Jika kamu telah menjalani hubungan selama bertahun-tahun, kamu pasti pernah merasakan ketidaknyamanan saat mendengar harapan-harapan di luar hal-hal "manis" yang biasa kamu lakukan setiap hari. Biasanya, pasanganmu menginginkan lebih banyak cinta yang mencakup kebaikan, kedamaian, kebahagiaan, kemurahan hati, dan kasih sayang.
Mungkin mereka berani meminta lebih banyak lagi dalam hal kedekatan atau kualitas hubungan. Tantangan terbesar datang saat kata-kata ini menggoyahkan rasa aman yang kamu bangun selama bertahun-tahun. Kamu berharap dicintai tanpa syarat, namun apakah itu benar-benar terjadi?
Sering kali, ketidaknyamanan jangka panjang dalam hubungan menjadi toxic. Kebohongan yang sengaja dilupakan menjadi langkah awal menuju kehancuran, mengancam keselamatan hubungan, dan membawa dampak buruk pada kedekatan yang seharusnya terjalin. Jadi sebaiknya renungkan dengan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini untuk mengetahui seberapa sehat hubunganmu dengannya.
1. Bagaimana caramu belajar mendengarkan keluhan?
Pasanganmu merasa cukup aman untuk mengeluh dan berharap hal tersebut akan didengar dengan penuh cinta. Namun, jika dia merasa putus asa karena hubungan kalian tidak pernah membaik, kamu enggan mendengar keluh kesahnya. Sebaliknya, kamu mendengar segala sesuatunya "baik-baik saja", dan kamu juga mempunyai tugas tambahan untuk mendorong kejujuran.
Kalau masih ada kebohongan, sulit ada kemungkinan cinta tanpa syarat mengalir dari kedua belah pihak. Sementara, kejujuran memerlukan keterampilan mendengarkan. Ini mungkin salah satu pertanyaan yang sulit untuk dipertimbangkan oleh pasangan, namun ini penting untuk menciptakan hubungan yang sehat. Sudahkah kalian saling mendengarkan satu sama lain?
2. Apakah kamu akan marah dengan keluh kesahnya?
Ketika pasanganmu terlalu sering mengeluh, apakah kamu akan marah dengan hal itu? Kalau iya, mungkin kamu akan menarik diri dari semuanya. Sehingga kasih sayang, kebaikan, bahkan keintiman akan pudar lama-kelamaan. Yang ada hanyalah amarah dan perdebatan, jadilah hubungan kalian semakin rentan.
Hubungan adalah bagian dari saling mendengarkan, tapi bagaimana kalau hal itu terjadi hampir setiap hari? Tentu saja, semua ada batasan. Jadilah support system terbaik pasangan, dan berikan motivasi serta solusi yang diperlukan.
3. Bisakah kamu menuruti tuntutan pasangan dan memenuhinya?
Solusinya adalah mendengarkan secara objektif, tanpa menganggap kita sedang diserang. Mengutip dari buku berjudul Being Me, Loving You karya Marshall Rosenberg, Ph.D., dikatakan bahwa “Cinta bukan sekadar sesuatu yang kita rasakan, tapi itu adalah sesuatu yang kita wujudkan, sesuatu yang kita lakukan, sesuatu yang kita miliki, dan cinta adalah sesuatu yang kita berikan".
Kita memberikan diri kita atau pasangan dengan cara tertentu. Itu adalah anugerah ketika kamu mengungkapkan tentang diri sendiri secara terang-terangan dan jujur, tanpa tujuan lain selain mengatakan apa yang hidup dalam dirimu. Cukup tentang bagaimana dirimu, kerentananmu, dan apa adanya kamu.
4. Bagaimana kamu menghindari pertengkaran dengan pasangan, dan cara menyelesaikannya?
Banyak pasangan harmonis yang sering kali merasa kebingungan ketika bertengkar. Mereka menginginkan hubungan yang damai tanpa konflik, namun sering kali merasa jarak emosional tumbuh di antara mereka. Ekspresi wajah pasangan yang dulunya penuh antusiasme dan kasih sayang kini mulai pudar, mungkin karena mereka terlalu memperhatikan "etika yang baik".
Ini menunjukkan bahwa terkadang, pasangan yang menjaga tata krama satu sama lain enggan untuk benar-benar mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka, sehingga menyebabkan terhambatnya kedalaman hubungan.
Penting untuk diingat bahwa hubungan yang sehat tak hanya dibangun atas dasar etika, melainkan juga kemampuan untuk berbicara dengan jujur dan terbuka mengenai kebutuhan masing-masing. Perlu ada kesadaran bahwa berbicara tentang kebutuhan, bukan menuduh, merupakan kunci untuk memperkuat kembali ikatan emosional dalam hubungan.
5. Bagaimana caramu dan pasangan membuat tuntutan menjadi sebuah permintaan?
Menerima keluhan tanpa memendam rasa kesal atau sedih adalah langkah pertama yang penting dalam hubungan yang sehat. Namun, tahapan selanjutnya yang tak kalah penting adalah bersedia menerima kata "tidak" dari pasangan. Jika kamu nggak bisa menerima penolakan, maka artinya tuntutan, bukan permintaan.
Ini bisa membebani pasanganmu dan mengurangi kebebasannya. Banyak dari kita cenderung menginginkan kedamaian, sehingga kita seringkali berpura-pura setuju meski sebenarnya tidak.
Tapi ini hanya akan menumpuk masalah di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk membangun kejujuran dalam hubungan dengan mendukung pasangan untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan begitu, kita dapat menghindari kebohongan dan kesalahpahaman yang bisa merusak hubungan jangka panjang.
Merenungi hal ini penting dalam hal introspeksi diri, apakah hubunganmu benar-benar bersama orang yang tepat? Atau tanpa disadari selama ini menjadi toxic?