Saat jatuh cinta, kita akan menemukan banyak perasaan kontras yang terkadang terlalu rumit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Namun, di situlah 'biologi cinta' bisa berguna untuk membantu kita memahami mengapa kita merasakan apa yang kita rasakan.
Dilansir dari laman Bright Side, seorang Antropolog dan peneliti Amerika di bidang hubungan romantis, Helen Fisher, telah menemukan teori menarik tentang cinta. Hasilnya, ia menemukan bahwa tidak semua cinta dialami secara setara dan cinta romantis dapat dipecah menjadi 3 jenis yang berbeda. Penasaran seperti apa saja?
Berikut jenis cinta yang bisa mengubah caramu melihat hubungan.
1. Infatuation love
Infatuation love adalah jenis cinta yang timbul karena fisik. Mengandung hasrat, ketertarikan fisik yang kuat, dan gairah seksual tanpa adanya keintiman dan komitmen. Jenis cinta yang satu ini bisa muncul secara tiba-tiba dan cepat seperti pandangan pertama dengan beberapa syarat tertentu dan berlangsung dalam jangka panjang.
Para ilmuwan, seperti Fisher, telah melihat ke dalam proses neurobiologis dan kognitif yang mendasari ketertarikan dan cinta, dan mereka mulai mengidentifikasi perasaan berbeda yang terjadi pada berbagai tahap hubungan romantis, di mana nafsu atau keberahian adalah yang pertama.
Mirip dengan nafsu, infatuation atau keberahian, berasal dari apa yang disebut otak reptil dan murni karena dasarnya. Ini adalah perasaan yang sebagian besar dari kita dapat dengan mudah merasakan, yakni dorongan untuk keintiman dengan seseorang yang hampir tidak kita kenal hanya berdasarkan elemen fisik dan perilaku ketertarikan.
Fase cinta ini biasanya ditandai dengan rasa baru dan euforia. Serbuan hormon juga bisa membuat kita merasa bersemangat dan obsesif secara tidak rasional. Perasaan pada tahap ini dapat berubah terus-menerus dan terkadang memudar secepat mereka datang, tetapi keberahian juga bisa menjadi batu loncatan menuju keintiman yang matang dan bertahan lama.
2. Cinta dengan gairah
Gairah atau hubungan emosional antara dua orang, berasal dari otak mamalia atau otak emosi, tempat bersemayam rasa cinta dan kejujuran. Otak kita dipenuhi dengan dopamin dan norepinefrin, membuat orang merasa seperti "kepincut" satu sama lain. Mereka menatap mata satu sama lain, ingin menghabiskan setiap momen bersama, bahkan hingga rela begadang sampai jam 5 pagi hanya untuk berbicara bersama.
Zat kimia tersebut membuat kita energik dan euforia, yang terkadang menyebabkan insomnia dan penurunan nafsu makan. Gairah melibatkan tingkat kimia emosional yang tinggi, itulah sebabnya ia memiliki kekuatan untuk menghalangi penalaran logis seseorang. Dibutakan oleh gairah, kita terbawa dan memproyeksikan rencana masa depan dari hubungan itu, yang tidak selalu menjadi kenyataan.
Menurut sains, ujian serius masa depan hubungan dan kecocokan pasangan biasanya terjadi setelah menghabiskan 6-12 bulan bersama. Gairah terkadang bisa memudar karena kurangnya kebaruan, tetapi beberapa pasangan berhasil menjaga percikan ini tetap hidup selama beberapa dekade.
Saat cinta menjadi lebih dewasa, berbagai bagian otak diaktifkan. Beberapa pasangan mengaku jatuh cinta bahkan setelah bertahun-tahun bersama. Dalam salah satu studinya, Fisher menemukan bahwa beberapa pasangan paruh baya menunjukkan aktivitas otak yang hampir sama dengan pasangan muda.
3. Cinta dengan komitmen
Komitmen atau keterikatan terjadi ketika gairah berlanjut cukup lama sehingga menjadi tanpa syarat. Keterikatan adalah salah satu faktor terpenting dalam hubungan jangka panjang. Sementara jenis cinta keberahian dan gairah mendominasi urusan romantis, komitmen memainkan peran penting dalam ikatan orangtua-bayi, persahabatan, dan banyak bentuk cinta lainnya juga.
Dua hormon utama yang dilepaskan pada tahap ini adalah oksitosin dan vasopresin. Jika ada kecocokan jangka panjang antara orang-orang dan jika gairah bertahan dalam jangka waktu yang lama, pasangan itu terus berbagi pengalaman hidup baru bersama tanpa batas waktu dan komitmen muncul.
Hubungan biasanya terasa sempurna sampai sesuatu yang negatif terjadi, seperti kehilangan pekerjaan, masalah kesehatan, kebiasaan yang mengganggu, dan sebagainya. Namun, komitmen mengharuskan orang untuk menerima semua masalah tersebut termasuk kekurangan pasangan dan mencintai mereka sepenuhnya. Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa untuk pasangan yang mencapai tingkat komitmen itu, perasaan diri mereka benar-benar menyatu dengan perasaan orang lain.
Komitmen didasarkan pada gagasan bahwa hubungan akan bertahan selamanya. Satu-satunya cara itu bisa berakhir adalah jika orang-orang dalam hubungan mengubah kepribadian mereka ke titik di mana itu menjadi berbahaya bagi orang lain. Misalnya, terus menerus berselingkuh, menyalahgunakan uang, dan lainnya. Meskipun demikian, terkadang kekuatan komitmen tetap ada, tergantung pada individunya.
Itu dia jenis cinta yang bisa dialami oleh siapa saja. Pasangan yang terus bekerja pada hubungan mereka dapat tetap bergairah dan tergila-gila satu sama lain bertahun-tahun setelah komitmen dan keterikatan terbentuk.
Bagaimana, pernahkah kamu mengalami ketiga jenis cinta itu?