Pernah nggak saat pasangan melakukan sesuatu kamu nggak marah, tetapi saat kamu melakukannya, pasangan bisa sangat marah dan menganggap itu sebagai sebuah “dosa besar”? Jika iya, inilah yang disebut dengan double standards atau standar ganda dalam hubungan.
“Kamu nggak boleh seperti itu karena kamu perempuan” atau “Ya, aku kan laki-laki jadi boleh dong seperti ini” adalah contoh umum dari standar ganda. Memang benar, laki-laki dan perempuan berbeda, tetapi seharusnya dalam menjalani hubungan tidak ada aturan yang membedakan ini untuk laki-laki maupun perempuan.
Sedihnya, standar ganda ini merupakan konstruksi dari masyarakat dan keluarga, yang pada akhirnya membentuk pemikiran bahwa ada perbedaan hak dan kewajiban dalam hubungan.
Hal itu bisa membuat hubungan berantakan, karena tidak adanya kesetaraan di antara laki-laki dan perempuan. Berikut adalah beberapa standar ganda yang bisa terjadi dalam hubungan.
1. Perempuan mengeluh tentang sesuatu, itu terlalu berlebihan. Laki-laki yang mengeluh, berarti itu memang sebuah masalah.
Laki-laki meremehkan keluhan pasangannya, karena mereka menganggap perempuan terlalu dramatis tentang hal-hal sepele dan membuat masalah kecil menjadi besar. Pada akhirnya, laki-laki tak menganggap apa yang dirasakan perempuan adalah valid.
Sementara saat dia mengeluhkan sesuatu, laki-laki menganggap itu sebagai sebuah masalah yang harus dibicarakan, sehingga tidak boleh dianggap angin lalu. Ini contoh standar ganda yang sering terjadi.
Jika sesuatu penting bagi dirimu, maka itu juga harusnya penting bagi pasangan. Begitu pula sebaliknya. Jadi, ubah cara berkomunikasi dari, "Ini bukan masalah besar" menjadi "Bagaimana caranya supaya aku nggak merasa seperti ini lagi?"
2. Satu orang selalu benar, yang lain selalu salah
Pasangan sering kali tidak sadar sudah jatuh ke dalam kubangan double standards ini. Dalam hubungan yang tidak sehat, pasti ada satu pihak yang selalu menjadi orang “memenangkan” setiap argumen, sementara yang lain selalu dianggap sebagai pihak yang salah.
Padahal hubungan bukan kegiatan orientasi sekolah dengan aturan “senior selalu benar”. Tidak ada yang bisa benar 100 persen setiap waktunya. Artinya tidak mungkin ada orang yang selalu benar dan satunya lagi selalu salah. Menyelesaikan perselisihan tidak boleh menjadi proses sepihak.
3. Laki-laki tidak jawab chat, tidak masalah. Perempuan tidak jawab chat, masalah besar.
Di hari serba digital ini, mengirim chat menjadi bagian penting dalam berkomunikasi di antara pasangan. Mungkin tidak semua pasangan mengirimkan pesan berpuluh kali setiap hari, tetapi tetap saja ini menjadi salah satu cara komunikasi utama saat tidak bisa selalu bertemu pasangan.
Apakah pasangan sering nggak membalas chat atau membalasnya dalam waktu lama dan kamu nggak pernah mempermasalahkannya? Tetapi begitu kamu yang melakukannya dia langsung marah besar? Itu berarti ada yang salah.
Artinya, dia hanya ingin menerima perhatian, tetapi tidak bisa memberikannya. Lagipula, komunikasi yang baik membutuhkan upaya yang sama dari masing-masing pihak.
4. Satu orang boleh marah dengan suara tinggi, tetapi yang lainnya tidak
Idealnya, tidak ada yang boleh melakukannya, meskipun pertengkaran bisa jadi sedikit memanas. Ini biasanya terjadi pada orang yang berpikir kalau dia memiliki hak untuk meneriaki pasangannya ketika kesal. Namun, jika terjadi sebaliknya, dia menganggap itu sebagai hal yang tidak pantas.
Sekali lagi, komunikasi antara pasangan romantis harus setara. Jika kamu nggak suka ketika pasangan membentakmu, ungkapkan hal itu padanya. Tak perlu balik berteriak. Cobalah untuk berkomunikasi lebih efektif. Jika dia tidak bisa melakukannya, pertimbangkan ulang hubungan kalian.
5. Perempuan harus selalu dipuji, tetapi tidak pernah memberikan pujian kepada laki-laki.
Jika kamu biasanya dipuji cantik dan sekarang kamu sudah lama tidak mendapatkannya, coba pikirkan alasannya. Jika pasangan nggak pernah lagi mengomentari lagi baju baru yang kamu pakai, mungkin ada alasannya.
Kapan terakhir kali kamu memberi pasangan pujian? Kapan terakhir kali kamu mengatakan, “Pacar aku ganteng, deh”? Atau hanya sekadar, “Baju kamu bagus, cocok banget sama kamu"?
Jika kamu sudah lama tidak melakukannya, mungkin ini alasan pasangan mulai malas memberikan pujian padamu. Percaya atau tidak, laki-laki juga ingin dipuji. Kamu perlu “memberi makan” harga dirinya, seperti dia melakukan hal yang sama padamu.
Namun jika keadaannya berbalik, yaitu kamu sebagai perempuan selalu memujinya, sementara dia nggak pernah memberikan pujian padamu, itu juga sesuatu yang salah. Pujian kepada pasangan seharusnya tidak boleh dipaksakan, tapi sebaiknya dilakukan sama-sama.
Itu dia beberapa standar ganda antara laki-laki dan perempuan yang bisa membuat hubungan berantakan. Posisi laki-laki dan perempuan harusnya setara dalam hubungan, ya, Bela. Jadi ketika kamu merasa hubungan kamu dan pasangan timpang sebelah, pikirkan lagi baik-baik, deh.