Putus baik-baik atau tidak, berpisah setelah merasakan indahnya jatuh cinta tetap saja membuat kita kecewa. Harapan yang pernah membumbung di langit, mendadak jatuh dan hancur. Tidak perlu malu mengakui seminggu pertama setelah putus adalah masa yang sulit. Kira-kira berikut ini yang kamu rasakan dalam satu minggu pertama setelah kamu putus cinta.
Kamu merasa lega meletakkan semua beban di hatimu lewat satu kata ajaib itu: putus. Entah dalam tangis atau kalimat-kalimat emosional, kamu atau dia sudah saling mengungkapkan alasan putus. Hari ini kamu yakin kamu mengambil keputusan yang tepat. Dengan begini, pikirmu dia akan tahu, bahwa kamu cukup berharga dan tak bisa diperlakukan seenaknya. Meski ada secuil kekecewaan mengapa bisa berakhir seperti ini.
Kamu bangun pagi dan berpikir untuk memulai hari sebagai single bahagia dan bersiap menata hati lagi. Tapi pikiran dan hati langsung tak sejalan begitu kamu memegang handphone dan tidak ada pesan dari siapa pun (kecuali operator seluler). Kamu masih belum terbiasa tanpanya. Dan ini berlanjut di segala aktivitasmu hari itu. Kamu kembali mandiri melakukan segala aktivitasmu tanpa ada yang menemani dengan perhatian. Teman-teman? Ada sih, tapi rasanya beda.
Kamu dan dia tak pernah menghubungi satu sama lain sejak putus. Bisa saja ini adalah rekor terlama kalian tak saling kontak. Kamu mulai bertanya-tanya, apa yang saat ini sedang dia rasakan, ya? Apa dia merasa kehilangan aku? Apa dia baik-baik saja? Kamu agak khawatir. Sekuat tenaga kamu mencegah dirimu menghubunginya. Gengsi, kan? Kemudian kamu mencari tahu lewat akun media sosialnya dan teman-temannya. Memata-matai media sosial mantan menjadi activity of the day! Namun, kebanyakan diakhiri dengan hati bersungut-sungut karena mantan kita ternyata malah merayakan kebebasannya.
Media sosial si mantan meriah sekali. Banyak foto kumpul-kumpul, status bahagia, cerewet dengan isu terkini dan menebar komen di mana-mana. Termasuk ke teman-teman yang cantik-cantik. Oke, fine! Kamu merasa, kamu juga bisa, dong. Masa cuma dia yang bisa. Hari keempat adalah hari pembalasan dengan membanjiri media sosialmu dengan hal-hal yang tak kalah meriah. Tapi di malam hari kamu justru menangis menahan pedihnya. Balas dendam dengan pura-pura bahagia begini, justru membuktikan kamu masih memikirkannya.
Kamu akhirnya memikirkan apakah keputusan untuk jalan sendiri-sendiri ini benar? Sebab kamu merasa ada ruang yang sangat kosong dan dingin. Teman-teman yang mendukung selama masa-masa putus ini bahkan tidak bisa mengisi kekosongan itu. Kamu bisa sih tersenyum, tapi kalau tidak senyum kecil, ya senyum palsu. Kamu berhenti kepo mantan, tapi kamu mulai mengaku pada sahabat-sahabatmu kalau kamu sebenarnya tidak sekuat itu.
Jujur pada diri sendiri adalah obat terampuh saat menjalani masa sehabis putus cinta ini. Bersama sahabat atau orang terdekatmu, kamu diajak mengatur kembali porsi logika dan perasaan. Kamu mulai bisa menerima bahwa sebelum bertemu dengannya kamu juga mampu hidup sendiri. Putus dengannya sudah, sekarang waktunya putus dengan semua harapan dan kenangan bila memang ini jalan terbaik. If you’re brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello, Bela.
Seringkali hari ketujuh menjadi hari penentuan. Bila sampai hari ini kamu yakin tetap putus, kamu akan jauh merasa lebih ringan melangkah setelah evaluasi diri kemarin. Kamu yang sudah menata hati bertekad berhenti menangis dan memikirkannya. Kamu jauh lebih bersemangat untuk menjadi sosok yang lebih baik. Tapi kalau ada penyesalan putus, biasanya hari inilah kalian mulai saling menghubungi lagi. Ingat, Bela, balikan tidak pernah menjadi tombol restart. Bila kamu kembali, ingatlah konsekuensi alasan-alasan yang kamu ungkap saat putus berpotensi berulang.
Itu dia tujuh hari yang harus kamu lalui setelah putus cinta. Semoga di hari kedelapan kamu sudah berhasil tersenyum lagi dan move on dari mantan. Selamat menikmati masa jomblo ya, Bela!
