Kata orang, cinta itu buta.
Mungkin memang benar adanya, kenapa bisa dikatakan seperti itu ? Pada dasarnya saat seseorang mencintai orang lain, mereka akan rela melakukan segalanya yang terbaik yang mereka bisa demi mempertahankan kehadirannya .
Hati ini sudah terluka cukup lama, lalu hadirmu yang tak pernah kupinta sedikit jadi penawar. Membuatku merasa kamu adalah orang yang tepat untuk kucintai.
Kau ubah duniaku yang gelap dengan sedikit cahaya, membuatku merasa nyaman untuk saat ini. Kau bawa aku berteduh dari derasnya hujan yang mengguyur, membuatku merasa percaya diri kembali untuk membuka hati ini .
1. Kau menjadi penyemangat.
Entah, tapi rasanya seperti magic. Tak pernah hatiku setenang ini. Kehadiranmu yang tiba-tiba seolah mampu mengubah duniaku, aku tak pernah merasa sebersyukur ini .
Hari–hari kita dipenuhi dengan tawa , walau terkadang tak ada hal yang lucu. Membaca pesan text darimu adalah hal yang paling kunanti. Aku tersenyum di depan layar ponsel seorang diri, lalu membayangkan wajahmu itu sudah menjadi wisata dalam benakku .
Aku menjadi percaya diri kembali setelah apa yang sudah kulalui sebelum bertemu denganmu. Kau buat aku jadi manja dan hanya ingin bersamamu setiap saat. Melihat wajahmu lalu berbincang denganmu adalah kebahagiaan tak terpungkiri untukku. Meski tak ada hal spesial yang kau lakukan untukku, tapi hati ini bahagia.
2. Alasan kenapa aku mencintaimu dengan cepat.
Mungkin rasa nyaman ini tak bisa menahanku untuk tak mencintaimu lebih lama. Hati ini terlalu terburu-buru memilihmu. Kau memperlakukan aku dengan sangat baik. Kau bahkan membantuku untuk bangkit kembali, seolah semua akan baik-baik saja. Begitulah setidaknya yang kutangkap dari raut wajahmu.
Kita sudah semakin dekat, tapi tak mudah bagiku mengatakan aku menyukaimu lebih dari yang kau tahu. Karena tak mudah bagiku untuk percaya kembali. Aku hanya menikmati waktu bersamamu saat ini.
3. Patah hati lagi.
Kau tiba-tiba menghilang saat aku tengah menikmati waktu bersamamu. Tak ada lagi pesan text, bahkan tak ada lagi jumpa. Kau membuatku bingung sesaat. Apakah waktu kemarin yang kau habiskan bersamaku, hanya untuk mengisi waktu luangmu saja? Atau kau memang sedang sibuk dengan pekerjaanmu?
Kau membuatku tak tahu harus bersikap bagaimana, sedangkan aku bukan siapa- siapamu. Rasa rindu ini cukup mengangguku, namun kepalaku enggan untuk menghubungimu, walau hanya sekadar menanyakan kabar. Aku hanya tak ingin dianggap sebagai orang yang agresif.
Selang dua bulan, kau menghubungiku kembali, lalu mengajakku bertemu. Rasanya seperti ada harapan, “aaah...mungkin kemarin dia sibuk.” Begitu pikirku.
4. Berakhir selamanya.
Kini kedua kalinya kau menghilang tanpa jejak. Kau bahkan tak pernah memberiku kesempatan untuk mengutarakan perasaan ini padamu. Satu pertanyaanku, ”apa salahku ?”
Apa yang membuatmu pergi? Aku bahkan sudah terlanjur bodoh untuk perasaan ini dengan pembelaan–pembelaan bahwa kau hanya salah paham terhadap sikapku.
Mau ikut kompetisi menulis artikel surat terbuka dan dimuat di Popbela seperti ini? Baca ketentuannya di bawah ini.