ku lelah, bukanku menyerah
Bila jauh dariku membuatmu bahagiaAku berharap akan ada seseorang yang mencintaimu melebihi ku
Dan ku berharap kau tak sia-siakannya sebagaimana kau membuangku
Aku akan sangat rindu bagaimana aku berusaha tinggal di hati kecilmu
Meski ternyata tiada tempat tersisa untukku disanaBaiklah aku pergi, maafkan jika ku merusak hidupmu
Ini yang terakhir yang bisa ku berikan
Semata ku hanya ingin melihat kau tersenyum
Ku berharap kan ada seseorang yang menjagamu yang menyayangimu melebihikuBila nanti hatimu terbuka..
Datanglah padaku, bawakan aku harapan yang ku tunda
Ini yang terakhir yang bisa ku buktikan, aku menyayangimu---Anonim
12. Aku Tengah Menantimu
Aku tengah menantimu, mengejang bunga randu alas
di pucuk kemarau yang mulai gundul itu
berapa juni saja menguncup dalam diriku dan kemudian layu
yang telah hati-hati kucatat, tapi diam-diam terlepasawan-awan kecil melintas di atas jembatan itu, aku menantimu
musim telah mengembun di antara bulu-bulu mataku
kudengar berulang suara gelombang udara memecah
nafsu dan gairah telanjang di sini, bintang-bintang gelisahtelah rontok kemarau-kemarau yang tipis; ada yang mendadak sepi
di tengah riuh bunga randu alas dan kembang turi aku pun menanti
barangkali semakin jarang awan-awan melintas di sana
dan tak ada yang merasa ditunggu begitu lama, kau pun tiada--Sapardi Djoko Damono
13. Tak Sepadan
Aku kira,
Beginilah nanti jadinya,
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa
Ahasveros
Dikutuk disumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena Kau tidak 'kan apa-apa'
Aku terpanggang tinggal
—Chairil Anwar
14. Melepas Cinta Sejati
Cinta hanyalah cinta
Dia datang dan pergi sesuka hati
Bahagia dalam kebersamaan
Sedih dalam perpisahan
Cinta yang pergi hati yang merana
Larut dalam kenangan sosok yang ditinggalkan
Pemilik hati telah jauh pergi
Menyisakan kenangan indah
Tinggalkan kekosongan hati
Kemana hati ini melangkah
Ketika cinta sejati telah pergi
Kemana harus kucari lagi
Ketika gelap terus menghantui
Lautan tak berujung
Langit tak tersentuh
Yang telah pergi takkan pernah kembali
Kenangan cinta sejati akan terus kekal abadi
---Anonim
Masih sedih dan patah hati? Nggak apa-apa, semua memang butuh proses. Tapi, kamu harus ingat kalau perasaan sedih yang berlarut-larut itu nggak baik.
Kamu harus merelakan segalanya dan beranjak move on. Hari-hari bahagia sudah menunggumu di depan sana. Percayalah, orang yang baik akan kamu temukan dan jadi milikmu di waktu yang tepat nanti.
Itulah kumpulan puisi patah hati yang menyentuh dan bikin sedih. Semoga bermanfaat, Bela.