Bela, bagaimana sih kamu bisa tahu kalau pacar sayang banget sama kamu? Kalau kamu tanya Popbela, jawabannya mudah banget. Kasih sayang bisa dilihat dari berbagai aspek, seperti bagaimana dia memperlakukanmu, waktu yang ia luangkan untukmu, seberapa besar kepercayaan yang dia serahkan padamu hingga hal sepele seperti panggilan sayang.
Selama ini panggilan sayang diyakini sebagai salah satu hal yang bisa mempertahankan keharmonisan hubungan. Namun di zaman sekarang mulai muncul pasangan-pasangan yang menggunakan panggilan kasar untuk orang yang mereka cintai. Alih-alih memanggil dengan sebutan “sayang”, “honey” atau panggilan mesra lainnya, ada pasangan yang memanggil pacarnya dengan sebutan “jelek”, “gendut”, “pendek”, bahkan memanggilnya dengan sebutan yang lebih kasar seperti menyebut nama hewan atau kotoran.
Lalu, sebenarnya ada apa sih dengan orang-orang ini? Apa yang bisa kita pelajari dari kebiasaan mereka memanggil pacarnya dengan julukan yang kasar?
Nggak sedikit pasangan yang memulai hubungan mereka dari pertemanan. Dalam hubungan pertemanan, kita sering menemukan panggilan-panggilan kasar untuk memanggil teman jika hubungannya sudah sangat akrab. Namun pertemanan berbeda dengan hubungan percintaan. Ketika mereka memutuskan menggunakan sapaan, “Hai, jelek” kepada pasangannya, itu artinya mereka berusaha menciptakan hubungan yang santai layaknya pertemanan.
Sebagian orang pun menganggap bahwa hal tersebut biasa dilakukan. Justru, karena saking dekatnya dengan pasangan, maka panggilan seperti itu terasa biasa saja. “Toh, dia juga nggak tersinggung. Dia santai saja, tuh,” begitu menurut mereka.
“Nggak serius kok, dia pasti tahu kalau itu cuma candaan,” mungkin itulah yang dipikirkan orang ketika terbiasa memanggil pacarnya dengan sebutan kasar. Namun sadarkah kita ketika asyik bercanda sering diingatkan untuk nggak melewati batas? Walaupun si dia tipe orang yang nggak gampang tersinggung atau baper, namun kita juga harus berhati-hati dalam berucap. Nasi menjadi bubur, hanya penyesalan yang akan muncul ketika kita salah panggil.
Anggap saja dia memanggilmu “gendut” sebagai panggilan favoritnya karena dia gemas sama kamu. Mungkin, awalnya kamu nggak merasa tersinggung dengan panggilan tersebut. Toh, kamu sadar bahwa ukuran tubuhmu memang berisi. Lalu bayangkan jika dia memanggilmu dengan sebutan tersebut 5 kali sehari dan itu berlanjut selama seminggu, sebulan, dua bulan, bahkan selama kalian pacaran. Berapa kali dia memanggilmu dengan julukan “gendut”?
Secara nggak sadar, label gendut sudah melekat dalam diri kita dan itu bukanlah julukan yang positif. Perlahan-lahan, kamu yakin bahwa dirimu gendut. Bahayanya, label gendut tersebut akan diikuti oleh label ‘imajiner’ lain yang kamu ciptakan sendiri seperti nggak menarik, pendek, jelek, dan sebagainya. Pada akhirnya, kamu akan berpikir, “Aku gendut, maka dari itu aku juga nggak menarik, aku jelek dan aku pendek.” Gawatnya lagi, label tersebut datang dari orang yang kamu sayang.
Oke, mungkin selama ini kamu masih berbaik hati membiarkan si dia memanggilmu dengan sebutan tersebut, tapi kamu tahu bahwa kamu nggak perlu memanggilnya dengan cara yang sama. Panggilan negatif yang lama-lama terdengar merendahkan tersebut bisa mengikis harga dirimu di matanya. Dia bisa menganggapmu kurang berharga, meremehkanmu, bahkan membiarkan dia melakukan kekerasan verbal lainnya. Kalau sudah begitu, yang terjadi adalah dia bisa menguasaimu.
Sebuah hubungan yang sehat adalah ketika setiap orang bisa menghargai satu sama lain. Ketika ingin mengekspresikan kasih sayang, maka mereka menggunakan kata-kata yang membuat pasangannya senang dan merasa lebih baik. Sama sekali nggak ada yang salah dengan membuat orang lain senang, kan?
Nggak hanya itu, setiap orang juga perlu tegas menentukan batasan, sikap apa yang masih bisa dimaklumi dan mana yang nggak. Ketika ada sikap pasangan yang menurut kamu keterlaluan, jangan ragu untuk menegurnya dan ungkapkan apa yang kamu rasakan ketika dia melakukan hal tersebut.
Fungsi sebuah hubungan adalah untuk saling melengkapi supaya lebih kuat dan lebih bahagia, bukan untuk menghancurkan diri sendiri dan menurunkan kualitas kebahagiaan. Kalau kamu gimana nih Bela, panggilan apa yang kamu sukai dari pasangan?