Setiap negara pastinya memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Hal ini juga membuat pergaulan hingga gaya pacaran antar satu negara dengan negara lainnya nggak sama. Jika sebelumnya kamu sudah mengetahui gaya pacaran di Korea Selatan, kali ini Popbela ingin mengajakmu melihat gaya pacaran yang berlaku di Jepang. Untuk kamu yang suka dengan negeri Sakura ini, lihat dulu panduan menjalin hubungan yang dilansir dari Outsider Japan ini, yuk!
1. Baru pacaran setelah lulus SMA
Jepang adalah negara yang mengedepankan karier dan pendidikan. Nggak heran jika akhirnya mereka memilih mengesampingkan urusan asmara. Pada umumnya, masyarakat Jepang baru mulai saling suka dan berpacaran saat mereka sudah lulus SMA dan masuk ke perguruan tinggi. Pasalnya, mereka nggak mau memikirkan pacaran sebelum berhasil masuk ke universitas favorit. Mereka akan fokus belajar dan baru memikirkan asmara saat kuliah.
2. Masih malu-malu
Ada rasa malu dalam diri orang Jepang saat mulai pacaran. Mereka memang baru mengenal cinta di usia yang cukup dewasa jadi nggak heran ketika berpacaran, pengalaman mereka untuk memadu kasih ini terlihat malu-malu. Mereka nggak bisa bertingkah genit pada lawan jenis karena memang nggak terbiasa dengan hal itu sejak remaja. Bahkan, mereka selalu minta ditemani sahabatnya jika ingin bertemu dengan gebetan agar nggak canggung jika hanya bertemu berdua saja.
3. Lebih suka kencan berkelompok
Orang Jepang biasanya akan canggung jika hanya berduaan saat bertemu gebetannya. Oleh karena itu, dibentuklah kencan berkelompok atau yang disebut dengan gōkon. Jika pria dan wanita ini sedang melakukan pendekatan, maka mereka akan mengajak serta 3 sampai 4 orang teman untuk bertemu bersama. Biasanya, mereka akan janjian bertemu untuk makan di restoran besar agar bisa muat dengan banyak tamu.
Di sinilah biasanya mereka malah jadi saling tertarik satu sama lain hingga akhirnya bertukar nomor telepon atau alamat e-mail. Orang Jepang sangat waspada jika harus bertemu berdua saja dengan orang baru. Yang terpenting, harus ada pihak ketiga di antara pria dan wanita ini.
4. Orangtua berperan untuk menjodohkan anak-anaknya
Salah satu budaya Jepang yang masih populer hingga saat ini ialah omiai, yakni ikut andilnya orangtua dalam proses mencari pasangan yang tepat untuk anak-anaknya. Biasanya, para orangtua ini mencari calon menantunya ini tanpa sepengetahuan anak mereka. Mungkin kamu juga pernah mendengar jika perjodohan masih banyak ditemukan di negeri Sakura ini. Orangtua akan menunjuk pihak ketiga yang disebut nakōdo, di mana merekalah yang menjadi perantara dalam perjodohan ini.
Nakōdo memiliki banyak kandidat untuk dijodohkan, lengkap dengan riwayat hidup mereka, seperti usia, pekerjaan dan lain-lain. Jika kriteria calon tersebut diterima oleh pihak pria dan wanita, maka nakōdo akan mengatur pertemuan dan jika sama-sama klop, mereka pun akan melanjutkan ke jenjang pacaran atau bahkan pernikahan.
5. Nggak akan menghubungi lagi jika nggak tertarik
Selalu bersikap sopan adalah prioritas di Jepang. Jika saat pertemuan pertama ini mereka saling tertarik, maka salah satunya akan menghubungi gebetannya ini untuk mengatakan terima kasih karena pertemuan yang menyenangkan atau bahkan mengajaknya jalan bareng lagi. Namun, jika mereka nggak saling mengirim pesan setelah satu minggu bertemu maka bisa diasumsikan kalau keduanya nggak mau meneruskan hubungan ini.
Orang Jepang lebih suka menghilang tanpa kabar daripada harus mengatakan secara langsung kalau ia nggak tertarik pada calon pasangannya ini. Jadi jangan heran jika ada kasus di mana pasangan yang sudah pacaran bertahun-tahun kemudian putus dan langsung memutus komunikasi di antara mereka.
6. Harus ada pernyataan cinta
Mungkin di Indonesia bukan hal yang wajar jika wanita menyatakan perasaannya lebih dulu pada gebetannya. Namun, ini nggak berlaku di Jepang karena para wanitanya juga nggak sungkan untuk nembak duluan. Pernyataan cinta ini harus dilakukan jika memang ingin melangkah dalam status hubungan yang lebih serius. Nggak bisa hanya saling suka kemudian dianggap pacar tanpa ada salah satunya yang mengungkapkan, “Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Jadi, di Jepang ini nggak berlaku yang namanya hubungan tanpa status, ya.
7. Nggak pamer kemesraan di depan umum
Masyarakat Jepang sama sekali nggak mau menunjukkan kemesraan mereka di depan umum. Bagi mereka, berciuman, berpelukan atau kontak fisik lainnya adalah hal yang memalukan jika harus dipamerkan di depan publik. Mereka akan menjaga keromantisannya berdua saja dengan pasangannya. Jadi jangan heran kalau ada pasangan yang sama sekali nggak terlihat seperti orang pacaran.
Gimana, kamu tertarik untuk mengikuti gaya pacaran orang Jepang ini nggak, Bela?