Kamu sering mendapatkan silent treatment dari pasangan atau bahkan kamu yang sering melakukannya pada pasangan? Ini sebenarnya tidak boleh dilakukan karena tidak termasuk pola komunikasi yang sehat dalam hubungan.
Jika kamu belum tahu, silent treatment—seperti namanya—adalah perlakuan mendiamkan orang lain, termasuk sejumlah perilaku yang secara sengaja mengabaikan dan/atau tidak berbicara kepadanya. Beberapa contohnya adalah kamu atau pasangan yang saling mengabaikan apa yang sedang dibicarakan, tidak menjawab chat pasangan atau sebaliknya, dan semacamnya.
Terapis hubungan Ken Page, LCSW, menjelaskan bahwa bentuk silent treatment dapat berkisar dari kurangnya kontak diantara pasangan hingga perilaku yang lebih halus seperti mengabaikan tawaran seseorang untuk memberikan perhatian.
Bahkan, ghosting juga disebut sebagai bentuk silent treatment, menurut terapis De-Andrea Blaylock-Solar, MSW, LCSW-S, CST.
Mengapa orang suka melakukan silent treatment?
Sebenarnya tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini karena ada berbagai alasan. Misalnya, bagi seseorang yang tumbuh dengan perasaan bahwa kebutuhannya diabaikan atau tidak penting, mungkin tumbuh dengan perasaan sulit untuk mengekspresikan diri.
"Mungkin akan terasa menantang baginya sebagai orang dewasa untuk berbagi atau merasa memiliki hak untuk berbagi pikiran atau perasaannya sehingga dia menyimpannya untuk diri sendiri dan menutup diri," jelas De-Andrea.
Dalam kasus lain yang lebih ekstrem, Ken mengatakan bahwa orang dapat dengan sengaja menggunakan silent treatment secara pasif-agresif atau dengan cara yang kejam. Menurutnya, jika kamu merasa tidak memiliki kekuatan untuk mengomunikasikan kebutuhan, rasa sakit, atau keinginan, maka silent treatment adalah cara yang efektif untuk mendapatkan kembali kekuatan diri saat merasa tidak berdaya.
Alasan umum seseorang melakukan silent treatment
Di antara sekian banyak alasan yang membuat seseorang melakukan silent treatment—baik kepada pasangan romantisnya atau orang-orang lainnya, ini adalah beberapa yang paling umum:
- Avoidant attachment style atau pola perilaku penghindaran yang dilakukan seseorang ketika berhubungan dengan orang lain
- Proses mental yang tertunda
- Kesulitan mengekspresikan emosi yang besar
- Ketidakdewasaan emosional
- Mencoba untuk mempertahankan kekuasaan atau kontrol
- Suka memanipulasi emosional
- Memiliki kepribadian yang kejam
Efek pada hubungan jika melakukan silent treatment
Bagi orang yang menerima perlakuan ini, efeknya benar-benar bisa menyakitkan dan bahkan merugikan hubungan, tergantung seberapa parah sikap tersebut.
Dalam hubungan antar orang dewasa, apa pun alasannya salah satu pihak melakukan silent treatment, maka orang yang menerimanya akan merasa sedih, terisolasi, marah, dan/atau bingung. Bahkan, silent treatment yang ekstrem jelas merupakan bentuk pelecehan.
Ken bilang, pasangan yang memiliki "ambang batas rendah untuk membiarkan konflik" alias lebih suka membicarakan masalah daripada membiarkannya menumpuk dan jadi lebih besar sebenarnya lebih bahagia dalam hubungan daripada pasangan dengan “ambang konflik yang lebih tinggi” alias yang mereka membiarkan masalah berlalu dengan sendirinya atau mengabaikannya.
"Kita sering menunda (membicarakan masalah) dengan diam dan menghindarinya sebagai strategi untuk mempertahankan hubungan, tetapi efek sebenarnya justru sebaliknya dan orang lain yang merasakan silent treatment darimu akan menganggapnya sebagai ketidakhadiran dan penghindaran," jelasnya.
Cara mengatasi jika pasangan sering melakukan silent treatment
- Bicarakan sikapnya itu
Langkah pertama untuk menghadapi perlakuan silent treatment dari pasangan adalah menghadapinya secara langsung dan memulai percakapan. Namun, jangan mengajaknya bicara dengan cara yang kritis atau menghina. Bukalah pembicaraan dengan memberi tahu kalau kamu ada untuk mendengarkannya tanpa menghakimi dan ingin memahami sikapnya perilaku tersebut.
- Tetapkan batas atau aturan dasar
Setelah bilang kalau kamu merasa telah diberi perlakuan silent treatment oleh pasangan, Ken bilang kamu bisa mulai menetapkan batasan di sekitarnya. Dia menyarankan untuk memberitahu pasangan kalau sikap itu sudah menyakitimu dan kamu butuh dirinya untuk lebih responsif.
"Jelaskan apa yang membuatmu kesal. Jika bisa, tanyakan apakah dia bisa membuat komitmen dengan dirimu untuk membicarakan berbagai hal denganmu," katanya.
- Lihat apakah sikapnya membaik atau tidak
Setelah membicarakan dan menetapkan batasan, keputusan akhirnya benar-benar ada di tangan pasangan. Idealnya, dia akan mendengar kekhawatiranmu dan mencoba untuk menghindari melakukan silent treatment kepadamu di masa mendatang, tetapi tentu saja itu memerlukan proses.
"Jika prosesnya terlalu lama dan terlalu menyakitkan, kamu memiliki hak untuk membicarakannya lagi dan menegosiasikannya dengan pasangan," katanya.
Bagaimana cara berhenti melakukan silent treatment
Bagaimana jika kamu yang selama ini sering melakukan silent treatment kepada pasangan? Maka kamu harus siap membuka lembaran baru yang lebih komunikatif agar mengubah perilaku menjadi lebih baik.
Menurut De-Andrea, jika kamu mengalami kesulitan menghadapi dalam konflik dengan pasangan dan akhirnya menutup diri, kamu bisa mengatakan kepadanya, "Aku punya beberapa pemikiran, tetapi nggak tahu bagaimana bilangnya ke kamu” atau “Aku bahkan nggak tahu bagaimana perasaan aku sekarang. Tapi aku nggak akan menutup Anda. Kasih aku waktu”.
Dengan cara ini, kamu memberitahu pasangan kalau kamu hanya perlu waktu dan ruang untuk memproses dengan perasaan diri sendiri. Namun, jangan lupa untuk membuat rencana bersama pasangan untuk mendiskusikan hal itu lebih lanjut.
Intinya, silent treatment sama sekali tidak menguntungkan bagi kedua belah pihak, khususnya pihak yang menerima. Berusaha untuk tetap terbuka untuk melakukan pembicaraan yang adalah cara untuk meningkatkan kualitas hubungan. Meskipun ini sulit dihilangkan, tetapi baik kamu atau pasangan harus berusaha untuk melakukannya ya, Bela.