Hidup di zaman modern bukan berarti hal-hal yang tabu sudah nggak ada. Tabu sendiri berarti pelarangan sosial atau sesuatu yang nggak diinginkan dalam satu kelompok atau budaya masyarakat.
Biasany, mereka yang melanggar hal tabu, langsung mendapat tentangan dari lingkungan sosialnya. Bahkan, ada juga yang sampai mengalami pengucilan. Tabu di masyarakat Indonesia juga masih lekat dengan aib dan membuat malu.
Padahal, seiring zaman, hal-hal yang dianggap tabu sudah nggak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Apalagi yang menyangkut hubungan asmara antara perempuan dan laki-laki. Ada beberapa anggapan di masyarakat yang masih menjadi pertentangan, apakah hal tersebut masih dianggap tabu atau malah sah-sah saja bila dilakukan.
Nah, Bela, berikut ini adalah beberapa hal yang kerap dianggap tabu dalam hubungan asmara.
1. Menjalin hubungan dengan perempuan jauh lebih tua
Lazimnya dalam sebuah hubungan, usia laki-laki harus di atas perempuan karena dianggap lebih matang dan bisa membimbing. Realitanya, saat ini banyak pasangan yang tak memusingkan hal tersebut. Malah kita bisa menemukan seorang laki-laki yang menikahi perempuan lebih tua 10 tahun darinya atau bahkan lebih. Meski hal tersebut dianggap aneh atau tak pantas, banyak juga yang tak mempermasalahkan perbedaan usia yang jauh.
Jika ditelaah lebih dalam lagi, ada beberapa alasan baik, ketika seorang laki-laki menikahi perempuan yang lebih tua. Salah satunya adalah mereka umumnya memiliki pengendalian diri yang konsisten atau memang mereka menyukai perempuan yang lebih matang, baik dalam berpikir maupun bersikap.
2. Perempuan memulai inisiatif seks
Dalam budaya patriarki seperti di Indonesia, segala sesuatunya harus dimulai dari seorang laki-laki, terlebih menyangkut hubungan intim. Nggak heran kalau banyak perempuan yang malu mengutarakan hasratnya tersebut pada pasangan. Hal ini karena anggapan di masyarakat yang membatasi tindakan perempuan, meski hal itu masuk ke dalam ranah pribadi.
Di zaman emansipasi ini, seharusnya perempuan mendapat porsi yang sama dengan laki-laki dalam penyaluran hasrat seksualnya. Lagipula memulai inisiatif seks sangat penting untuk kehidupan seksual pasangan. Jadi wajar saja, siapa pun bisa memulai inisiasi hubungan seks, baik perempuan maupun laki-laki.
3. Membuka tabungan bersama saat pacaran
Sebelum janur kuning melengkung, apa pun bisa terjadi. Pepatah tersebut bisa, nih, disematkan di anggapan tabu membuka tabungan bersama saat pacaran. Anggapan tabu ini memang nggak salah, karena khawatirnya suatu saat hubungan tersebut berakhir dan bisa repot dalam membagi harta.
Tapi dalam melihat kondisi modern saat ini, sebenarnya membuka tabungan bersama itu relevan banget, kok. Apalagi bila hubungan sudah mengarah ke jenjang yang lebih serius. Paling nggak dengan menabung sedari dini, bisa jadi modal awal persiapan berumah tangga.
Hanya saja, untuk hal ini kamu dan pasangan harus menyamakan persepsi dan tujuan menabung. Dengan menabung saat pacaran, setidaknya ada manfaat yang bisa diambil, di antaranya transparansi dan toleransi keuangan untuk bekal perjalanan panjang nanti.
4. Memiliki sex toys
Bagi sebagian orang, alat bantu seks atau sex toys masih dianggap tabu. Malah ada juga yang berpandangan, sex toys membuat laki-laki nggak jantan. Padahal, memakai alat bantu seks bukan berarti sebagai pengganti posisi pasangan, lho. Bahkan, ada banyak manfaat yang bisa didapat dari sex toys ini. Nggak hanya bertambah mesra, tapi bisa juga membantu kamu dan pasangan meraih kepuasan seksual yang sama.
Buat perempuan, sex toys bisa membawa sensasi tersendiri dan membantu menemukan tingkatan baru dalam orgasme. Manfaat lain yang bisa didapat dari sex toys ini adalah hubungan seksual jadi lebih variatif, sehingga tercipta hubungan seks yang sehat dengan pasangan. Nah, jadi apakah masih malu-malu buat menyimpan sex toys, Bela?
5. Perempuan melamar lebih dulu
Pernah nggak kamu bertanya-tanya, bila perempuan melamar pria lebih dulu apakah itu tabu? Umumnya, memang laki-laki yang biasanya melamar perempuan untuk menjadi pendamping hidupnya. Bagi sebagian masyarakat, perempuan yang melamar duluan dinilai nggak pantas, karena perempuan harus selalu menjadi pihak yang menunggu dan dilamar.
Meski begitu, beberapa daerah di Indonesia malah menjadikan lamaran yang dilakukan pihak perempuan sebagai tradisi. Lagipula, tradisi lamaran bukanlah hal yang prinsipil dalam sebuah pernikahan. Dibutuhkan niat dan komitmen yang utama untuk membangun rumah tangga. Jadi, sebenarnya nggak ada masalah bila perempuan yang melamar lebih dulu.
Bila melihat kondisi zaman saat ini, banyak juga hal-hal yang dianggap tabu nggak relevan lagi dipakai. Jadi, persoalan tabu perlu dilihat juga relevansinya dengan kondisi saat ini, ya, Bela.