Punya chemistry dengan pasangan sering kali dianggap sebagai suatu hal yang baik dalam sebuah hubungan. Kalian merasa saling cocok dan mengerti satu sama lain dan merasa seakan ada ikatan batin. Lalu bagaimana bisa menjadi sebaliknya, chemistry justru bisa menjadi racun dalam hubunganmu, bagaimana bisa?
Terkadang dalam sebuah hubungan, salah satu tujuan kita adalah menyatukan chemistry antar pasangan. Hal ini memang benar, tapi jika kamu memulai sebuah hubungan atas dasar chemistry yang kamu rasakan, maka berhati-hatilah karena ini justru tanda kalau chemistry itu bisa jadi racun untuk hubunganmu. Chemistry bisa menjadi sesuatu yang sangat sulit diubah dan menyebabkan ketergantungan.
Karena merasa memiliki chemistry kamu akan melakukan apapun untuk pasanganmu, meskipun itu hal yang tidak benar. Chemistry itu akan membawa diri kita pada kegelapan dan menjauhkan kita dari pemikiran yang rasional. Kita akan cenderung mementingkan apa yang hati kita rasakan, bukan apa yang kita pikirkan dengan logika. Perempuan lebih sering terjebak dalam suasana seperti ini.
Memiliki chemistry dengan orang yang salah akan membuat kamu berada dalam hubungan yang tidak baik. Kamu mungkin akan kehilangan nilai-nilai yang krusial dalam hubunganmu. Kamu juga akan semakin sulit meninggalkannya karena telah merasa bahwa chemistry itu adalah segalanya. Semuanya akan semakin buruk kalau kamu juga sudah merasakan chemistry secara seksual, kamu akan semakin sulit lepas dari hubungan ini.
Dalam sebuah hubungan, chemistry bukanlah poin pentingnya, ini yang sering kali masih disalah artikan. Yang lebih penting dari sekadar chemistry adalah adanya saling ketertarikan, saling menghormati dan menghargai, berbagi beban bersama, dan juga memiliki tujuan bersama. Kata 'saling' dan 'bersama' harus menjadi fokus utama sebuah hubungan lebih dari mengejar chemistry belaka.