Menghadapi atau memiliki teman yang narsis saja sudah sulit, apalagi menjalin hubungan romantis atau menjadi pacar dari orang yang memiliki. Ini bisa jauh lebih sulit dibandingkan berhubungan dengan “orang normal”.
Hidup dengan pasangan yang narsis dapat menyebabkan fenomena yang disebut sindrom pelecehan narsistik atau yang juga dikenal sebagai sindrom korban narsistik, di mana kepercayaan diri dan kesehatan mentalmu dapat terpengaruh secara negatif. Ini bukan kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis secara resmi, tapi para ahli mengakui kalau sindrom ini memang ada.
Apa itu narsisme?
Sebelum tahu lebih lanjut mengenai sindrom pelecehan narsistik, kamu harus paham dulu apa itu narsisme. Ini adalah sifat kepribadian yang berpusat pada diri sendiri di mana seseorang lebih memikirkan status atau image dirinya sendiri. Dia selalu mendambakan pujian dan kekaguman dari orang lain, padahal di lubuk hatinya dia mungkin sebenarnya takut ditolak oleh orang lain.
"Tanda utama orang narsis adalah mereka sering mencoba mengendalikan atau memanipulasi orang lain dan kadang-kadang bisa kasar secara verbal atau emosional. Mereka kesulitan menerima kekurangan diri sendiri dan menyalahkan orang lain atas kesalahannya," jelas psikiater Rashmi Parmar, MD.
Jadi, apa itu sindrom korban narsistik?
Ini adalah bentuk pelecehan emosional yang bisa kamu derita saat atau setelah berhubungan dengan orang narsis. Psikolog Sheila Forman, PhD, mengatakan, “Orang narsis cenderung menggunakan kata-kata dan bahasa untuk meremehkan, membuat pasangannya merasa nggak valid, atau memanipulasi pasangan atau mengontrol perilakunya, baik disadari atau tidak oleh pasangannya. Akibatnya, pasangan merasa nggak memiliki kemampuan.”
Menjadi korban pelecehan narsistik dapat mengakibatkan gejala yang mirip dengan gangguan stres pasca-trauma atau PTSD, seperti gampang terpicu secara emosional, sering mengalami kilas balik, mengisolasi diri, menghindar dari orang lain, dan memiliki kewaspadaan tinggi.
Tanda-tanda sindrom korban narsistik
Memiliki pasangan orang narsis mungkin membuatmu secara teratur mempertanyakan diri sendiri, kehilangan kepercayaan pada keluarga dan teman-teman, serta percaya bahwa si pasangan narsis ini adalah satu-satunya orang yang bisa melihat nilai dirimu.
Kamu juga mungkin mengalami keraguan diri dan merasa malu dengan hal-hal yang sebelumnya kamu banggakan, seperti pekerjaan atau prestasi yang dimiliki. Meskipun dilecehkan, kamu mungkin sangat menghargai si orang narsis ini.
Jangan salahkan diri sendiri karena jatuh cinta dengan orang narsis
Ini karena kebanyakan orang nggak tahu kalau mereka berhubungan dengan orang narsis pada awalnya. Di awal hubungan, orang narsis biasanya penuh kasih, yang sebenarnya mungkin menunjukkan kasih sayangnya secara berlebihan.
Selain itu, orang dengan kepribadian narsistik juga biasanya menggunakan beberapa teknik untuk memanipulasi pasangan, seperti gaslighting dan bersikap seperti acuh tak acuh. Semua teknik narsistik ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat pasangan lebih rentan terhadap pelecehan emosional.
Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan bantuan?
Menemui terapis dan berkonsultasi adalah langkah pertama untuk membebaskan diri dari orang narsis dan pulih dari sindrom pelecehan narsistik. Sedihnya, nggak semua korban yang melakukan konseling menyadari kalau mereka sudah jadi korban. Banyak juga yang menemui terapis dengan tujuan memerbaiki diri karena merasa sangat malu, cemas, atau paranoid. Mereka percaya bahwa masalahnya ada pada diri mereka, dan bukan si pasangan narsis.
Kalau kamu merasa memiliki sindrom korban narsistik atau ada kenalanmu yang mengalami hal tersebut, jangan ragu untuk langsung menemui terapis atau psikolog untuk mendapatkan bantuan ya, Bela.