Trust issue atau krisis kepercayaan merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi dalam sebuah hubungan. Mungkin kamu sudah sering mendengar istilah ini atau mungkin justru masih merasa asing.
Namun sebenarnya, tidak hanya menyangkut percintaan, trust issue juga dikaitkan dengan hubungan sosial seseorang secara luas, seperti pertemanan, keluarga, sampai pekerjaan. Sebab memang, pada dasarnya kepercayaan adalah kunci utama yang harus selalu dijunjung dalam hubungan jenis apa pun itu.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai hal ini, berikut pengertian trust issue dan contohnya dalam hubungan.
Pengertian Trust Issue
Kebohongan mengikis kepercayaan pada orang lain, dan trust issue lahir dari masalah tersebut. Trust issue adalah keadaan ketika seseorang merasa kesulitan untuk bisa percaya dengan setiap tindakan atau perkataan dan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan ketakutan akan pengkhianatan, pengabaian, atau manipulasi.
Satu hal yang dimiliki oleh orang-orang dengan tingkat kepercayaan yang rendah adalah bahwa mereka semua pernah dikecewakan sebelumnya. Dengan mengingat hal ini, maka kita bisa dengan yakin menyatakan bahwa ketakutan irasional adalah penyebab trust issues.
Jika kamu tidak memercayai pasanganmu, kemungkinan besar kamu takut dia akan selingkuh dengan orang lain. Jika kamu tidak memercayai teman terdekatmu, kamu mungkin takut mereka akan menggunakan kelemahanmu untuk mempermalukan atau menyakitimu. Lalu, jika kamu tidak memercayai atasanmu, itu mungkin karena kamu takut dengan motif tersembunyi mereka.
Untuk individu yang memiliki trust issue, ketakutan dan ketidakamanan mereka mengambil alih, membuat mereka merasa perlu terus-menerus menguji orang lain. Dalam pikiran mereka, setiap orang secara default tidak dapat diandalkan, mudah menipu, dan tidak dapat dipercaya.
Apa Penyebab Trust Issue?
Umumnya, ketakutan ini sering dipicu sebagai akibat dari pengkhianatan seperti perselingkuhan, atau manipulasi dalam bentuk ketidakjujuran hingga gaslighting.
Dilansir dari laman Very Well Mind, sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa kecenderungan untuk percaya dipengaruhi oleh faktor genetik. Ketidakpercayaan, di sisi lain, tidak terkait dengan genetika dan terutama terkait dengan faktor sosialisasi, termasuk dinamika dan pengaruh keluarga.
Orang sering memiliki masalah kepercayaan karena mereka telah dikhianati di masa lalu. Pengalaman anak usia dini, khususnya, sering memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan seseorang untuk mempercayai orang-orang di sekitarnya.
Psikolog Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan yang menyarankan bahwa tahun-tahun awal kehidupan adalah tentang mempelajari apakah orang-orang di sekitar kita dapat dipercaya untuk menjaga dan melindungi kita. Ini berarti bahwa masalah kepercayaan dapat berasal dari sejumlah sumber, termasuk:
- Pengkhianatan dalam suatu hubungan: Perselingkuhan sangat menyakitkan dan dapat menyebabkan masalah kepercayaan dalam hubungan di masa depan.
- Konflik orangtua: Jika anak-anak menyaksikan masalah kepercayaan dalam keluarga mereka, mereka mungkin takut bahwa hal yang sama akan terjadi pada mereka dalam hubungan romantis di masa depan di masa dewasa.
- Penolakan sosial: Ditolak oleh teman sebaya selama masa kanak-kanak atau remaja juga dapat membuat sulit untuk mempercayai orang lain.
- Pengalaman hidup yang negatif: Orang yang pernah mengalami trauma, terutama saat tumbuh dewasa cenderung mengembangkan masalah kepercayaan di masa dewasa. Masalah kepercayaan ini dapat termanifestasi dalam berbagai cara termasuk kesulitan mempercayai teman atau pasangan romantis, ketakutan akan pengkhianatan terkait kepercayaan, atau kesulitan memaafkan orang karena melanggar kepercayaan mereka.
Contoh Trust Issue dalam Hubungan
Berikut ini adalah beberapa contoh trust issue yang mungkin terjadi dalam hubungan:
- Seorang istri selalu merasa khawatir dan takut jika suaminya sering terlambat pulang ke rumah setelah bekerja. Bahkan, ia sampai hafal berapa lama sang suami telat. Pikirannya aktif untuk mencari apa penyebabnya dan bisa saja mengarah pada bukti kalau suaminya pergi dengan wanita lain. Padahal, suaminya bersikukuh bekerja lembur.
- Kedua orangtua Anita sudah lama bercerai, dan baru-baru ini sang ibu memperkenalkan ia dengan pacar barunya. Sebelum bertemu, sang ibu selalu mengatakan kalau laki-laki itu adalah orang yang baik dan pilihan yang tepat. Tampilan luarnya pun juga menunjukkan hal demikian, kalau ia adalah orang yang baik. Akan tetapi, Anita terus mengingat alasan mengapa ayahnya pergi meninggalkan mereka dan menganggap kalau semua laki-laki adalah sama.
- Setelah 18 tahun single, Jasmin akhirnya menemukan laki-laki yang bisa mengajaknya untuk berpacaran. Namun, sayang ternyata laki-laki itu cukup player karena ketahuan selingkuh dengan teman mainnya. Setelah akhirnya putus, ada laki-laki baik yang datang pada Jasmin dan mencoba menghiburnya. Sayangnya, Jasmin terlanjur menganggap kalau kebaikan laki-laki itu hanya sesaat dan akhirnya membuat ia sulit membuka hatinya untuk orang baru.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa semua masalahnya tertuju pada satu poin, yaitu kepercayaan. Jadi, sekali lagi, kepercayaan adalah faktor besar dalam fondasi setiap hubungan, entah itu hubungan romantis atau bukan. Ketika kita tidak bisa mempercayai orang-orang terdekat kita, itu bisa terasa sangat terisolasi dan kesepian. Maka, trust issue perlu diatasi.
Demikianlah penjelasan mengenai pengertian trust issue dan contohnya dalam hubungan. Semoga bisa menambah wawasan, ya, Bela!